Metode conversio mengajak kita untuk berbalik ke dalam diri sendiri dan merenungkan setiap pengalaman hidup. Hal ini sejalan dengan ajaran Marcus Aurelius yang menekankan pentingnya mengendalikan pikiran dan emosi. Dengan mengenali diri dan belajar dari dalam, kita bisa menemukan ketenangan, kebijaksanaan, dan kekuatan sejati seperti yang diajarkan oleh filsafat Stoikisme.
Suatu hari, saya pernah dikritik oleh teman karena katanya saya terlalu cuek dan kurang peduli sama orang lain. Awalnya saya merasa tersinggung dan agak kesal, tapi setelah saya pikir-pikir lagi, saya mencoba menerapkan metode conversio — yaitu dengan berbalik ke dalam diri sendiri dan merenungkan perkataannya. Saya mulai bertanya pada diri saya sendiri, “Apa benar saya seperti itu? Apa selama ini saya terlalu sibuk sama urusan sendiri sampai lupa memperhatikan orang lain?” Dari situ saya sadar kalau ada bagian dari diri saya yang memang perlu diperbaiki. Dengan belajar melihat ke dalam diri, saya jadi lebih memahami sikap saya sendiri dan berusaha berubah jadi pribadi yang lebih peka dan peduli. Dari pengalaman ini, saya merasa metode conversio benar-benar membantu saya untuk lebih mengenal diri dan memperbaiki sikap tanpa harus menyalahkan orang lain.
Metode askesis adalah cara untuk melatih diri agar bisa tetap tenang dan bijak menghadapi berbagai hal dalam hidup. Marcus Aurelius mengajarkan bahwa kita perlu belajar membedakan antara dua hal penting, yaitu Fortuna dan Virtue.
Fortuna adalah hal-hal yang ada di luar kendali kita, seperti nasib, keberuntungan, pujian, atau situasi yang terjadi dalam hidup.
Sedangkan Virtue adalah hal-hal yang bisa kita kendalikan sendiri, seperti cara berpikir, bersikap, dan bertindak. Dari latihan ini, kita diajak untuk tidak bergantung pada hal-hal yang tidak bisa kita atur (Fortuna), tapi fokus pada menjaga sikap dan karakter kita sendiri (Virtue). Dengan begitu, kita bisa tetap kuat dan tenang, apa pun keadaan yang kita hadapi.
Fortuna adalah hal-hal yang ada di luar kendali kita. Misalnya seperti cuaca, pendapat orang lain, hasil ujian, keberuntungan, atau kejadian yang datang tiba-tiba. Semua itu bukan sesuatu yang bisa kita atur sesuka hati.
Marcus Aurelius mengajarkan bahwa kita tidak perlu terlalu memusingkan hal-hal seperti ini, karena seberapa keras pun kita berusaha, tetap ada hal yang gak bisa kita ubah. Yang penting adalah bagaimana kita menerima dan menyikapinya dengan tenang serta bijak.
2) Virtue (Kebajikan / Hal-hal yang Dapat Kita Kendalikan)
Virtue adalah hal-hal yang bisa kita kendalikan sendiri, seperti pikiran, sikap, dan tindakan kita terhadap sesuatu. Ini bagian dari diri kita yang benar-benar bisa kita atur tanpa bergantung pada orang lain atau keadaan luar. Marcus Aurelius mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari bagaimana kita menjaga pikiran dan sikap, bukan dari hal-hal yang kita miliki. Jadi, selama kita bisa berpikir jernih, bersikap baik, dan tetap berbuat benar, kita sudah menjalankan virtue dalam kehidupan sehari-hari.