Kecewaku saat itu sangat berat, sampai aku mengeluh pada tuhan. Kenapa aku? Setiap kali mencintai selalu begini? Apa salahku? Aku pun ingin mengenal dan menceritakan si diaku seperti yang lain. Kenapa aku tidak seperti yang lain? Apakah aku tidak berhak?
Akhirnya kami pun berpisah. Perpisahan yang memang tak pernah diawali dengan kebersamaan.
Â
5
Ketika Mataku Terbuka
Awalnya aku tidak mau bercerita pada Nura dan Tia tentang perasaanku pada Buba karna aku malu dulu bilang amit-amit sekarang dia begitu imut-imut bagiku. Tapi aku tak tahan menahan perasaan ini, akhirnya aku ceritakan saja tapi tak ku beri tahu pada mereka bahwa orangnya adalah Buba. Sayangnya berdasarkan ceritaku mereka tahu kalau yang ku maksud adalah anak nakal itu.Mereka menertawakanku dan bilang,
"Yah kamu sih malah suka sama dia"
Mendengar hal itu aku kesal seolah mereka tak peduli perasaanku, tapi apa yang mereka bilang itu benar. Kenapa aku harus suka sama dia.
Kebiasaanku adalah setelah terluka semangat belajarku turun, untuk sekedar berangkat sekolah pun rasanya sangat berat.
Tapi di hadapan kawanku aku tetap pura-pura ceria sudah move on dan melupakan Buba padahal waktu itu saat awal masuk kelas 11 aku masih mengingatnya. Aku gengsi jika harus bergalau karna anak nakal yang sering aku cibir itu.
Hari itu ada kakak sepupuku yang menginap di rumah. Malam harinya kami mengobrol, dia bertanya padaku