Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kisah 'Percintaan' Ala Edsanto dan Delta

2 September 2011   09:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia ini memang aneh. se aneh isi dari Kompasiana itu sendiri. Ada banyak fenomena yang saling bertolak belakang jika diperhatikan bersama, namun pada hakikatnya mengajarkan banyak hal dari keanehan itu sendiri. Sudah hampir 6 bulan ini saya aktif di Kompasiana, namun belum pernah saya menemukan 2 orang TKI yang sama-sama laki-laki dengan ego yang kuat dan tegas dan spontanitas, serta sama-sama berada di dunia Arab. Entah karena memang sudah karakternya atau memang iklim dan makanan Arab sana yang membuat mereka berdua ini memiliki karakter yang hampir mirip sama persis kembar identik walau tidak sampai kembar siam dempet bokong. Pasalnya, kedua tokoh kita ini selalu bisa meramaikan dunia sirkus Kompasiana dengan berbagai postingan dan komentar mereka yang saling serang. Awalnya saya cemas mereka akan kopi darat kemudian saling mengasah golok, bahkan sama-sama membawa pedang replika Zulfikar yang berada di Turki sana untuk saling itik-itik sampai  terguling-guling kegelian. Kisah perseteruan mereka terkeam juga oleh Bang Parlin Nainggolan dengan judul Mas Edsanto Vs Mas Bernandang Delta (Musuh Bebuyutan di Kompasiana) Namun setelah saya menggunakan perspektif analisis perilaku, ternyata mereka tidak sedang berseteru atau bermusuhan. Jika Anda menganggap Mas Edsanto dan Mas Delta sedang saling beramtem beradu argumentasi sampai terjadi pertumpahan ludah karena kata dan kalimat mereka yang saling serang begitu seru, maka Anda salah. Tidak, mereka tidak sedang  berkelahi, tetapi justru mereka sedang bercinta. Apa dasar saya mengatakan mereka sedang bercinta dan bukannya sedang berseteru? Ya, bayangkan saja, keduanya saling mengomentari, saling menunggu komentar balasan, saling mencurahkan waktu dan pikiran untuk saling memperhatikan, bahkan saling membuat postingan dengan tema masing-masing lawan. Yah, kata kuncinya adalah pada bentuk perhatian. Perhatian inilah  yang menjadi dasar dari percintaan di antara keduanya. Bahkan jika salah satu dari mereka tidak muncul di Kompasiana, yang lainnya akan berteriak, "Hayo keluar kau sambil menyebut nama). Catatan:  Mbak Santi (panggilan saya Delta untuk Edsanto) dan  Mbak Delta (panggilan sayang Edsanto untuk Delta). Hehehe... lucu juga kalau mereka sedang kangen untuk bertemu. Saya bisa bayangkan mereka saling  memikirkan. Pasti dalam sholat dan doa mereka, keduanya saling menyebut dan mendoakan masing-masing lawan. Dalam sujud mereka juga pasti akan terpikirkan nanti apa ya yang harus saya tulis untuk menjawab komentar lawannya. Sehingga bisa dipastikan 24 jam dalam sehari 7 hari dalam seminggu  mereka saling memikirkan. Peristiwanya mirip-mirip saat saya pacaran pertama kali, betapa wajah dan nama pacar saya tersebut hadir selama saya melek, bahkan hadir kembali dalam tidur. Luar biasa ya perasaan cinta itu. [caption id="attachment_129052" align="aligncenter" width="614" caption="Dua Sahabat Kompasianer"][/caption]

Lah tetapikan mereka saling mencaci-maki dan memojokkan? Hehehe.. dalam sebuah proses komunikasi, percintaan itu tidak harus dinyatakan dengan kata-kata baik untuk saling memuji disertai dengan kata Love dan pemberian bunga sebagai simbol saling menyayangi. Sebuah perasaan cinta, bisa juga diungkapkan dengan perkataan saling  memaki dan memojokkan sebagai bagian dari ekspresi perhatian. Pernahkan Anda mencubit seseorang yang  membuat Anda gemes? Pernahkah Anda dicubit oleh pasangan Anda sambil tersenyum dan Anda yang dicubit berteriak "Aduh sakiiiit Mas", sambil  tersenyum dan mencubit balik. Ya itulahs ebuah komunikasi percintaan yang bisa saja saling menyakiti. Kalau Anda sedikit mau belajar dari kisah percintaan kucing, kucing jantan akan sedikit menggigit tengkuk atau leher bagian atas kucing betina bahkan hingga terluka. Si kucing betina akan berteriap dengan suara keras, namun jangan diterjemahkan si kucing betina sedang kesakitan dan tersiksa. Erangan kucing betina tersebut sebenarnya sebagai ekspresi jiwa dan teriakan kebahagiaan yang jangan sampai kita  salah  persepsi. (Baca: Mengapa Bisa Beda Persepsi?) Namun contoh percintaan dalam bangsa manusia dengan rumus yang saling menyakiti ternyata ada juga. Keduanya bisa saling memecut, menggigit dan mencakar hingga berdarah-darah. Namun semakin sakit semakin mereka mendapatkan kebahagiaan. Hal itu biasa disebut Sadochisme  atau BDSM. Namun bedanya, Mas Edsanto dan Mas Delta ini saling  melecut dengan kata-kata hingga berdarah-darah, namun sebenarnya mereka sendiri mengalami orgasme dari kesakitan itu sendiri. Memang, bagi yang tidak memahami ilmu jiwa atau psikologi, hal ini tidak akan Anda mengerti dan terasa aneh. Loh terus ngapain saya kok nulis tentang mereka? Berarti Pak Choy juga ada perhatian buat mereka? Ya, boleh juga dikatakan begitu. Saya sangat senang dan menghargai keberadaan Mas Edsanto dan Mas Delta dengan berbagai psotingan tulisan dan komentarnya yang memperkaya cara saya menyikapi hidup. Saya jadi bisa lebih memaknai sebuah perseteruan dengan lebih baik. Jadi sebagai penutup, terimakasih kepada Mas Edsanto dan Mas Delta yang telah menjadi inspirasi saya untuk belajar memaknai sebuah perseteruan. Sekali lagi terimakasih. Salam bahagia untuk kalian berdua. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Hahaha... KBRI..."][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun