Mohon tunggu...
Cerita_Esa
Cerita_Esa Mohon Tunggu... Guru - Menulis dan membaca tidak membuatmu kaya sekejap, tapi yakini dapat membuat hidupmu beradap

@Cerita_esa karena setiap jengkal adalah langkah, dan setiap langkah memiliki sejarah, maka ceritakanlah selama itu memberi manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tentang Aku dan Waktu Berjuang #1

25 Agustus 2021   13:17 Diperbarui: 6 September 2021   11:56 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasang surut penghuni juga terjadi. Maklumlah, ada keprofesionalan yang dituntut tapi tidak ada penjamin dari pihak berwenang. Tiga tahun berkelut dengan sekolah swasta tentunya akan menjadi pengalaman tersendiri.

Seiring berjalannya waktu, semakin menyamankan, semakin banyak pula pendatang baru. Ya, pendatang yang tentunya dari pihak kompetitor. Bedanya, kali situasi disini bersaing langsung ke kompetitor bukan lagi dalam lingkup antar pendidik. Bayangkan saja jumlah pengajar 10 :100. Angka 100 di sini pastinya akan bersaing setingkat kecamatan.

Aku kuat, aku nyaman, dan aku mau berjuang. Sayangnya energi positif dari kepala, kawan dan lingkungan tidak berbanding lurus dengan keadaan di atasnya. Kami adalah golongan orang-orang yang tidak mau melampaui pada garis yang sudah ditetapkan sedangkan kompetitor kami adalah orang-orang yang berambisi untuk melalui garis ketentuan. Kami kalah, khususnya aku. Pada fase ini penyemangat besarnya adalah anak-anak. Melihat mereka yang haus dengan ilmu dan rasa ingin tahu. Membuatku enggan menyerah begitu saja. Namun, semakin dilawan, semakin kencang pula badai ketidakseimbangan itu menerpa. Pada tahap akhir tiga puluh enam bulan, rasa lelah itu kembali muncul.

Aku, yang sudah ikut sibuk memperjuangkan hak kami. Ternyata nihil. Suudzonku apakah ini ada faktor pribadi atau memang birokrasi masa kini semakin memuakkan.

Aku tidak memiliki perasaan untuk sejengkal meninggalkan dalam keadaan keterpurukan diri. Berjuang, berjuang, bertahan. Sampai tepat pada titik kelemahanku pada bulan ke empat puluh delapan dalam titik melemah Allah kembali hadir dalam ketermenungan.

Melalui seorang teman, teman lama, teman yang pernah erat namun saling mengabai, namun masih memberi kesempatan aku untuk berproses. Terima kasih. Awal tahun ini aku menemui tempat baru lagi. Setelah lima tahun berkelana. Aku masih diberi waktu untuk mengelana lebih panjang lagi.


Kamu penghianat? Kamu sepah yang berhasil menghisap manisnya jambu. Tidak, aku membela diri. Ingat, kataku awal dulu. Pengabdian sudah tertancap pada hati namun ada sebongkah ilmu yang harus aku letakkan pada tempat semestinya. Bukan hanya tetang ambisi, tapi ini tentang kebermanfaat yang lebih hakiki.

Terima kasih kepada pemimpin-pemimpin yang sudah memberikan aku semangat untuk mengabdi dan mengembangkan keahlian ini dalam waktu bersamaan.

Rumusanku pada satu tahun awal, empat tahun pertengahan, dan awal tahun perjuangan baru ini dalam sebuah satu atmosfer bila dikaitkan dengan kelekatan pada Sang Pencipta ibarat 100:10:1.

Pernah menyesal tapi bersyukur. Pada tahap segala hidupku diberi jalan yang tidak monoton. Berjalan penuh liku dan tantangan. Menyesal karena tidak seperti kawan-kawanku yang mendapatkan hak khusus dengan mudahnya. Bersyukur sebab ketidakkhususan ini membuatku memahami banyak hal.

Aku masih ingin bercerita, tapi lelah. Esok kali aku cerita lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun