Mohon tunggu...
chandra avi
chandra avi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya hoby badminton dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Belajar Kuat Dari Omongan Orang: Saat Fisik dan Jerawat Menjadi Bahan Komentar

12 Oktober 2025   14:35 Diperbarui: 12 Oktober 2025   14:35 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Eh, kok jerawatan banget sih sekarang?"

          Kalimat itu terdengar sepele bagi Sebagian orang, tapi bagi Sebagian lainnya bisa menjadi luka yang dalam. Saya pernah mengalaminya dan mungkin kamu juga. Di dunia yang serba visual ini komentar tentang penampilan serig kali dianggap hal yang biasa, sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa ucapan tentang fisik bisa meninggalkan jejak psikologis yang Panjang.

https://img.lovepik.com/photo/20211209/medium/lovepik-womens-mirror-carefully-look-at-the-acne-on-the-picture_501696904.jpg

tubuh dan penampilan merupakan bagian penting dari self-concept cara seseorang menilai dirinya sendiri. ketika kita terus menerus menerima komentar negatif tentang wajah atau tubuh apalagi dari lungkungan sekitar, persepsi diri kita bisa ikut berubah. Kita mulai melihat diri sebagaimana orang lain menilai kita bukan sebagaimana kita seharusnya menghargari diri sendiri. Sata pernah mengalami fase itu ketika jerawat memenuhi wajah saya. Awalnya saya mencoba tidak tidak perduli, tapi semakin banyak orang yang berkomentar semakin rapuh perasaan saya. Ada yang bilang "skincare kamu salah" dan masih ada banyak lagi. Sekilas terdengan ringan tapi kata kata itu perlahan mengikis rasa percaya diri saya. Saya mulai menghindari kamera, enggan bertemu teman, bahkan takut untuk bercermin. Jerawat memang bisa hilang dengan perawatan tapi rasa malu dan rendah diri yang ditinggalkan oleh komentar orang sering kali jauh lebih sulit disembuhkan.

          Kebiasaan mengomentari penampilan tidak lepas dari standar kecantikan sosial yang terus direproduksi oleh media dan lingkungan sekitar. Dalam teori body image, pandangan seseorang terhadap tubuhnya dibentuk oleh pengalaman, budaya, dan opini orang lain. Media sosial memperparah hal ini dengan menghadirkan citra-citra "sempurna"kulit tanpa pori, wajah mulus, dan tubuh ideal. Akibatnya banyak orang yang merasa harus menyesuaikan diri dengan standar itu meskipun jelas tidak realistis. Padahal tidak ada manusia di dunia ini yang sempuarna. Semua orang tidak ada yang sempurna tetapi mereka punya kelebihan dan kekurangan sendiri. Ucapan sekecil apapun bisa berdampak besar bagu kondisi emosional seseorang. Komentar atau ejekan berulang dapat menimbulkan seseorang terus merasa tidak puas dengan penampilannya meski tidak ada masalah.  Saya pernah mengalami dimana ketika saya bercermin dan yang saya lihat bukan saya melainkan kekurangan yang ditunjukkan oleh komentar orang tentang diri saya. Saya mulai terobsesi memperbaiki wajah dengan berganti ganti produk yang cocok hingga saya kelelahan dengan sendirinya. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa yang seharusnya yang perlu saya sembuhkan adalah cara sata memandang diri sendiri. Proses menerima diri apa adanya memang tidak mudah. Saya mulai belajar membedakan antara saran tulus dan komentar yang hanya menyakiti hati. Saya menyadari bahwa tidak semua orang berbicara karena perdui ada yang sekedar ingin menilai. Maka saya belajar melepaskan kata-kata itu bahwa tidak semua harus dimasukan ke hati.

           Pengalaman ini membuat saya lebih berhati-hati sebelum berkomentar tentang fisik orang lain. Kita tidak pernah tahu beban atau perjuangan yang mereka hadapi di balik senyumannya. Jerawat bisa disebabkan oleh stress, hormon, atau bahkan efek samping pengobatan. Maka, sebelum berbicara sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri "apakah kata-kataku akan membantu atau malah melukai?".sekarang wajah saya belum sepenuhnya mulus tapi saya tidak lagi membencinya. Setiap bekas jerawat adalah tanda perjuangan, bukti bahwa saya pernah bertahan dari tekanan, komentar, dan rasa tidak percaya diri. Saya belajar bahwa menilai diri seseorang tidak ditentukan oleh kulitnya tapi oleg kekuatan dan ketulusan hatinya.B

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun