Bicara tentang sejarah dan budaya itu sangat mengasyikan karena tidak semua orang paham akan hal tersebut. Apalagi mengenai makna dan falsafah dari budaya memiliki beragam arti. Suatu misal tentang wayang kulit yang mana ternyata penuh makna bagi masyarakat Jawa khususnya.
Seperti yang di ceritan dan di terangkan secara detail oleh R.Wiardono, SH. MH. Berawal dari kecintaan beliau akan wayang kulit, makanya sangat hapal akan karakter dari para tokoh pewayangan.
Disela kesibukannya Wiardono untuk menjadi Caleg dari Partai Perindo untuk Dapil 3 DPRD Provinsi Jatim., beliau Masih memberi waktu buat saya untuk sekedar berbincang - bincang tentang sejarah dan budaya wayang.
Dapat di katakan wayang ini sangat merakyat dan dekat dengan masyarakat. Ketika Agama Islam masuk ke Tanah Jawa khususnya Daerah Timur di era Kerajaan Mojopahit, ada salah satu Sunan yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga membuat satu versi Islam dengan Budaya wayang.
Perlu di ketahui Islam masuk ke Jawa Timur berkat pengaruh dari  pelajaran Kanjeng  Sunan Kalijaga. Di samping itu wayang  juga sangat melekat dengan Daerah pesisir seperti Pasuruan dan Probolinggo. Sebagai buktinya begitu banyak peninggalan sejarah yang ada di Pasuruan dan Probolinggo salah satunya adalah Modo Kali Puro.
Merupakan napak nilas perjalanan Hayam Wuruk ke wilayah timur dan singgah di Modo Kali Puro. Serta terdapat beberapa Candi dan petilasan di daerah Probolinggo itu menunjukkan sebagai bukti sejarah. Pesan dari Pak Wiardono untuk generasi milenial jangan pernah melupakan sejarah karena itu merupakan budaya dari leluhur kita.
Sedangkan Falsafat wayang adalah merupakan figur dari masing - masing karakter misalnya ada tokoh Pandawa dan Kurawa, untuk Pandawa di gambarkan sebagai sosok yang satria, jujur dan tidak pernah melakukan kecurangan sedangkan Kurawa sangat banyak kurang lebih berjumlah seratus orang selalu di kaitkan dengan sifat ambisi, angkara murka hingga perbuatan yang tidak baik.