Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan featured

Refleksi Hari Gizi Nasional, Jangan Sepelekan Berat Badan Anak

30 Januari 2019   07:50 Diperbarui: 25 Januari 2021   18:01 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cek berat badan anak/nakita.grid.id

Bila situasi ini tidak segera diatasi maka risikonya akan mengular panjang. Tidak hanya mengancam tumbuh kembang balita, tetapi juga eksistensi bangsa. Kita terancam kehilangan generasi penerus. 

Di tangan anak-anak itu kita menyerahkan nasib bangsa ini. Bila tumbuh-kembang mereka tidak ditopang oleh gizi yang seimbang dan memadai maka sulit bagi mereka untuk bisa mengaktualisasikan diri secara baik di kemudian hari.

ada 14 provinsi yang memiliki proporsi gizi buruk lebih besar dibandingkan rata-rata nasional. Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang memiliki jumlah balita dengan gizi buruk terbesar, yaitu 6,9 persen terhadap populasi balita di daerah tersebut/Keterangan dan infografis dari Tirto.id
ada 14 provinsi yang memiliki proporsi gizi buruk lebih besar dibandingkan rata-rata nasional. Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang memiliki jumlah balita dengan gizi buruk terbesar, yaitu 6,9 persen terhadap populasi balita di daerah tersebut/Keterangan dan infografis dari Tirto.id
Kita bisa menggunakan dalil sederhana ini. Kekurangan gizi tentu akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Anak yang kurang gizi akan berpengaruh pada hasil belajar. 

Hasil belajar akan menentukan masa depan mereka. Bila hasil belajar tidak maksimal, tingkat kreativitas dan produktivitas mereka akan rendah. Konsekuensinya, mereka hanya akan menjadi pekerja kasar di kemudian hari.

Bila demikian maka sulit bagi mereka untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Bila kehidupannya tak layak maka bukan tidak mungkin mereka akan melahirkan generasi serupa. Rantai persoalan ini pun akan terwarisi. Entah sampai kapan.

https://twitter.com/Nutrisi_Bangsa
https://twitter.com/Nutrisi_Bangsa
Dimulai dari Orang Tua

Persoalan gizi di Indonesia itu kompleks. Sebabnya pun beragam. Kemiskinan misalnya. Keterbatasan akses terhadap pangan yang cukup berdampak pada ketidakcukupan pemenuhan gizi. Namun kemiskinan itu hanya satu sebab.

Kekurangan gizi juga disebabkan oleh faktor lain. Mutu pelayanan kesehatan dasar yang rendah misalnya. Imunisaasi yang tak terpenuhi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku hidup tak sehat adalah sejumlah turunannya.

Di samping itu, kualitas pola asuh anak, konsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat gizi seimbang, hingga faktor-faktor yang lebih luas seperit situasi ekonomi, politik, perubahan iklim dan sebagainya.

Slide presentasi dr.Conny/dokpri
Slide presentasi dr.Conny/dokpri
Dengan tanpa bermaksud mengabaikan faktor-faktor lain, patut digarisbawahi alasan ketaksengajaan yang turut berkontribusi pada tumbuh kembang anak. Minimnya akses informasi terutama tentang gizi dan kesehatan ikut andil menentukan status gizi anak.

Hal terakhir ini menjadi salah satu poin penting yang mengemuka dalam Bincang Gizi yang diselenggarakan oleh Danone dan Nutricia, Selasa (29/01/2019) hari ini. Acara yang mengambil tempat di salah satu kafe di bilangan Jakarta Selatan diselenggarakan untuk memaknai Hari Gizi Nasional tahun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun