Mohon tunggu...
Lintang
Lintang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang Kompasianer yang masih belajar menulis. Gemar jalan-jalan, membaca, makan enak dan nonton film. Penghindar konflik tapi kalau harus berhadapan juga akan diselesaikan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. 😜 Suka dengan kutipan berikut ini karena masih berjuang melawan diri sendiri yang kebanyakan impian. ☺ "The most excellent jihad (struggle) is that for the conquest of self.” ~ prophet Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kopdar II Inisiatif Kompasianer di TIM-Cikini, Jakarta

14 Februari 2010   05:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_79854" align="alignleft" width="405" caption="Kopdar Kompasianer di TIM"][/caption]

Kemarin sore meskipun terlambat sekitar dua puluh menit dari jam 15.30, saya akhirnya bisa bergabung dengan teman-teman di acara kopdar II yang diselenggarakan atas inisiatif Kompasianer Jimmo, Ferdi dan Syam di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini.

Suasana hangat dan santai terasa kental diantara peserta Kopdar yang duduk melingkar di selasar salah satu bangunan TIM yaitu bangunan Cineplex 21. Saya disambut dengan senyuman oleh Zameel kemudian bersalaman dengan Syam dan mengucapkan “hai” kepada semuanya.

Duduk di salah satu sudut saya diapit oleh Dadan dan Zulfikar Akbar, sang bintang tamu. Kemudian Hadi menghampiri saya dan saya pun berusaha mengenali peserta lain dibantu olehnya. Dari sisi kiri Hadi kami mulai mengabsen dengan berbisik-bisik saling mengoreksi karena kami berdua kebetulan baru pertama kali ikut Kopdar di TIM meskipun ini sudah yang kedua kalinya.

Dadan ternyata teman Hadi dan belum bergabung dengan Kompasiana. Kemudian di samping Dadan adalah mbak Winda, pak Ragile, Asther, Vira Classic, Nathalia, Kit Rose, Babeh Helmi, Jimmo, Arif B Santoso, Zameel, Syam, Pak Chech lalu beberapa Kompasianer lain kemudian saya mengenali mbak Rozza, Ika Parhusip, dan Yayat.

Pak Ragile sesekali menemani Mariska Lubis yang berdiri. Kemudian satu persatu bang Edi Santana Sembiring, Yunika Umar, Andi Gunawan, mbak Tantri Pranash, mas Boy Rachmad, pak Bintang Prakasa, mbak Ike Mayasari datang bergabung. Menurut bang Zul, masBoy sudah tiba lebih awal bersamanya lalu membawa keluarga ke dalam Cineplex 21 untuk menonton sebelum bergabung lagi.

Asther menawarkan minuman teh, kopi atau teh poci kepada setiap peserta dan ketika kami bertanya tentang pembayaran, dia menjelaskan masih ada uang kas bersama. Saya merasa jengah karena saya belum pernah memberi kontribusi untuk uang kas namun sudah menikmati manfaatnya. Kebetulan saya membawa dodol dan manisan rumput laut, makanan khas dari Lombok yang ikut melengkapi sajian makanan kecil di depan kami yang beraneka ragam baik dari Kompasianer maupun kue yang dipesan khusus untuk acara itu.

Selain itu mbak Winda memberikan souvenir berupa kartu ucapan cantik dengan seni origami yang  dikerjakan sendiri olehnya untuk setiap peserta kopdar.

Tidak lupa saya sampaikan salam kepada Jimmo untuk Jimmo dan teman-teman dari pak Pray, pak Eko Eshape dan pak Rawi meskipun salam untuk bang ASA tidak dapat disampaikan karena ternyata tidak hadir di acara Kopdar II ini. Demikian juga dengan bintang tamu lain yaitu kang Ibeng yang berhalangan berangkat ke Jakarta. Jimmo juga menyampaikan salam dari pak JK kepada seluruh peserta Kopdar.

Saya memang tidak bisa menghadiri acara tersebut hingga selesai namun saya dapat mengikuti diskusi sebelum sholat magrib yang cukup padat dan menghasilkan beberapa poin dari 2 materi diskusi yaitu Misi Hijau dan Misi Budaya. Berikut poin yang sempat saya tangkap :

1. Peserta Kopdar setuju akan melakukan kegiatan peduli lingkungan yang dibagi menjadi dua kegiatan. Kegiatan pertama dilakukan dalam waktu dekat ini yaitu tepat sebulan dari Kopdar II ini  (13 Maret 2010) bisa berupa kegiatan membersihkan sampah atau menanam pohon di suatu tempat yang akan dilaporkan juga oleh Kompasianer dalam bentuk reportase sehingga dapat diikutkan dalam lomba menulis yang disponsori Nokia dengan tenggat waktu hingga akhir bulan Mei 2010.

Kegiatan kedua adalah kegiatan bakti sosial di suatu tempat yang akan dikerucutkan oleh Jimmo, Ferdi dan Syam dalam bentuk proposal terbuka untuk Kompasianer dalam tulisan Jimmo berikutnya. Saya kurang menangkap jelas karena suara Ferdi sebagai pembicara banyak ditelan oleh kebisingan sekitar ketika memaparkan idenya namun mungkin bentuknya adalah penyuluhan kepada penduduk untuk mulai peduli terhadap lingkungan.

2.Peserta Kopdar juga setuju untuk menulis tentang budaya dengan tujuan untuk mewariskan pengetahuan tentang budaya tersebut untuk generasi muda yang dianggap lebih mengenal budaya luar daripada budaya sendiri.

Sebenarnya ide ini merupakan ide orisinil Yunika Umar yang pertama kali dikemukakan pada saat Kompasiana gonjang-ganjing karena klaim tarian Pendet oleh Malaysia. Ide tersebut bahkan secara khusus di-publish resmi dalam postingan oleh admin, kang Pepih untuk memotivasi setiap Kompasianer agar menulis tentang budaya dan mengumpulkan koin seribu rupiah untuk biaya mematenkan budaya tersebut sebagai budaya Indonesia.

Hasil diskusi masih tetap sama dengan ide Yunika meskipun sempat mendapat masukan dari Mariska Lubis yang menyatakan bahwa sebenarnya tulisan setiap Kompasianer itu sudah membicarakan budaya karena budaya disini diterjemahkan secara luas. Hadi dan pak Chech lalu menambahkan bahwa budaya disini dipersempit seperti karya seni, peninggalan bersejarah, legenda dan juga karya sastra seperti puisi.

Hadi tidak lupa mengingatkan agar membuat tag khusus untuk tulisan tulisan budaya tersebut sehingga memudahkan pencarian dan jika tulisan terkumpul cukup banyak dapat dibukukan nantinya.

3.Diluar materi misi hijau dan misi budaya, Kompasiner juga berdiskusi tentang plagiarism. Keingin tahuan saya terwakili dengan pertanyaan mas Boy apakah pencantuman sumber hanya Google pada gambar yang diunduh termasuk plagiarism karena biasanya suatu gambar memiliki beberapa alamat sumber situs di google sehingga kita tidak mengetahui sumber pertamanya (orisinil) dan pertanyaan lainnya dari bang Edi apakah mem-forward email untuk ajakan kebaikan itu termasuk plagiarism jika tidak menyebut nama pengirim email karena sama seperti gambar tadi kita hanya mengetahui pengirim terakhir karena pengirim email pertama biasanya terhapus di beberapa alamat tujuan selama email berjalan-jalan ke mana-mana.

Setelah diskusi cukup hangat karena setiap kepala memiliki pemikiran sendiri, akhirnya disepakati untuk menulis sumber secara lengkap baik alamat situs maupun alamat email yang kita ketahui saja. Jika harus memilih diantara beberapa alamat situs sebaiknya tetap mengambil salah satu karena ini membuktikan itikad baik kita untuk mengakui bahwa itu bukan karya kita sendiri melainkan karya orang lain.

Ditengah diskusi, Inge dari UK dan Izzah dari Surabaya menghubungi kami melalu telephone dan menyapa seluruh peserta Kopdar. Saya yakin mereka pasti bergabung jika berdomisili di Jakarta juga karena antusiasme-nya terlihat dari long distant call tersebut.

Sayang sekali saya tidak bisa mengikuti acara Kopdar ini hingga selesai karena setelah sholat Magrib di sebuah mushala restoran di dekat sana, saya harus pulang dan kehilangan kesempatan mengikuti diskusi tentang misi damai.

Walaupun singkat saya menikmati suasana Kopdar II di TIM kemarin dan berharap akan selalu ada lagi kedepannya.

Saya bersyukur menjadi bagian dari keluargabesar Kompasiana karena ikatan tersebut menyatukan kami semua dalam kebersamaan untuk berkreasi dalam menulis maupun kegiatan positif lainnya.

Salut buat Jimmo, Ferdi dan Syam yang berusaha memberikan yang terbaik kepada peserta Kopdar dengan keterbatasan yang ada. Saya tidak jelas apakah kegiatan yang merupakan inisiatif dari Kompasianer ini juga sempat mengundang khusus admin Kompasiana karena saya tidak melihat salah satu dari mereka.

Namun demikian saya yakin admin Kompasiana pasti akan merasa bangga dan salut juga kepada mereka yang menjadi inisiator Kopdar ini dan pasti akan selalu mendukung apabila positif untuk kemajuan Kompasiana.

Saran saya untuk panitya jika kita memiliki tempat yang lebih memadai seperti ruangan tertutup saya yakin hasil diskusi akan lebih fokus dan terarah karena kebisingan dari suara kendaraan yang lalu lalang dan pengunjung TIM yang menggunakan fasilitas umum ini membuat suara pembicara terdengar sayup-sayup.

Semoga ini juga bisa menjadi masukan untuk Kompasiana khususnya admin agar berkenan memikirkan tempat yang lebih cozy untuk kegiatan yang sangat bermanfaat untuk Kompasiana ini.

Sepengetahuan saya kalau tidak salah di Kompleks KOMPAS Palmerah, di sekitar Bentara Budaya terdapat beberapa café kecil yang sepertinya dilengkapi fasilitas WiFi juga, harapan saya tempat tersebut bisa menjadi salah satu pilihan tempat Kopdar inisiatif Kompasiner selanjutnya.

Bravo Jimmo, Bravo Kopdar di TIM dan Bravo Kompasiana!

Lintang, Kompasianer yang suka Kopdar.... apa sih? ;p

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun