Mohon tunggu...
Rainy Yusuf
Rainy Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Hobby

Mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keteladanan dalam Menghadapi Covid-19

26 September 2020   13:13 Diperbarui: 26 September 2020   13:15 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak akhir tahun 2019, dunia dihebohkan oleh penyakit bernama corona virus disease 19 dikenal dengan covid 19. Penyakit ini disebabkan oleh "makhluk halus" bernama severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

Hingga saat ini, dilaporkan telah beribu-ribu orang  menjadi korban keganasan virus ini di seluruh dunia.  Di Indonesia, hingga pertengahan September 2020 bahkan dilaporkan telah terjadi peningkatan angka kematian per hari yang berhubungan dengan covid-19. Angka kematian yang bukan main mencapai lebih 4000 kasus per harinya.

Melihat dampak yang sangat besar dari virus ini, baik bagi kesehatan, ekonomi, maupun budaya masyarakat, sudah tentu banyak pihak yang mengeluarkan beragam pernyataan terkait covid-19.
Pernyataan-pernyataan itu ada yang ilmiah, ada yang pseudo ilmiah bahkan yang bersifat perkiraan belaka.
Banyak hoax bertebaran terkait covid-19 sebanyak itu pula berita yang benar tentang keberadaan penyakit ini.

Selama kurun waktu hampir sepuluh bulan sejak kasus ini mulai marak di tempat asalnya, Wuhan, salah satu provinsi di Cina, beberapa orang sekelas pejabat telah mengeluarkan beragam pernyataan.
Hal itu ditimpali pernyataan bernada berbeda dari pihak lain.
Perang opini itu malah merembet ke masalah politik.
Kesannya, ada pergulatan kepentingan antara orang yang berbeda pandangan politik dalam menghadapi masalah covid-19.

Dalam pada itu, masyarakat tetap butuh pegangan.  Agar dapat bertahan dalam suatu wilayah yang gamang, tentu setiap orang berusaha berpegang pada apa saja yang dapat menjadi sandarannya.
Maka bertaburanlah saling ejek dan caci maki di berbagai media. Ada yang menghujat, ada yang memuji. Ada yang mendukung, ada pula yang berusaha menjatuhkan.
Riuh tak terkendali.
Sementara, pemerintah mengeluarkan berbagai aturan untuk membatasi penyebaran penyakit ini.  Namun itupun tak luput dari kontroversi.

Masyarakat kian terpuruk dengan keadaan ekonomi yang mulai morat-marit. Pembatasan ruang gerak masyarakat membuat  roda ekonomi tersendat.
Tapi tetap tak ada kejelasan sikap mana yang harus jadi pedoman.
Saat larangan untuk  berkumpul diberlakukan, saat itu pula euforia pesta rakyat digelar.

Semua seolah berjalan di jalurnya masing-masing. Tak lagi saling menghiraukan.
Maka jangan pernah salahkan jika akhirnya sikap apatis akan menjadi pilihan.
Masyarakat itu sejatinya hanya butuh kejelasan. Bagaimana harus bersikap bukan diatur lewat peraturan dengan sanksi bermacam-macam.
Cukuplah ada itikad baik dari para pemimpinnya untuk menunjukkan keteladanan dalam bersikap menghadapi pandemi yang sama-sama menjadi momok bagi kita semua.

Keteladanan!
Satu sikap itu sepertinya perlu kembali diterapkan.

Kotapinang, September 2020

Ibu yang resah melihat kesimpangsiuran covid-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun