Apakah Anda pernah merasa ketinggalan dalam suatu perbincangan antara teman dekat Anda? Ataupun ketinggalan dalam status kekayaan ataupun kepopuleran dan keseruan yang lain? Perasaan seperti ini dinamakan FOMO. Kehidupan generasi muda saat ini sering kali didefinisikan dengan akronim FOMO, yang merupakan singkatan dari Fear of Missing Out. FOMO adalah fenomena yang semakin umum di kalangan generasi muda dan telah mengubah cara kita berinteraksi, bersosialisasi, dan merasakan kebahagiaan. Ini merupakan tantangan besar dalam hidup mereka. Dalam artikel ini kita akan mempelajari lebih lanjut tentang dampak FOMO terhadap kehidupan generasi muda saat ini.
Apa itu FOMO?
FOMO adalah perasaan cemas atau takut kehilangan pengalaman, peristiwa, atau peluang yang terjadi di tempat lain. Fenomena ini sering muncul di jejaring sosial seperti Instagram ataupun facebook, ketika seseorang melihat temannya bersenang-senang, jalan-jalan, atau merayakan momen penting dalam hidupnya. Akibatnya, individu tersebut merasa tertekan dan tidak puas dengan kehidupannya sendiri. FOMO bisa dicontohkan pada kehidupan di dunia nyata, contohnya postingan foto atau cerita di media sosial yang diunggah saat mereka menghadiri konser idola mereka atau acara festival musik yang sedang tren, mereka mungkin merasa cemburu dan tertekan karena tidak bisa ikut serta dan mungkin merasa kehilangan pengalaman seru. Ada sejumlah alasan mengapa FOMO semakin populer, termasuk peran jejaring sosial dalam kehidupan generasi muda. Melalui kemampuan terhubung dengan orang lain di seluruh dunia, jejaring sosial menciptakan kemampuan untuk melihat kehidupan orang lain secara detail, sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan. Namun, hal itu juga sering kali menimbulkan perasaan kurang berprestasi dalam hidup kita.
Dampak buruk FOMO bagi kesehatan mental
FOMO dapat menimbulkan dampak buruk khususnya untuk kesehatan mental. Contohnya, FOMO dapat menciptakan tekanan besar untuk berkonformitas. Kaum muda sering kali merasa perlu untuk mengikuti tren, mengikuti apa yang sedang viral, atau menjalani apa yang masyarakat anggap sebagai "kehidupan sukses". Hal ini dapat menghambat kreativitas dan ekspresi diri karena mereka merasa harus menyesuaikan diri dengan standar yang ditetapkan media sosial. Selain itu, FOMO dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, menyebabkan individu menjadi stres dan terlalu banyak berpikir, sehingga sering berpikir berulang kali. Perasaan terus-menerus harus mengikuti sesuatu yang sedang terjadi menyebabkan kecemasan dan berpikir berlebihan. Jika dijelaskan secara ilmiah, bagian otak yang memproses perasaan FOMO ini adalah amigdala. Ketika perasaan FOMO muncul, maka amigdala akan menganggap hal tersebut sebagai ancaman dan melepaskan hormon stres. Stres dapat berdampak buruk ke faktor lain termasuk menyebabkan pola hidup yang tidak sehat, contohnya stres dapat menurunkan motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu, sehingga dapat menurunkan produktivitas. Terlalu banyak berpikir secara berlebihan dan berulang kali bisa disebut dengan overthinking. Seperti yang sudah dijelaskan, overthinking adalah kecenderungan memikirkan sesuatu secara berlebihan dan berulang-ulang. Hal itu dapat menyebabkan seseorang salah berpikir akan sesuatu yang bahkan tidak benar atau nyata sehingga menyebabkan perasaan FOMO.
Berbagai cara untuk mengatasi perasaan ini
Walaupun ada dampak buruk FOMO bagi anak-anak zaman sekarang, ada berbagai cara untuk mengatasi perasaan FOMO. Mengatasi FOMO adalah hal yang penting untuk menjaga kesehatan mental dan kebahagiaan anak muda. Pertama, penting untuk menyadari bahwa apa yang terlihat di media sosial tidak selalu mencerminkan realitas. Kebanyakan orang hanya membagikan momen terbaik dan terindah mereka, bukan semua yang terlihat indah di luar adalah indah juga di dalam. Untuk mengurangi FOMO, anak muda bisa mencoba membatasi waktu yang mereka habiskan di media sosial, ada berbagai fitur aplikasi seperti "Screen Time" di Iphone atau pun bisa mengunduh aplikasi yang dapat membatasi penggunaan sosial media. Hal ini dapat membantu mereka lebih fokus pada kehidupan nyata, hubungan sosial yang bermakna, dan pencapaian pribadi. Selain membatasi penggunaan sosial media, mengembangkan minat dan hobi dapat membantu remaja merasa lebih puas dengan pengalaman kehidupan mereka.
Kesimpulannya, FOMO adalah perasaan yang buruk dan mempunyai dampak buruk termasuk mengakibatkan stres dan dampak lainnya pada kesehatan mental. Namun, ada beberapa cara untuk mengatasi perasaan buruk tersebut, beberapa yang sudah dijelaskan adalah membatasi penggunaan sosial media dan mencari hobi baru untuk mengembakan pola pikir yang sehat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI