Belaian tanganmu sudah tak bisa lagi kurasakan. Sudah lama, bertahun-tahun yang lalu. Sampai kutak lagi bisa mengingat waktu. Hingga, sekarang kutak lagi bisa merasakan kelembutan telapak tangan, yang sudah mulai tampak kasar, dihapus usia dan digerus zaman. Â
Pelukan tubuhmu pun sudah tak bisa lagi kurasakan. Hingga kutak lagi bisa merasakan kehangatan, yang dulu selalu kauberikan di kala malam menjelang. Bahkan kulupa seperti apa rasa hangatnya pelukan, yang dulu pernah kauberikan. Sekarang kuhanya bisa merasakan kedinginan, yang diberikan angin malam berselimutkan kelam.
Manisnya air susumu sudah tak bisa lagi kurasakan. Sejak itu. Ya, sejak kumulai belajar memanggil namamu dengan tangisan. Sejak kutak lagi bisa meraskan belaian tangan dan kehangatan tubuhmu. Semua kini hanya tersisa dalam bayangan.
Jika tak lagi bisa kurasakan lembutnya belaian tangan dan hangatnya pelukan, berikan saja aku doamu. Doa untuk kesuksesan dan kebahagiaanku. Kebahagiaan dunia dan akhirat yang kelak kan kutuju.
Aku merindukan doamu, Ibu. Doa yang melebihi kelembutan belaian tangan, dan kehangatan pelukan tubuh malaikat. Doa yang melampaui kemustajaban doa para malaikat.Â
Tapi kuyakin, doamu kan selalu mengalir di hatimu. Doamu kan selalu membasahi bibirmu. Tuk anakmu yang telah lama merindukan belaian dan pelukanmu.
#CG @Sukabumi, 30-12-2017