Di Jakarta terdapat beberapa hotel dalam daftar tempat isolasi mandiri. Usaha mereka patut diapresiasi, tetap eksis di tengah kondisi yang berisiko.
Ketiga, manajemen mendapat alternatif penghasilan dari berbagai sumber.
Manajemen memberi gairah dan spirit kepada karyawan untuk bercocok tanam di lahan luas. Hasilnya guna kesejahteraan karyawan maupun dijual di pasar.
Kebun itu menghasilkan terong, cabe merah, tomat, bawang merah, daun singkong, pisang, dsb.
Di Yogyakarta, pemilik hotel membuka pesanan bakmi. Karyawan dikerahkan dalam proses delivery service. Yang bertahan akan tampil sebagai pemenang. Slogan klasik, melahirkan pemenang.
Keempat, hotel tutup sementara sambil menanti waktu terbaik dibuka kembali.
Menahan derasnya pengeluaran adalah upaya yang harus dilakukan setiap hotel. Ditutupnya hotel sementara waktu, membendung biaya operasional hotel yang aduhai besarnya dengan tak diimbangi pemasukan.
Namun demikian, meski hotel tutup sementara, tetap tak dapat terhindar dari biaya listrik dan tenaga pengamanan.
Tengok saja, mesin-mesin yang terbengkalai dalam kurun waktu lama, entah itu aus, berkarat. Kain-kain linen, sprei, bed cover, sarung bantal jika lama tidak digunakan akan berganti warna.
Apakah Anda masih menjaga prestise dan image hotel?
Target yang telah dibundel dalam budget, bagai katak hendak jadi angsa, hal yang sulit tercapai. Setidaknya tersimpan beberapa waktu lamanya.