Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Rabu Wekasan: Doa, Berkat, dan Kearifan Lokal

19 Agustus 2025   20:12 Diperbarui: 19 Agustus 2025   20:36 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Rabu Wekasan | www.kalam.sindonews.com

Bagi masyarakat Kecamatan Balen, Bojonegoro, bulan Safar bukanlah bulan yang lewat begitu saja di kalender hijriyah. Ada satu hari yang dianggap istimewa sekaligus penuh kewaspadaan: Rabu Wekasan, Rabu terakhir bulan Safar. Orang-orang tua di kampung percaya, hari itu rawan musibah. Maka, mereka menghadapinya bukan dengan ketakutan, melainkan dengan doa, kenduri, dan kebersamaan.

Musholla yang Ramai, Doa yang Mengalun

Sore menjelang malam Rabu Wekasan, musholla-musholla di Balen tampak lebih hidup. Warga datang membawa nasi berkat dalam rantang, besek, atau kardus kecil. Setelah shalat magrib, doa bersama dimulai: tahlil, shalawat, dan doa tolak bala yang dibaca penuh khidmat.

Bagi masyarakat Balen, doa ini bukan sekadar rutinitas. Ada keyakinan bahwa doa kolektif bisa menjadi benteng bersama. Seperti ungkapan Jawa, sing penting ojo lali ndonga, urip kudu eling lan waspada. Hidup harus diiringi doa dan kewaspadaan, karena bala bisa datang kapan saja.

Usai doa, nasi berkat dibagikan. Isinya sederhana—nasi putih, sayur lodeh, tempe, tahu, kadang lauk ayam kampung. Namun yang sederhana itu terasa istimewa karena dibawa pulang dengan doa keselamatan.

Kenduri Safar: Berkat dan Sedekah

Selain doa di musholla, beberapa desa di Balen menggelar kenduri Safar. Biasanya dilaksanakan di rumah tokoh agama atau balai desa. Warga membawa makanan masing-masing, lalu makan bersama setelah doa.

Ada juga kebiasaan berbagi makanan kepada tetangga yang sakit, janda tua, atau warga kurang mampu. Tradisi ini memperlihatkan wajah asli orang Balen: guyub dan gotong royong. Bala tidak cukup dihadapi dengan doa, tapi juga dengan kepedulian sosial.

Kalau ditelisik, tradisi ini sejalan dengan ajaran Islam tentang hablum minallah dan hablum minannas. Doa memperkuat hubungan dengan Tuhan, sementara sedekah memperkuat ikatan dengan sesama.

Mandi Safar: Antara Main Air dan Simbol Kesucian

Di beberapa desa, terutama yang dekat dengan Bengawan Solo atau sumber air, ada tradisi mandi Safar. Anak-anak paling senang dengan ritual ini. Mereka menceburkan diri ke sungai, ada yang sambil membawa bunga atau daun kelor.

Meski sekarang tidak seramai dulu, mandi Safar tetap jadi simbol penting. Bagi orang tua, ini dimaknai sebagai penyucian diri, membersihkan badan dari kotoran dan hati dari kesialan. Bagi anak-anak, tentu lebih mirip “pesta main air”.

Dari kacamata kesehatan, mandi Safar punya sisi edukatif: mengingatkan masyarakat akan pentingnya kebersihan. Di masa lalu, ketika akses kesehatan terbatas, momentum mandi massal ini sekaligus jadi sarana menjaga kebugaran.

Nilai Kearifan Lokal

Tradisi Rabu Wekasan di Balen bukan sekadar mitos tentang turunnya bala. Ia menyimpan sejumlah kearifan lokal yang relevan hingga sekarang:

  1. Nilai Spiritual – Mengajarkan warga untuk merendah di hadapan Allah, memohon perlindungan dari marabahaya.
  2. Nilai Sosial – Kenduri dan sedekah memperkuat solidaritas, mempererat silaturahmi, dan mengurangi kesenjangan sosial.
  3. Nilai Psikologis – Ritual ini menjadi coping mechanism masyarakat desa, cara kolektif untuk mengurangi kecemasan menghadapi ketidakpastian hidup.
  4. Nilai Ekologis – Mandi Safar menanamkan kesadaran akan pentingnya kebersihan diri dan kelestarian sumber air.

Dengan kata lain, Rabu Wekasan adalah asuransi sosial ala kampung. Tidak ada premi, tidak ada klaim, tapi ada doa bersama, makanan yang dibagi, dan solidaritas yang tumbuh.

Antara Tradisi dan Modernitas

Tentu ada yang mempertanyakan: benarkah bala turun di hari itu? Bukankah bencana bisa terjadi kapan saja? Pertanyaan ini wajar.

Namun, seperti dijelaskan Clifford Geertz, tradisi adalah sistem simbol yang memberi makna pada kehidupan manusia. Jadi, meskipun kepercayaan tentang “hari bala” tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, fungsi sosial dan psikologisnya tetap nyata.

Membuang tradisi begitu saja berarti kehilangan satu sumber makna kolektif. Maka, yang lebih bijak adalah memahami tradisi ini secara kontekstual: bukan hanya percaya pada mitosnya, tetapi menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Di Balen, anak muda kini mulai mengabadikan tradisi Rabu Wekasan lewat media sosial. Ada yang merekam doa bersama, ada yang mengunggah foto berkat, ada yang membuat konten edukatif tentang mandi Safar. Ini bukti bahwa tradisi bisa hidup berdampingan dengan modernitas.

Penutup

Tradisi Rabu Wekasan di Balen adalah contoh nyata kearifan lokal Bojonegoro. Dari doa di musholla, kenduri Safar, hingga mandi bersama di sungai, semuanya mengandung pesan yang sama: hidup harus diiringi doa, kebersamaan, dan kepedulian.

Mungkin bala tidak benar-benar turun persis di Rabu terakhir Safar. Tapi lewat tradisi ini, warga Balen berhasil “menolak bala” yang lebih nyata: bala kesepian, bala keterasingan, dan bala ketidakpedulian. Karena selama doa masih terucap bersama, nasi berkat masih dibagi rata, dan solidaritas masih hidup, maka desa akan tetap kuat menghadapi segala cobaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun