Mohon tunggu...
cewekpoker
cewekpoker Mohon Tunggu... Ahli Gizi - cewekpoker Menerima Deposit pulsa | Deposit Gopay | Deposit OVO
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://cewekpoker-39.webself.net/ DAFTAR DAN DAPATKAN FREEBET

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Seorang Cewek Pulang Malam

17 November 2019   06:26 Diperbarui: 17 November 2019   06:31 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ngapain dilihatin! Ngapain ditungguin! Rumah gua masih jauh di ujung sana! Kalau gua kenapa-napa juga loe nggak bakalan tau!" Teriakku memecah sepi di pukul 01.00.

Besoknya, aku kembali mendapati mobil yang sebelumnya selalu mengantar aku sampai di depan rumah. Mungkin ada karyawan yang pekerjaannya sudah selesai, sehingga ia masuk pagi. Aku senang karena tidak perlu ketakutan lagi melewati lapangan itu.  

Mobil mulai berjalan, melintasi jalan raya, keluar masuk lorong menurunkan satu per satu penumpangnya. Bagi karyawan perempuan yang sudah berkeluarga atau memiliki sanak famili di Jakarta, pasti akan disambut laki-laki yang tengah menunggu kepulangannya. Suami atau saudaranya lelakinya. Biasanya yang rumahnya memasuki gang sempit, sehingga mobil tidak bisa masuk. Ada yang menemani dengan berjalan kaki, ada yang membonceng dengan motor atau sepeda. Khawatir terjadi apa-apa dengan anggota keluarganya.

Malam itu, menjadi malam yang berbeda dari yang sudah-sudah. Biasanya aku bukan orang yang terakhir diturunkan. Dan jalanan itu tak pernah kulewati sebelumnya. Benar-benar asing bagiku. Sempat kutanya penumpang terakhir sebelum aku, katanya, itu daerah Kelapa Gading, belakang Komplek Perumahan Bea Cukai.

Mobil mulai balik arah. Tinggal aku bersama seorang pengemudi mobil yang tampak masih muda. Usianya berkisar 30 tahun lebih. Perawakannya gemuk, tapi tidak sangat. Kulitnya hitam dan tinggi badannya sekitar 170 cm.  

"Kita jangan lewat yang tadi ya? Jalannya rusak parah." Kata si sopir.  

"Ya udah, nggak pa pa."

"Neng, bawa hand body nggak? Ada yang rusak nih, musti dibenerin."

"Enggak, bang."

"Hadooooohh! pusing nih pala gua kalau begini!"

Si sopir terlihat kesal sambil melepas topinya. Aku ngeri mendengar nada suaranya yang meninggi, emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun