Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Analis aktuaria - narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan / Email: cevan7005@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tiga Solusi Kreatif Meningkatkan Pendapatan Negara

28 Desember 2021   16:06 Diperbarui: 3 Januari 2022   11:15 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendapatan negara. (sumber: psphotograph via kompas.com)

Strategi ini bisa jadi juga akan membuat para "pemalas" mengurangi ambisinya untuk membesarkan usaha karena toh nantinya juga sebagian harus diserahkan ke negara.

Daripada membuat kalangan menengah bawah semakin sulit dan juga kalangan kaya menjauh dari Indonesia baik hanya aset dan usahanya saja maupun beserta individu dan kecerdasannya, mengapa Pemerintah kita tidak mempertimbangkan opsi-opsi berikut

Pajak tambahan atas kepemilikan rumah berukuran sangat besar

Pemerintah pernah beride untuk mengenakan pajak progresif atas kepemilikan properti yang ujung-ujungnya ditolak pengembang karena akan membuat bisnis mereka semakin sulit. 

Sulit dengan tanggungan pajak atas bank tanah yang dimiliki, sulit lagi menjual properti ketika mereka yang memiliki uang adalah orang-orang kaya. Meskipun demikian, sebenarnya Pemerintah masih punya siasat untuk menggali pajak tambahan dari kepemilikan properti.

Pertama, mengenakan pajak tambahan untuk kepemilikan rumah dengan luas bangunan lebih dari 180 meter persegi. Rinciannya begini, pasangan suami istri di mana mereka berdua adalah anak tunggal tentu berusaha agar orang tuanya bisa selalu dekat bersamanya. 

Bersama dengan dua orang anak dan satu asisten rumah tangga, total ada sembilan orang yang ingin disatukan dalam satu rumah jika memungkinkan. Nah, standar rumah sehat itu memberikan ruang sepuluh meter persegi per orangnya dan kalau dikali sembilan ya jadi 90.

Mereka berhak atas sedikit kenyamanan lebih sampai batas dobel, tetapi jika terlalu berlebih itu berarti tanahnya juga sangat besar dan bisa jadi rumah ini menimbulkan konsumsi listrik dan air yang berlebih pula. 

Misalnya, untuk menjaga rumah tetap adem, luas bangunan yang lebih besar tentu membutuhkan pendingin ruangan lebih banyak. 

Belum lagi kalau mereka membangun kolam renang dan berbagai fasilitas lainnya yang itu pun bisa jadi jarang dipakai dan sebenarnya mereka masih bisa menggunakan fasilitas berbayar di pasaran.

Jika memang mau memiliki properti lebih, mungkin lebih baik beli rumah lain, ruko, tanah, atau jenis properti lainnya. Meskipun memang berpotensi membuat masyarakat kelas menengah bawah semakin sulit mendapatkan properti, tetapi harganya saat ini saja sudah sulit mereka kejar. 

Nah, ketika properti ini dibeli oleh orang-orang kaya dan tidak ditinggali, paling tidak mereka bisa menyewakannya dengan harga murah kan?

Pajak tambahan untuk gadget berspesifikasi tinggi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun