Ginting membuat Syabda Perkasa tak bisa mempertontonkan keperkasaannya seperti saat menumbangkan Yun Gyu Lee untuk mengunci status jawara grup A.
Begitu juga duet Kevin/Ahsan otomatis membuat Hendra Setiawan hanya menjadi penonton dan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana kehilangan menit bermain walau mencetak kemenangan dua gim atas pasangan senior Singapura, Danny Bawa Chrisnanta/Jun Liang Andy Kwek, 24-22 dan 21-14.
Tim Indonesia juga tidak memainkan salah satu dari pasangan muda juara All England 2022 seperti dalam formasi menghadapi Thailand di laga kedua. Saat itu tim Indonesia mencoba ekperimen Bagas Maulana/Kevin Sanjaya yang juga berhasil baik dengan kemenangan 24-22 dan 21-11 atas pasangan muda Peeratchai Sukphun/Pakkapon Teeraratsakul.
Keempat, Ginting sudah menderita kekalahan beruntun dan percobaan Ahsan/Kevin belum berbuah manis, mengapa tidak menurunkan salah dua dari The Daddies, Fajar/Rian, atau Bagas/Fikri?
Begitu juga, mengapa tidak memilih pemain yang sudah terbukti menyumbang poin seperti Jojo, Vito, dan Syabda untuk mengisi slot tunggal putra?
Ginting kembali
Ternyata keraguan saya, mungkin juga banyak penggemar di Tanah Air, terbukti keliru. Ginting menjawab pesimisme mungkin juga antipati dengan kemenangan atas Zhao Jun Peng.
Di balik kemenangan tiga gim, 21-12,25-27, 21-17, Ginting menunjukkan kembali keunggulannya yang sempat hilang entah ke mana.
Ginting, ranking 5 BWF, langsung tancap gas. Ia tak membuang kesempatan meraup banyak poin dari sang lawan yang terlihat belum siap bertarung.
Skema permainan yang terencana dan dieksekusi secara meyakinkan. Smes keras, penempatan bola akurat, permainan net ciamik, hingga kemampuannya memanfaatkan selisih poin signifikan di awal pertandingan untuk memberi tekanan tambahan pada pemain 38 BWF itu.
Ginting sebenarnya bisa mengakhiri pertandingan dalam dua gim. Sayangnya, ia gagal memanfaatkan sejumlah momentum di poin-poin kritis.