Mohon tunggu...
choirotun nisa
choirotun nisa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Saya menggnakan web ini untuk mengisi waktu luang saya baik merefiew ataupun menulis artikel. Mohon untuk selalu didukung dan disupport, trimakasih

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Profesor Ahmad Tafsir "Filsafat Ilmu"

12 Januari 2023   20:40 Diperbarui: 13 Januari 2023   07:24 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada buku filsafat ilmu, penulis buku tersebut menjelaskan bahwa formula utama dalam pengetahuan sain adalah buktikan bahwa itu rasional dan tunjukkan bukti empirisnya, artinya pengetahuan itu benar asal rasional dan empiris. Prinsip inilah yang digunakan mengukur benar tidaknya teori-teori dalam sain. Bila ia rasional dan empiris maka ia berubah menjadi pengetahuan sain. 

Sampai disini ada dua pengetahuan yang didapat yaitu pertama pengetahuan sain yang rasional-empiris, dan kedua, pengetahuan filsafat yang hanya rasional. penulis juga memberikan contoh bahwa seperti contoh jeruk ditanam buahnya jeruk (ini pengetahuan sain), jeruk selalu berbuah jeruk karena ada hukum yang mengatur sehingga hal itu bisa terjadi (ini pengetahuan filsafat karena gak bisa dijangkau oleh sain).

Lalu ada orang yang ingin mengetahui dan bertanya siapa yang membuat hukum itu? Dalam hal ini filsafat masih bisa menjawab yaitu yang maha pintar (masih pengetahuan Filsafat) dan yang maha pintar disebut tuhan (masih pengetahuan filsafat).

Dan ada lagi yang bertanya lebih jauh lagi siapa tuhan itu, saya ingin mengenalnya, saya ingin melihatnya dan mau belajar langsung kepadanya. Tuntutan orang2 nekad ini tidak dapat dilayani oleh pengetahuan sain dan filsafat. Karena objek yang hendak mereka ketahui bukanlah objek empiris dan tidak dapat dijangkau oleh akal rasional. 

Objek ini masuk dalam kategori abstrak-supra rasional atau meta-rasional. Cara mengetahuinya dengan menggunakan rasa/hati, tidak dengan pancaindera dan akal rasional.

Perbedaan Rasional dan logis

Menurut kant apa yang kita katakan rasional adalah suatu pemikiran yang masuk akal, tetapi menggunakan ukuran hukum alam. Menurut kant rasional adalah kebenaran akal yang diukur dengan hukum alam. Kesimpulannya: (1) sesuatu yang rasional ialah yang mengikuti atau sesuai dengan hukum alam; (2) yang tidak rasional ialah yang tidak sesuai dengan hukum alam; (3) kebenaran akal diukur dengan hukum alam.

Logis dibagi menjadi dua yaitu: logis-rasional dan logis-supra rasional. Logis-rasional adalah logis dalam taraf argumen atau pernyataan yang masuk akal, dan jika itu logis tunjukan buktinya jika itu rasional artinya membutuhkan penyusunan pernyataan yang masuk akal. Artinya logis-rasional masih dalam taraf argumentasi/pernyataan. Logis-supra rasional adalah pemikiran akal yang kebenarannya hanya mengandalkan argumen dan tidak diukur oleh hukum alam. Kebenaran Logis-supra rasional ia benar-benar bersifat abstrak. Kebenaran logis-supra rasional ialah kebenaran yang masuk akal sekalipun melawan hukum alam.

Uraian kesimpulan yaitu sebagai berikut :

Yang logis ialah yang masuk akal.

Yang logis itu mencakup yang rasional dan yang supra rasional.

Yang rasional adalah yang masuk akal dan sesuai dengan hukum alam.

Yang supra rasional ialah yang masuk akal sekalipun tidak sesuai dengan hukum alam.

Istilah logis boleh dipakai dalam pengertian rasional atau dalam pengertian supra rasional.

Ajukan hipotesis yang rasional/yang masuk akal seperti "untuk sehat diperlukan gizi, telur banyak mengandung gizi (logisnya: bila semakin banyak makan telur akan semakin sehat."). ini masih bersifat dugaan atau hipotesa. Lalu kita harus menguji hipotesa itu terlebih dulu. Untuk mengujinya dengan cara eksperimen, membuat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan hasil eksperimen didapatkan ternyata kelompok eksperimen malah semakin sehat. 

Dan jika itu terbukti maka akan menjadi suatu teori yaitu "semakin banyak makan telur akan semakin sehat/telur berpengaruh positif terhadap kesehatan." Seperti inilah teori yang rasional dan empiris. Cara kerja atau rumus ilmiah yaitu Logico-hipotesis-verivicatif : buktikan bahwa itu logis-tarik hipotesis-ajukan bukti empiris. (logico dalam rumus ini adalah logis dalam arti rasional). 

Pada dasarnya cara kerja sain adalah mencari sebab-akibat. Semua teori sain pada dasarnya menerangkan hubungan seba-akibat. Sain tidak memberi nilai baik/buruk, halal/haram, sopan/tidak, indah/tidak. Sain hanya memberi benar atau salah (dalam arti rumus metode ilmiah).

Sain dibagi menjadi 2 yaitu sain alam dan sain sosial.

Sain alam seperti : astronomi, fisika (mekanika, bunyi, cahaya, fisika nuklir), kimia (kimia organis dan kimia teknik), ilmu bumi (paleontologi, ekologi, geofisika, geokimia, geografi), ilmu hayat (biofisika, botani, zoologi). Sain sosial : sosiologi (s. Komunikasi, s. Politik, s. Pendidikan), antropologi (a. Budaya, a. Ekonomi, a. Politik), psikologi (p. Anak, p. Massa, p. Pendidikan), ekonomi, politik, humaniora.

Objek pengetahuan sain: Objek-objek yang diteliti sain adalah semua objek yang empiris. Objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman indera manusia. Objek kajian harus empiris karena buktinya berasal dari bukti empiris, bukti empiris diperlukan untuk menguji bukti rasional sesuai yang dirumuskan hipotesis. 

Cara memperoleh pengetahuan sain: Humanisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Sejak zaman dahulu manusia menginginkan adanya aturan untuk mengatur manusia dengan tujuan agar manusia hidup teratur.

Untuk menjamin tegaknya kehidupan yang teratur diperlukan aturan. Manusia juga perlu aturan untuk mengatur alam. Jika alam tidak diatur maka alam akan menyulitkan kehidupan manusia. Karena itu manusia tidak mau dipersulit oleh alam dan juga sebaliknya. Lalu bagaimana membuat aturan dan siapa yang membuat aturan? Orang yunani mengatakan manusia itulah yang membuat aturan itu.

Humanisme mengatakan bahwa manusia mampu mengatur dirinya (manusia) dan alam. Jadi manusia itulah yang membuat aturan untuk mengatur manusia dan alam. 

Bagaimana membuatnya dan apa alatnya? Aturan harus dibuat berdasarkan dan bersumber pada sesuatu yang ada pada diri manusia. Alat itu adalah akal. Mengapa harus akal? Pertama, karena akal dianggap mampu. Kedua, karena akal setiap orang bekerja berdasarkan aturan yang sama. Akal itulah yang alat dan sumber yang paling dapat disepakati. Maka, humanisme melahirkan rasionalisme.

Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal dan temuannya diukur dengan akal pula. Kebenaran adalah kesepakatan, dan kesepakatan tidak bisa ditentukan melalui argumen yang logis. Jika dipaksakan akan bertentangan setiap pemahaman orang yang kata lainnya kebenaran subjektif sulit disepakati, yang ada malah ribut. Karena itu dibutuhkan suatu aturan sebagai kesepakatan, jadi harus memerlukan alat lain. Dan alat itu adalah empirisme. Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan yang benar itulah yang logis dan ada bukti empiris. Empirisme inilah aturan (untuk mengatur manusia dan alam).

Tapi empirisme masih memiliki kekurangan karena setiap indera manusia memiliki kualitasnya masing-masing dan belum terukur. Maka dari itu, harus memerlukan alat yang lain. Alat itu ialah positivisme. Positivisme ialah paham yang mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis dan ada bukti empirisnya yang terukur. Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya membuat aturan yang mengatur manusia dan alam. Namun, alat positivisme juga masih membutuhkan alat lain karena kata positivisme yaitu : ajukan logikanya-ajukan bukti empirisnya yang terukur (kurang operasional).

Alat lain itu adalah metode ilmiah. Namun, metode ilmiah tidak mengajukan yang baru dan hanya mengulangi ajaran positivisme tetapi lebih operasional. Metode ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar harus lakukan langkah sebagai berikut : logico-hipothetico-verivikatif. 

Artinya : mula2 buktikan bahwa itu logis (argumen/pernyataan rasional dalam arti masuk akal)-kemudian ajukan hipotesis berdasarkan logika tadi (pernyataan)-kemudian buktikan pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode ilmiah inilah aturan yang kita gunakan. Dan secara teknik dan rinci dimasukan dalam bidang ilmu yang disebut metode riset. Metode Riset ini menghasilkan model-model penelitian. Nah, model-model penelitian inilah yang menjadi instansi terakhir.

Berikut akan diuraikan berdasarkan urutan yaitu sebagai berikut :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun