Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sound of Borobudur, Denting Penyadaran Narsisme dan Amnesia Sejarah

11 Mei 2021   22:53 Diperbarui: 11 Mei 2021   23:02 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pementasan orkestra Sound of Borobudur: ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Keempat, berkat kerja keras tanpa kenal lelah itu kini mewujud dalam Sound of Borobudur Orkestra dan lebih dari itu, Sound of Borobudur Movement. Tidak semata-mata sebagai tanggung jawab segelintir orang tetapi menjadi sebuah gerakan bersama.

Banyak aktivitas yang digalakan. Mulai dari Musicovernations (program online berbasis musik yang dimainkan dengan instrumen musik yang terpahat di dinding candi, dimainkan oleh musisi Indonesia, kemudian di respon oleh musisi dunia secara terbuka), Sound of Borobudur Exhibition Centre di kawasan Borobudur, Program pembangunan Sound of Borobudur Learning Center, Program pelatihan berbasis Sustainibility Livelyhood di Kawasan penunjang pariwisata seputar Borobudur, Program Community Based Development di Kawasan Borobudur, Program penguatan tradisi dan seni budaya di seluruh Indonesia, hingga program tahunan Sound Of Borobudur berupa Cultural Summit dan International Music Camp.


Penyadaran

Berkat Sound of Borobudur, kekayaan Candi Borobudur perlahan-lahan terkuak. Tidak lagi sebagai bangunan mati yang menjadi objek wisata belaka. Tetapi menjadi sumber berbagai informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan hidup.

Tidak terbatas pada aspek sejarah dan agama, tetapi juga astronomi, arsitektur, arkeologi, antropologi, hingga etnomusikologi. Kerja Sound of Borobudur  yang cukup jauh dari publikasi telah menguak sisi lain Borobudur sebagai sebuah warisan budaya dalam bentuk benda yang mengandung kekayaan warisan budaya tak benda sebagaimana dikreasikan oleh Orkestra Sound of Borobudur dalam bentuk 195 buah instrumen yang telah dituangkan dalam berbagai komposisi musik.  Dalam diam, Sound of Borobudur sudah menggemakan Borobudur  menjadi pusat musik dunia.

Selanjutnya, Sound of Borobudur menjadi inspirasi banyak hal. Sekaligus menunjukkan bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah yang perlu disokong bersama, tidak hanya mengandalkan kerja sebagian musisi dan pekerja seni.  Setiap orang mestinya memiliki porsi tersendiri untuk ambil bagian,  sekurang-kurangnya mengambil nilai untuk dirinya sendiri.

Pertama, Sound of Borobudur melecut kita untuk merawat warisan budaya dalam bentuk benda, juga terutama warisan tak benda yang mulai lenyap karena sangat sedikit orang yang masih peduli.

Bila harus jujur, sudah berapa banyak intangible cultural heritage seperti tradisi dan ekspresi lisan (bahasa, naskah kuno, permainan tradisional, pantun, cerita rakyat, mantra, doa, nyanyian rakyat), seni pertunjukan, ritus, perayaan, pengetahun dan kebiasaan, serta kemahiran dan keahlian tradisional di bidang kuliner, arsitektur, pakain, dan kerajinan yang kita rawat dengan tekun?

Sumber dan grafis: Bisnis Indonesia/Husin Parapat
Sumber dan grafis: Bisnis Indonesia/Husin Parapat

Kedua, melecut kepedulian anak bangsa terhadap kekayaan peradaban nusantara. Tidak hanya dibanggakan kepada dunia, tetapi sebagai tempat belajar dan menimba manfaat. Di saat banyak nilai luhur warisan pendahulu yang mulai tergerus, maka Sound of Borobudur memanggil kita untuk kembali menimba. Seperti kata Trie, nilai-nilai tersebut menjadi warisan untuk membangun karakter dan identitas bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun