Mohon tunggu...
Christianto Wicaksono
Christianto Wicaksono Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa yang suka sekali dengan dunia usaha. Sedang berada di tahap semester akhir hendak mengerjakan skripsi. Kuliah di fakultas Ekonomi Manajemen dengan peminatan Marketing, sehingga suka sekali dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Marketing.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pelayanan Service yang Baik

27 Januari 2010   16:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:13 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hello,

Ini merupakan artikel saya yang kedua. Saya akan mncoba untuk mnggunakan bahasa, alur crita, dan gaya pnulisan yg sesederhana mgkn. Shingga bagi anda-anda yg sudah sering melihat gaya penulisan dgn kata2 yg berat dan mndalam, bisa sdikit trhibur dgn tulisan saya. So,, bkn arti disrespect dgn pnulisan baku Indonesia, I just want to casual not formal. ^^, Happy Reading .. ..

Well, this time, saya akan bicara mngenai pelayanan di Jakarta. Khususnya Jakarta Selatan, karna sbagai seorang mahasiswa, budget saya masih trbatas untuk jalan2 di daerah Selatan Pusat. ^^, Jika dilihat overall… Pelayanan service di beberapa tempat pertokoan maupun non-pertokoan masih kurang optimal atau kurang merata.

Brmula dari suatu kedai kopi trkenal di Pondok Indah Mall. Saya trmasuk salah satu pncinta kopi walau jarang minum kopi. Di situ tertera buy 1 get 1 free dgn mengunakan kartu kredit. Waktu itu saya dan kakak saya datang dan hendak memesan kopi. Dia memesan kopi jenis blended. Karna kopi yg masuk kategori ‘free’ itu hnya jenis yg sudah dtntukan, maka saya mncoba ng’test dgn memesan yg trmasuk ktentuan. Si mba playan lgsg memasang tampang jutek terjutek dan mngatakan dgn nada ketus, “mas, yg free ‘tuh cm yg ini aja (sambil mnunjuk list kopi’nya) bukan yg mas pesan. Jadi mo (bukan mau dia bilangnya) pesen apa??” Saya lgsg saja pesan kopi yg dtentukan. Beberapa saat stlah kami duduk dan mncicipi kopi. JRENG! Datanglah seorang bule beserta istrinya. “Morning, can I help you?” ujar si pelayan. Weleh,, saya melihat hal trsebut cukup kecewa, mngapa sperti ada bias playanan trhadap konsumen ‘pribumi’ dsini. Ini tak hanya sekali dua kali’nya sy mnemukan pristiwa ini trjadi kpada saya.

Well, sy tidak akan curhat ttg uneg2 sy tp sy brharap crita ini bisa mnjadi pelajaran buat kawan2 mahasiswa maupun kalangan muda yg sedang part-time ato full-time di dunia service. Dalam sebuah dunia service (industri jasa maksudnya…), pelayanan yg baik memegang sebuah peranan penting dan para pemain frontliner (garis depan yg brtemu tatap muka dgn konsumen) tentu jg memegang peran yg penting. Hal ini yg kerap (sering) dilupakan oleh si frontliner itu sendiri maupun atasannya. Karna kesan pertama’lah yg sering menentukan hubungan mereka kedepannya. Layaknya pasangan, kesan pertama memegang peranan pnting bukan? So saran saya pertama bagi pemain Service adalah senyum dan ramah, senantiasa mengucapkan salam kpada mereka. Eye Contact juga pnting. Snyum, hello, act nicely (Shelly) pasti konsumen jg akan mnyambut kita dgn baik. Walau tdk smua konsumen ramah. Hehehe,,

Saya akui, Shelly ada peranan dalam tiap jenis playanan baik itu usaha yg berkelas bintang bnyak maupun kurang brkelas. Mngapa warteg walau murah dan sempit masih ada pelanggan? Tak jarang karna pemiliknya ato pnjualnya merupakan orang2 yg ramah (terkecuali warteg2 yg orang2nya sombong) dan sering dan mau menyapa para pelanggannya. Sosialisasi bgitu penting disini.

Saran Kdua. Be Close. Ibarat sbuah prcintaan, mndekatlah untuk membuat si dia jatuh hati kpada kita. Bgitu jg dgn konsumen, sy sbagai konsumen snang mndapat playanan yg ramah dan akrab, konsumen mana sih yg tdak suka mndapat playanan yg sperti itu? (Adakah?? Hal yg bodoh jika tidak suka sih) Ibarat magnet, kedua sisi prlu berdekatan supaya mnempel, bgitu jg dgn konsumen. Dekati mereka agar mereka jg dekat kpada kita. Don’t be shy, Don’t be nervous, kalaupun iya, pikirkanlah bahwa kita ingin mndapatkan hati’nya … bukan uangnya. Smakin kita dekat, smakin loyal mereka. Sy masih seringkali mnemukan banyak banyak kali (cukup banyak maksudnya) para sales person yg tdk berani mndekatkan diri kpada konsumen mlainkan cm jd manekin. Tahu kan manekin? Patung2 yg suka dipakaikan baju di cosplay toko. Yap!

Sbg contoh, saya dtng ke salah satu gerai handphone trnama di Indonesia, saya coba pilih2 hp, then she came next to me, the salesgirl. Sy liat, dia snyum aja, “silahkan mas…” katanya. Sy sngaja keliling2 lihat2 hp dgn teliti dan bgitu juga dgn dia setia mndampingi. Ko saya malah mrasa dy sperti ngemis (sorry) bukan melayani? Then, sy coba buka prcakapan. Hp yg ini apa bedanya mba dgn hp yg itu? Itu 2 hp yg sy buat prbandingan hanya beda Megapixel aja di kamera’nya, tp reaksi dia … “Uh..Oh.. Bentar ya mas, saya tanyakan bos saya dulu.” JRENG! Saya dtinggalkan dan kmudian malah dilayani si bos’nya yg trnyata malah coba promosi’in merek lain bknnya mnjawab prtnyaan saya. Saran ketiga, Know What U are Selling, jgn dikit2 panggil bos. Kita dibayar utk mngenal produk yg kita jual, bkn sekedar jd perantara antar pembeli dan kasir. Yahh,,, jgn terlalu malas’lah tuk mngenal yg kita jual. Smakin kita mendalami’nya smakin pula kita mengenalnya smakin pula kita bisa jatuh hati padanya dan smakin mahir pula kita untuk mengajak konsumen turut jatuh hati padanya. Nya refer to product yg kita jual ya? Hehehe.

Demikian dahulu untuk artikel saya mengenai pelayanan yang baik guna mencapaiPelay. Sungguh hal yg mnyenangkan untuk berbagi mngenai hal ini. Mari kita tingkatkan kualitas jasa di Indonesia, menyusul para pemain2 luat yg kian marak hadir di Indonesia. Sekian terima kasih atas perhatiannya.

^^,

Chito


Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun