Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Reshuffle Kabinet Merah Putih: Optimisme Baru atau Sekadar Wajah Lama

11 September 2025   13:10 Diperbarui: 11 September 2025   13:10 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reshuffle dianggap tepat, masyarakat ingin perubahan | www.sindonews.com

Reshuffle kabinet selalu menjadi semacam "episode spesial" dalam drama politik Indonesia. Tidak ada yang benar-benar terkejut, tapi juga tidak ada yang betul-betul siap. Publik biasanya terbagi dua: ada yang penuh harap akan lahirnya energi baru, ada juga yang skeptis---menganggap reshuffle tak lebih dari rotasi kursi. Kali ini, di era Kabinet Merah Putih di bawah Presiden Prabowo Subianto, pertanyaan serupa kembali mengemuka: apakah reshuffle perdana ini membawa angin segar atau sekadar angin-anginan politik?

Membaca Ulang Peta Politik

Setiap reshuffle punya dua wajah: wajah teknokratis dan wajah politis. Dari sisi teknokratis, Presiden ingin memastikan program-program prioritas berjalan efektif. Dari sisi politis, tentu ada kalkulasi yang tak bisa diabaikan---soal koalisi, dukungan parlemen, atau bahkan keseimbangan antarpartai. Publik mungkin hanya melihat nama-nama baru di kursi menteri, tapi di balik layar, reshuffle adalah puzzle rumit penuh kepentingan.

Pertanyaan penting bagi kita, Kompasianer, adalah: sejauh mana nama-nama baru ini benar-benar menjawab tantangan bangsa? Apakah mereka dipilih karena kompetensi dan rekam jejak, atau karena kebutuhan politik jangka pendek? Di sinilah kita bisa mulai menilai apakah reshuffle kali ini sekadar kosmetik atau justru fondasi baru.

Optimisme yang Patut Dijaga

Tak bisa dipungkiri, setiap kali ada wajah baru, selalu ada ruang untuk optimisme. Publik berharap para menteri anyar membawa gaya kerja segar, inovasi, dan keberanian mengambil terobosan. Misalnya, jika ada menteri baru di bidang ekonomi, kita berharap dia mampu membaca tanda-tanda krisis global, merancang kebijakan yang melindungi UMKM, hingga memastikan harga pangan stabil. Begitu pula di bidang pendidikan atau kesehatan---dua sektor yang menjadi denyut kehidupan rakyat banyak---kita ingin hadirnya pemimpin yang tidak sekadar pandai bicara, tapi juga tanggap eksekusi.

Optimisme ini sah-sah saja, bahkan perlu. Sebab tanpa optimisme, publik bisa terjebak dalam sinisme permanen yang justru melemahkan demokrasi. Namun tentu, optimisme harus disertai kewaspadaan kritis.

Sudah Cocokkah Nama-Nama Baru?

Pertanyaan ini agak menjebak. Cocok bagi siapa? Bagi rakyat, cocok berarti menteri baru sanggup memperbaiki layanan publik dan menekan harga kebutuhan. Bagi Presiden, cocok berarti menteri bisa bekerja sesuai visi dan perintah. Bagi partai politik, cocok berarti menteri bisa menjaga stabilitas koalisi dan mengamankan kursi kekuasaan.

Di titik inilah publik harus jeli. Apakah nama-nama baru yang diumumkan lebih condong pada kepentingan rakyat atau kepentingan elite? Kita bisa mengukurnya dari rekam jejak mereka: apakah sebelumnya punya pengalaman nyata di bidangnya? Apakah ada rekam skandal yang membayangi? Atau justru mereka dikenal bersih dan visioner?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun