Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mencari Lawan Prancis: Pembuktian Harry Maguire dan Tanpa Mane Senegal Bisa Lebih Lepas

4 Desember 2022   16:44 Diperbarui: 4 Desember 2022   23:41 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harry Maguire saat berduel dengan pemain Amerika Serikat di matchday kedua Grup B Piala Dunia 2022: AFP/STU FORSTER via Kompas.com

 

Pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2022 baru dimulai. Setelah dua pertandingan pertama yang meloloskan dan mempertemukan Belanda dan Argentina, kini giliran Inggris versus Senegal guna mencari lawan Prancis yang berpeluang besar menggasak Polandia, di perempat final nanti.

Duel ini akan digelar di Al Bayt Stadium, Senin (5/12/2022) dini hari WIB. Pertandingan ini  tentu menarik. Jelas, tensi tinggi perebutan tiket ke babak delapan besar antara wakil dari dua benua berbeda yang seperti terpisah jarak begitu jauh. Namun sesungguhnya memiliki titik irisan.

Sebab, beberapa pemain andalan Senegal adalah tumpuan di klub Liga Premier Inggris. Sebut saja, duo Chelsea, kiper Eduardo Mendy dan kapten tim, Kalidou Koulibaly.

Namalys Mendy, Cheikhou Kouyate, Idrissa Gueye, dan Pape Matar Sarr pun mengais rezeki dan pengalaman di negara tersebut, masing-masing berseragam Leicester City, Nottingham Forest, Everton, dan Tottenham Hotspur.

Sejumlah pemain Senegal itu bakal menghadapi rekan-rekan mereka yang kali ini harus bertarung membawa nama negara. Mereka masih tercatat sebagai kawan di level klub, tetapi kali ini harus mengesampingkan status tersebut.

Ketika memasuki lapangan pertandingan, Mendy dan Koulibaly seperti tidak mengenal Conor Gallagher, Mason Mount, dan Raheem Sterling. Demikian juga, antara Sarr di satu sisi serta Harry Kane dan Eric Dier di sisi berbeda. Baru setelah wasit meniup peluit panjang, simpul-simpul tersebut terlepas kembali.

Senegal tanpa beban

Senegal tentu akan bertarung demi Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) yang dari lima wakil yang dikirim hanya dua melaju.

Setelah Sadio Mane dipastikan absen, perjuangan skuad Singa Teranga semakin termotivasi. Kehilangan salah satu bintang terbesar di tim memacu mereka untuk bertarung tanpa sokongan nama besar sekaligus andalan di lini depan.

Permainan armada Aliou Cisse bakal lebih lepas. Mereka hanya perlu berjuang sehormat-hormatnya untuk merebut tiket perempat final dari Inggris.

Kekuatan mereka pada semangat, motivasi, kerja sama, dan pola pikir. Jalan tidak mudah yang mereka lalui hingga finis sebagai runner-up Grup A akan berpapasan dengan salah satu tim unggulan yang menjadi juara Grup B.

Inggris membungkam Iran 6-2, bermain imbang tanpa gol versus Amerika Serikat dan menekuk Wales tiga gol tanpa balas.

Senegal harus menelan pil pahit di matchday pertama, kalah 0-2 dari Belanda. Lalu bangkit di dua pertandingan berikutnya. Tekuk tuan rumah Qatar 3-1 dan memenangi laga  hidup-mati kontra Ekuador, 2-1.

Senegal tahu, modal mereka menjadi juara Piala Afrika untuk pertama kalinya pada Februari lalu tidak otomatis menjamin kesuksesan di panggung besar Piala Dunia. Buktinya, mereka keteteran meladeni Belanda dan harus berjuang keras menyingkirkan Ekuador.

Tanpa bomber Bayern Muenchen pula, mereka tidak bisa lagi bergantung pada sumber gol. Ditambah lagi, skorsking gelandang Everton, Idrissa Gueye, membuat lini tengah terancam kehilangan keseimbangan.

Satu-satunya yang bisa mereka tunjukkan adalah bermain tanpa beban. Lepas bebas seperti kawanan Singa yang bertarung di padang.

Duo Chelsea di jantung pertahanan yang memiliki kualitas dan pengalaman, baik sebagai individu maupun di level sepak bola Inggris adalah modal untuk memainkan sepak bola atraktif, kolektif-kolegial, dan menyerang dengan serangan balik cepat untuk menyasar lini belakang Inggris yang kerap menjadi sasaran kritik.

Minus Mane, lalu menyusul Guaye dan cedera pergelangan kaki Cheikhou Kouyate yang belum juga pulih, memang bakal mendatangkan masalah di lini tengah. Namun, celah itu bisa diisi gelandang Leicester, Nampalys Mendy.

Pemain sayap Watford Ismaila Sarr dan Iliman Ndiaye dari Sheffield United  bisa membantu menopang striker Salernitana, Boulaye Dia.

Dukungan Mane dari luar lapangan dan kehadiran sang manajer kharismatik plus asisten El Hadji Diouf-legenda cum pahlawan Senegal tahun 2002-dari pinggir lapangan adalah tambahan energi yang sungguh penting.

Lanjutan Pembuktian Maguire

Dalam posisi seperti ini, tekanan justru berada di kubu Inggris. Selain ekspektasi besar dari para penggemarnya, sepak terjang tim besutan Gareth Southgate sepanjang fase grup sesungguhnya belum konsisten.

Ledakan awal atas Iran berlanjut dengan penampilan tidak menarik saat diimbangi Amerika Serikat. Kemenangan tiga gol tanpa kemasukan atas Wales tidak lepas dari peran Marcus Rashford dan Phil Foden.

Dua gol pertama tercipta dalam waktu tak lebih dari satu menit. Mula-mula oleh Rashford, lalu Foden. Pemain yang disebutkan pertama mengukir "brace" 18 menit setelah gol pertama untuk mengunci langkah Inggris ke fase gugur.

Sang pelatih, Gareth Southgate yang juga dibayangi sinis dan pesimis dalam perjalanan ke Timur Tengah, menyusul hasil buruk di edisi terkini UEFA Nations League.

Kini ia berjuang untuk penebusan. Menyamai prestasi empat besar pada edisi 2018. Lebih bagus, bila mereka bisa menebus penampilan antiklimaks di final Piala Eropa di Wembley, Juli tahun lalu untuk menyamai prestasi yang sudah lama dinanti sejak 1966 silam.

Apakah perjalanan The Three Lions menuju target besar itu akan mudah? Jelas tidak. Senegal adalah ujian awal di fase gugur. Pilihan hanya menang atau tersingkir.  

Catatan tak pernah kalah menghadapi tim-tim Afrika adalah penting. Menambah keyakinan di tengah beban dan target besar yang dipikul.

Southgate bakal mengandalkan para pemain yang diturunkan di fase grup. Termasuk duo Manchester United, Marcus Rashford dan Harry Maguire.

Maguire khususnya adalah pemain yang sedikit aneh. Anomali, bila bisa dipakai. Buruk di level klub, tetapi bisa bermain cukup baik di tim nasional.

Sosok yang tahan banting terhadap berbagai hinaan terus mencoba untuk memberi bukti dan menjawab anek suara miring itu dengan penampilan baik di lapangan pertandingan.

Ia sukses mengawali kiprahnya di Qatar. Melawan Iran, Maguire tampil solid. Tak terlihat ada keraguan di wajahnya. Ia menjadi bagian dari awal manis tim Tiga Singa.

Begitu juga saat menghadapi Amerika Serikat. Di balik hasil akhir yang mengecewakan, Maguire adalah penyelamat. Bagaimana ia bisa mengawal benteng pertahanan dari gempuran para pemain lawan. Pemandangan ini juga terlihat jelas di matchday pamungkas grup.

Maguire akan berada dalam barisan skuad penuh harapan agar bisa menampilkan kembali performa impresif seperti saat membungkam Wales. Tim yang agresif, mengambil inisiatif, dan tanp kompromi saat diserang.

Dengan strategi Southgate yang berbeda dari Erik ten Hag di klub, Maguire bisa lebih mudah menjalankan tugasnya. Ia tidak dipaksa untuk terlalu jauh meninggalkan gawang, sesuatu yang bisa dengan mudah diekploitasi lawan dengan strategi Setan Merah itu.

Dengan ditopang oleh rekan setim di sekelilingnya seperti John Stones yang sudah saling mengenal, terlihat lebih sedikit ruang yang memungkinkan lawan menemukan titik lemahnya.

Duet Maguire dan Stones yang sudah bermain bersama 31 kali untuk Inggris dalam lima tahun terakhir dengan hanya tiga kali menelan kekalahan, membuat keduanya masih pantas mendapat kepercayaan.

Inggris pun memiliki cukup banyak opsi di bangku cadangan manakala mengalami kebuntuan. Di lini depan, tidak hanya bergantung pada Kane dan Sterling, tetapi ada Rashford-sudah mencetak tiga gol dengan hanya sekali menjadi starter-dan Foden yang siap mengambil peran.

Bila empat tahun lalu di Rusia, urusan mencetak gol ditunaikan Kane, maka kini untuk mencapai target serupa, Inggris sudah memiliki lebih banyak opsi.

Menghadapi Senegal di laga krusial ini, Southgate harus berpikir cermat dan taktis. Di satu sisi, ia tak boleh berjudi dengan eksperimen.

Di sisi lain, ia bakal diganggu dengan penampilan sejumlah pemain yang bermain bagus saat ditempatkan sebagai starter saat menggasak Wales. Kyle Walker, Foden, Jordan Henderson, dan  Rashford.

Sementara itu, mengembalikan Kieran Trippier, Bukayo Saka, hingga Raheem Sterling sebagai pilihan pertama adalah juga godaan yang tak mudah ditampik. Jude Bellingham dan Declan Rice bisa menciptakan kemitraan dengan Henderson di lini tengah dengan kondisi Kalvin Phillips dan James Maddison yang kurang fit.

Posisi Kane di lini memang belum tergoyahkan, meski sang pemilik Sepatu Emas Rusia itu masih terus mengincar gol pertamanya di Qatar.

Apakah penantian sang kapten akan berpelukan dengan hasil positif di pertandingan nanti?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun