Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Surat buat Ayah di Kampung Halaman

9 Mei 2021   23:26 Diperbarui: 9 Mei 2021   23:28 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi surat: viva.co.id

5 M itu adalah strategi yang dianggap komprehensif untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Mengapa perlu ditambahkan lagi dua M berikutnya? Alasan paling sederhana, di mana ada kerumunan dan mobilitas di sana Covid-19 bersarang.

Untuk itulah mengapa larangan bepergian baik sebelum hingga selama periode libur Lebaran ditetapkan. Bila tidak, maka apa yang telah tertulis saling bertolak belakang. Masa-masa liburan itu adalah kesempatan emas yang diincar banyak orang untuk mengobati rindu kampung halaman dan sanak saudara, melepas kejenuhan, hingga mengisi kembali daya energi yang sudah terkuras selama hari-hari berat dan sarat pekerjaan.

Tidak ada seorang pun yang tidak ingin lepas dari rutinitas yang membelenggu bukan? Tidak hanya untuk menikmati indahnya pantai di villa yang mewah, menyantap hidangan mahal di restoran berkelas, melakukan perjalanan dengan pesawat kelas bisnis semata. Tetapi lebih dari cukup untuk sekadar bersilaturahmi ke kampung halaman sambil menikmati singkong rebus dan sayuran segar. Itu saja sudah istimewa.

Seperti itu sebenarnya yang aku cari. Bisa bercengkerama dari dekat, saling bertukar cerita dan kembali membuka nostalgia. Sambil sesekali berkunjung ke sanak saudara terdekat. Tidak lupa singgah sebentar di beberapa tempat untuk sekadar berfoto dengan latar air terjun atau kolam air panas.

Namun semua itu kali ini, seperti tahun kemarin, hanya bisa berakhir dalam angan-angan. Kita masih harus menyimpan semua itu untuk pertemuan yang tertunda. Entah kapan. Semoga bisa tahun depan. Tetapi situasi yang terjadi saat ini sepertinya belum bisa memberi kita banyak harapan.

Di beberapa negara sudah bergulat lagi dengan masa-masa sulit, setelah sempat tersenyum lega, karena angka penderita yang menurun dan terkendali. Gelombang baru pandemi kelihatannya menerjang lagi.

Kita tentu tidak tahu sudah berapa gelombang pandemi yang menghantam kita. Jangan-jangan kita masih berada di sapuan pertama. Bila itu yang terjadi, maka tidak ada yang lain selain semakin patuh pada protokol kesehatan.

Sambil dengan itu, menjaga diri sendiri. Kita tidak bisa menyerahkan urusan pandemi ini ke tangan pemerintah semata. Kita perlu mawas diri, ikut bertanggung jawab pada kesehatan dan keselamatan pribadi dan orang terdekat, dan berpartisipasi aktif untuk memutuskan mata rantai penyebaran.

Selalu mematuhi protokol. Mulai dari memakai masker, mencuci tangan sesering mungkin, menghindari kerumunan, termasuk juga menghentikan perjalanan yang tidak perlu, bahkan untuk sekadar meninggalkan rumah.

Oh ya, kita pun mafhum, di daerah-daerah dengan fasilitas kesehatan memadai, terkesan kelimpungan dan kewalahan. Bagaimana dengan daerah kita dengan sarana dan prasarana kesehatan yang sangat terbatas?


Jangankan gelombang pandemi yang besar, riak-riak kecil saja dipastikan membuat kita dan pemerintah setempat bakal kerepotan. Jumlah tenaga kesehatan tak seberapa, jumlah tempat tidur rumah sakit sangat sedikit, peralatan medis jauh dari lengkap. Dan bisa sangat panjang litani keprihatinan bila mau kita nyanyikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun