Dua hari lalu saya menerima pesan teks dari nomor tak dikenal.
"Bu, perkenalkan saya Dida. Saya sekarang bekerja di hotel sebrang. Ternyata saya menemukan buku Hotelier's Story di meja kawan saya. Ibukah penulisnya?"
Lalu saya balas, "wah, sayang sekali kita gak jumpa ya. Apa yang bisa saya bantu Mas?"
"Bolehkah saya telpon Ibu?, tanyanya lagi. Tak lama gawai berdering.
Itulah awal percakapan saya dan Dida yang tak kukenal sebelumnya.
Usia Dida sekitar 35 tahun. Ia gemar menulis dan ingin belajar menulis. Terbakarlah semangatku, mungkin dirinya perlu pencerahan.
Ada lagi pesan yang masuk di notifikasi Linkedin, "Bu, saya Roni. Saya bekerja di tempat Ibu dulu. Saya suka membaca artikel Ibu", katanya sedikit menyanjung.
Awal kisahku menulis dalam putaran blessing in disguise. Saat diambang masa pandemik, bisnis hotel yang melambung jadi limbung, nyaris terpuruk.
Pilihan pulang kampung, tak jadi masalah pelik. Sekejap saja GM setuju kala kuputuskan undur diri. Keputusan bijak. Lebih baik memulangkanku daripada bertahan tanpa dibayar. Duh.
Market anjlok. Pemasukan minim. Hotel-hotel bertahan dengan usaha mandiri.