Mohon tunggu...
Chani Savitri
Chani Savitri Mohon Tunggu... SEO

Panggil aja Cacha

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Modern: Perang yang Tidak Dimaksudkan untuk Menang

3 Juli 2025   04:14 Diperbarui: 3 Juli 2025   06:08 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iran, US, dan Israel

Bersama-sama, tiga negara ini terlihat seperti sedang berkonflik. Tapi jika kita pikir dan cerna secara baik-baik mungkin kita bisa berpikir, "apakah mungkin para pemimpinnya sudah sepakat di balik layar?". Ya, memang kita banyak melihat ratusan rudal meluncur secara live dari iran ke israel, namun apa dampaknya? berapa korbannya? dimana bukti dan foto kerusakan dari ratusan ratusan rudal militer tersebut?

Yang selalu kita lihat adalah gambar gurun pasir dan beberapa apartemen kosong yang diberondong oleh rudal tersebut. Dan tiba-tiba muncul jumlah korban yang dilaporkan oleh beberapa media. Kita mungkin harus bertanya, apakah data ini bisa direkayasa?.

Rudal ditembakkan ke padang pasir, bukan untuk menghancurkan musuh---tapi untuk mengirim pesan kepada dunia seolah-olah ini adalah perang yang serius. Kerusakan direkayasa, korban dilaporkan secara politis, dan gencatan senjata diputuskan setelah pesan politiknya tersampaikan.

Kita Hidup di Era "Proxy War"

Kita hidup di era di mana satu tombol bisa menghapus satu negara dari peta. Tapi justru karena itu, perang sungguhan tidak akan pernah terjadi. Semua pihak tahu: tidak ada yang menang dalam perang nuklir.

Maka yang mereka lakukan adalah memainkan fokus dan ketakutan kita. Pamer senjata, bawa kapal perang, umumkan peringatan, kirim pasukan ke perbatasan, mengancam mengaktifkan senjata nuklir, dan setiap negara saling pamer sekutu yang mem-backing mereka seolah mereka siap berperang---semua untuk menciptakan citra kekuatan dan pengaruh. Ini bukan perang, melainkan sebuah pertunjukan.

Pesan untuk Penonton

Dan di tengah semua itu, kita hanyalah penonton. Kita melihat berita, membagikan opini, memilih kubu, dan menonton seakan ini adalah sebuah film drama. Kita lupa bahwa nyawa manusia jadi taruhan---meskipun banyak dari perang ini adalah hasil dari perencanaan, propaganda, dan skenario politik.

Media mempertajam setiap adegan mereka. Membentuk opini massa, jurnalis menyampaikan versi cerita bukan berdasarkan fakta melainkan agenda atasan, menciptakan musuh dan pahlawan yang memicu emosi dan menarik interaksi pemirsa. Dan selama kita hanya menerima apa yang mereka sampaikan tanpa bertanya, mereka akan terus bermain.

Narasi ini ditulis berdasarkan opini dan olah pikiran pribadi dari kejanggalan dan ketidakpuasan terhadap berbagai media yang saya rasa kurang objektif dan memilah hal mana yang harus ditayangkan kepada kita, seolah media berusaha keras membentuk opini kita sebagai masyarakat ke arah satu kubu, dan juga media yang mengesampingkan realita objektif demi klik dan viralitas semata. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun