Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kisah Sekeping Emas Susanti Ndapataka dan Mobil Pikap Usang di Negeri Miskin Apresiasi

13 Oktober 2021   21:20 Diperbarui: 14 Oktober 2021   08:12 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Susanti Ndapataka, bersama pelatihnya Angga Silitonga menumpang mobil pikap yang kemudian menjadi viral: Kompas.com

Demikian Willem Enga melansir Kompas.com. Sekali lagi ia menekankan, "Namun sekali lagi pelatih tetap memilih untuk bersama komunitas Sumba dan Laskar Timor serta memakai tumpangan pick up yang disediakan komunitas tersebut dan langsung menuju ke camp latihan. Kami pun turut serta mengantar mereka."

Angga Silitonga, pelatih Susanti Ndapataka yang turut angkat bicara, menyampaikan keterangan yang jauh berbeda. Seperti kata Willem, pihak Anggalah yang memilih untuk menumpang kendaraan yang disiapkan komunitas.

Dalam dialek Kupang, Angga mengatakan seperti ini. "Sonde (baca: tidak) enak, hanya karena pemda atau pejabat yang datang terus beta pu kawan dong yang su dengan swadaya sendiri mau datang terus beta kas tinggal sa begitu, beta rasa sonde pantas, makanya sampai terakhir dong tanya pun saya bilang ketong ada siap oto bak terbuka."

Hanya saja, Angga membayangkan kendaraan yang disiapkan itu tidak seperti itu. "Cuman permasalahannya mungkin ketong sonde membayangkan yang seperti ini."

Ya, seperti Angga yang merasa kaget dan tak menyangka bakal menumpang kendaraan seperti itu, persis seperti itu titik sorot warganet NTT khususnya, lantas menjadi viral. Pemberitaan media nasional pun menjadikan "pikap" atau "pikap using" sebagai kata kunci.

Miskin apresiasi

Apakah menumpang pikap adalah sesuatu yang tercela? Apakah seorang atlet, termasuk yang berprestasi sekalipun, pantang dinaikan ke jenis kendaraan seperti itu?

Soal kepantasan ini bisa diperdebatkan. Hal-hal terkait tindakan etis masih bisa kita pertanyakan. Namun, hemat saya, ada hal yang sebenarnya jauh lebih mendasar.

Pikap itu sebenarnya adalah representasi soal penghargaan. Apresiasi atas kerja keras, perjuangan, dan pengorbanan seorang atlet yang masih menjadi barang langka di republik ini.

Wajar bila kemudian dinilai tak pantas bila membandingkan dengan penghargaan yang diterima atlet-atlet dari daerah lain atau negara lain yang disambut dan dihargai sepantasnya.

Namun, tidak sedikit atlet berprestasi, bahkan berskala internasional sekalipun yang belum mendapat perhatian yang layak. Pikap adalah latar depan dari bangunan besar penghargaan yang miris dan minim di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun