Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kabayan Sang Penegak Kejujuran

6 Januari 2017   08:32 Diperbarui: 9 April 2017   16:30 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa di Tatar Sunda tinggallah seorang anak bernama Kabayan. Semenjak bayi dia tinggal bersama kakek dan neneknya. Dia dibesarkan dan dididik oleh kakek dan neneknya dengan nilai-nilai keagamaan dan sosial yang sangat baik, seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, mandiri, adil, berani, peduli dan lain-lain.

Setiap hari, selain membantu kakek dan neneknya, Kabayan bersekolah di SD Generasi Emas. Di sekolah tersebut ada sebuah kantin yang disebut dengan Kantin Kejujuran. Banyak barang yang dijual di Kantin Kejujuran tersebut. Ada alat tulis, makanan, minuman, dan makanan ringan lainnya. Siswa yang ingin membeli barang-barang tersebut cukup menyimpan uang di sebuah kotak yang sudah disediakan sesuai dengan harga yang tertera.

Pada suatu hari, ketika jam istirahat, Kabayan memergoki ketiga temannya, yaitu Ujang, Asep, dan Desi sedang mengambil beberapa barang di Kantin Kejujuran. Mereka mengambil pensil, penghapus, kue dan air mineral. Namun mereka tidak membayar.

“Hey, mengapa kalian mengambil barang-barang itu tanpa menyimpan uang di dalam kotak?” tanya Kabayan.

“Sudahlah Kabayan jangan ikut campur” kata Ujang dengan nada tinggi.

“Iya Kabayan, lebih baik kamu tidak usah ikut campur. Ini bukan urusanmu” timpal Desi.

“Kalau kamu mau, nih pensil ini untuk kamu. Tenang saja tidak usah bayar”  bujuk Asep.

Dengan penuh keberanian dan keyakinan Kabayan menolak ajakan dan pemberian itu.

“Tidak! Itu perbuatan yang sangat tidak terpuji. Itu adalah perbuatan dosa. Perbuatan itu merugikan orang lain dan diri kalian sendiri.” tolak Kabayan.

“Halaah Kabayan! Sudahlah jangan banyak ceramah. Uruslah diri kamu sendiri.” kata Ujang. 

“Kalau kamu tidak mau menerimanya kita tidak mau menjadi teman kamu lagi!” ancam Ujang sambil mendorong Kabayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun