4. Relevansi Filosofis
Pemikiran Ellis mengalihkan perhatian dari dunia luar ke dunia batin.
Para Stoik menekankan pengendalian diri, sementara Nietzsche menekankan afirmasi terhadap kehidupan. Ellis justru menekankan bahwa logika yang kuat dan kesadaran rasional berperan dalam membentuk emosi.
Ia menunjukkan bahwa berpikir secara positif bukanlah bentuk ilusi, melainkan tanggung jawab intelektual untuk memilih pola pikir yang sehat.
Kesimpulan
Menurut Ellis, pikiran bertindak sebagai arsitek emosi.
Kita bukan sekadar korban keadaan, melainkan penafsir aktif dari apa yang terjadi.
Dengan melatih pola pikir rasional, seseorang dapat mengubah cara perasaan berkembang, dan dari situ mengubah arah hidupnya.
1.Stoikisme (Epictetus & Marcus Aurelius)Mengajarkan pentingnya mengendalikan pikiran dan emosi sendiri, serta menerima hal-hal yang berada di luar kendali kita. Ketenangan batin menjadi kunci untuk menghadapi hidup dengan bijak.
2.Eksistensialisme (Nietzsche)
Tidak hanya menerima kehidupan, tapi juga berani mencintainya sepenuhnya — termasuk penderitaan dan kesulitannya. Dari sini, manusia belajar untuk berkata “ya” pada kehidupan apa adanya.
3.Pragmatisme (William James.
Menekankan bahwa keyakinan bisa menciptakan kenyataan. Hidup bukan hanya tentang menerima takdir, tapi juga membentuknya lewat kepercayaan dan tindakan yang optimis.
4.Psikologi Modern (Albert Ellis)
Membawa semua gagasan itu ke ranah praktis dengan menekankan bahwa pikiran berpengaruh langsung terhadap perasaan. Dengan berpikir rasional, seseorang bisa mengubah emosinya dan hidup dengan lebih tenang serta bahagia.