Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cara Memberikan Hukuman Fisik pada Anak

27 Agustus 2011   15:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:25 2852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pijat pada posisi antara pangkal jempol dan telunjuk (myjourneyintheworld.wordpress.com)

Seberapa sering Anda bertemu dengan seorang anak yang nakal? Mungkin belum pernah ya. Tetapi saya sendiri sebenarnya dulu adalah tipe-tipe anak nakal, sehingga saya sangat tahu mengapa seorang anak menjadi begitu nakal dan menyebalkan. Beruntung kedua putra-putri saya ternyata menjadi anak yang penurut, karena saya sedikit  tahu psikologi anak, sehingga saya bisa menempatkan diri saya sebagai teman sekaligus orang tua bagi anak-anak saya. Tak satupun dari mereka suka merengek-rengek nangis untuk meminta sesuatu, atau berkelahi dengan anak lain seperti saya dulu. :) Minggu lalu, seorang teman membawa kedua putrinya ke kantor. Yang paling besar duduk di kelas 1 SD, sedangkan yang paling kecil masih berusia 3.5 tahun. Seperti biasa saya mudah akrab dengan anak-anak. Mereka saya ajak bermain beberapa permainan seperti yang biasa saya mainkan dengan anak-anak saya sendiri. Saya sangat suka dengan putri terkecil yang mencari perhatian dari saya dengan mengajak main petak umpet dan sesekali naik ke atas kursi. Namun tidak demikian dengan si anak tertua mulai tampak nakalnya. Ternyata dia suka mencubit dan mencakar orang lain. Hampir kedua tangan saya penuh dengan bekas cenkeraman kuku tangannya. Waduh, gaswat juga nih anak. sepertinya dia anak yang kurang perhatian dari orang tuanya. Sehingga cara dia mengekspresikan rasa gemesnya pada saya dilakukan dengan cara mencubit dan mencengkeram tangan saya. Pada putri yang paling kecil, saya masih bisa menuturi dengan kalimat-kalimat ajakan dan himbauan yang membuatnya berhenti untuk naik ke atas kursi karena berbahaya kalau sampai jatuh. Diapun mengerti dengan himbauan dan nasihat saya dan duduk manis sambil tetap mengajak saya bermain batu-kunting-kertas. Sedangkan sang putri yang lebih besar, ternyata semua kalimat dan nasihat saya tidak mempan bagi dirinya. Baru kali ini saya bertemu seorang anak SD kelas 1 yang sulit untuk dinasehati. Rupanya dia harus merasakan  punishment atas perbuatan nakalnya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Tetapi rasanya tidak etis juga jika saya menghukum anak tersebut dengan 'sedikit' cubitan atau bentuk kekerasan fisik lainnya. Akhirnya saya memutuskan untuk memberikan sedikit punishment untuk mengontrol perilaku nakalnya tersebut. Saya ingat pernah belajar pijat refleksi. Beberapa pijatan dan tekanan pada titik-titik tertentu di tangan tidak akan menimbulkan bekas dan cedera walaupun efek pijatannya cukup membuat orang dewasa menjerit kesakitan. [caption id="" align="aligncenter" width="412" caption="Pijat pada posisi antara pangkal jempol dan telunjuk (myjourneyintheworld.wordpress.com)"][/caption] Akhirnya setiap kali dia menyerang saya dengan cengkeraman kuku tangannya, kemudian saya balas dengan pijatan ringan pada pangkal jari antara jempol dan telunjuknya. Diapun menjerit sambil tertawa-tawa. Akhirnya setelah 2x dia merasakan pijat refleksi yang mengaktifkan syaraf di tangannya  sebagai bentuk reaksi dari aksinya, saya bisa mengontrol perilakunya yang agresif. Bahkan pijat refleksi pada titik tersebut berkhasiat mengaktifkan pleksus solar yang bermanfaat bagi aktifasi jantung. Pijatan di titik tersebut tidak akan menimbulkan cedera dan berbekas. Jadi Anda tidak perlu khawatir orang tuanya marah  pada Anda. Selain itu, rasa nyeri saat dipijat hanya berlangsung pada saat ditekan saja, berbeda dengan cubitan atau pukulan pada tangan atau kaki yang dapat menimbulkan bekas lebam dan menimbulkan nyeri yang cukup lama. Memberikan efek jera pada anak juga hendaknya tidak boleh yang menjatuhkan mental mereka, contoh seperti sentilan atau jeweran pada telinga anak. Saya sendiri merasakan kalau sentilan dan jeweran pada telingan tidak begitu menyakitkan secara fisik, tetapi cukup menyakitkan hati. Sehingga cara ini harus dihindari oleh orang tua manapun. Oh ya,  memberikan hukuman fisik hendaknya merupakan alternatif terakhir bila kalimat persuasif Anda tidak bisa mengontrol perilaku si anak. Hendaknya hukuman fisik pada si anak juga tidak dilandasi sebagai bentuk kemarahan Anda pada si anak, tetapi sebagai bagian dari perasaan sayang dan cinta Anda pada anak tersebut. Sehingga ketika Anda memberikan pijatan sayang ini, lakukan dengan tersenyum dan wajah seramah mungkin. yakin, si anak juga tidak akan merasa sedang menjadi objek kemarahan dan kebencian Anda. Dia akan merasa seperti sebuah hukum sebab-akibat dari pilihan perilakunya. Yakinlah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun