Mohon tunggu...
Pak Guru
Pak Guru Mohon Tunggu... Guru, Pengembang Kurikulum, Pelatih Guru -

always improving...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Akal Sehat

10 Mei 2017   07:44 Diperbarui: 10 Mei 2017   08:43 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
from: https://goo.gl/RuFGhN

Pendidikan akal sehat adalah pendidikan yang sepenuhnya menolong anak agar mereka dapat berpikir kritis, krestif dan relasional. Pendidikan jenis ini sebenarnya tidaklah baru. Jika kita merunut kembali sejarah, kita dapat beberapa menjumpai tokoh penting dalam pengembangan pendidikan akal sehat ini. Kembali ke abad ke-5 sebelum masehi, kita akan bertemu dengan Thales, bapak filsafat barat. Ia merupakan salah seorang pembuka jalan pendidikan akal sehat ini. Ia dengan keberanian menyatakan teorinya tentang unsur penyusun alam ini. Terlepas dari kebenaran teori yang ia sampaikan, namun semangatnya telah menyadarkan para murid dan orang-orang yang dipengaruhinya bahwa manusia perlu berpikir dengan akal sehatnya dari pada kepada tahayul atau dongeng-dongeng yang tidak jelas kebenarannya. 

Semangat cara berpikir ini mempengaruhi para raksaas filsafat yang hidup setelahnya, sebut saja Phytagoras, Demokritus, Sokrates, Plato, Aristoteles, dan lainnya. Mereka juga memberikan sumbangsih yang besar dalam membangun semangat berpikir secara akal sehat ini. Terbukti di dalam sejarah, Bangsa yunani Kuno merupakan sebuah bangsa yang jauh lebih maju dibanding bangsa-bangsa lainnya pada jaman itu dalam hal membangun hakikat kemanusiaan dan ilmu pengetahuan. Akal sehat telah banyak menolong mereka membangun bangsanya. Hanya sayang, penjajahan Romawi menggerus masa keemasan mereka. Walaupun bangsa Romawi banyak memanfaatkan filsafat Yunani dalam kehidupan praktis dan bernegara mereka, pemerintahan Romawi tidak secara masif mau mengembangkan lebih jauh semangat akal sehat ini. Alhasil, dipenghujung masa pemerintahan Romawi, semangat akal sehat ini semakin tenggelam dan terkapar di abad pertengahan atau jaman kegelapan.

Harapan mulai muncul pada abad ke 14-15, kondisi politik dan sosial yang telah jenuh, ruwet dan korup saat itu telah memicu keberanian beberapa orang untuk menyuarakan suatu gerakan baru baik dalam hal seni budaya, maupun ilmu pengetahuan. Leonardo Da Vinci, Minchaelangelo, Galileo, Copernicus, Gutenberg, Nicollo Machiavelli dan lainnya. Mereka tergabung dalam suatu gerakan yang disebut Renaisans. Gerakan yang konon mulai menyebar dari Italia hingga ke seluruh Eropa ini membangkitkan suatu semangat humanisme, bagaimana mengangkat martabat manusia. Salah satu faktor yang secara terus menerus menjadi motor penggerak gerakan ini adalah kembalinya orang-orang berpengaruh untuk berpikir secara akal sehat. Hal ini menjadi semakin kuat ketika memasuki abad ke-18 yang juga dipengaruhi oleh salah satu filsuf terbesar, Rene Descartes. Apa yang dihasilkan pada masa Pencerahan ini mendorong suatu perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa, yang juga mendatangkan manfaat bagi kemanusiaan.

Pengalaman sejarah ini tentunya harus kita jadikan pembelajaran bagi kita yang hidup di masa kini. Banyak pelajaran penting yang dapat kita petik, baik dalam bidang politik, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan juga pendidikan. Pendidikan yang difokuskan untuk memperoleh cara berpikir dengan akal sehat telah mendorong masyarakat Eropa menjadi negara maju saat ini. Di luar dari segala kekurangan dan hal negatif yang telah muncul di Eropa akibat adanya pendidikan akal sehat ini, sejarah membuktikan bentuk pendidikan ini menolong negara dan masyarakat Eropa untuk membangun stabilitas yang berdampak pada perkembangan ekonomi. Ketidakstabilan kehidupan sosial akibat berbagai hal, temasuk tidak adanya akal sehat dalam hidup bermasyarakat sudah pasti akan mengganggu iklim investasi, industri dan dunia usaha. Oleh karenanya, penting bagi negara untuk menjamin kestabilan kehidupan sosial masyarakatnya, demi perkembangan ekonomi dan daya saingnya di dunia global. Kestabilan ini dapat dilakukan secara represif, namun dapaknya tentu tidak membawa kenyamanan bagi masyarakat. Kestabilan dapat di tempuh melalui jalur pendidikan akal sehat, memang membutuhkan waktu lebih lama, namun ini merupakan keniscayaan bila dipikirkan secara matang dan strategis.

Indonesia membutuhkan suatu rencana strategis pendidikan yang bertujuan mengembangkan akal sehat masyarakatnya sesuai cita-cita bangsa pada Pembukaan UUD 1945: ..."mencerdaskan kehidupan bangsa". Apa yang telah pemerintah lakukan selama ini sebenarnya telah baik adanya, tidak sedikit negara lain yang kagum tentang bagaimana negara dapat mengelola perbedaan di negara kita ini. Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika telah menjadi perekat yang sangat lengket antar suku, agama dan golongan. Pemerintah perlu sekali mendorong bangsa ini untuk melangkah lebih jauh, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan melaksanakan suatu pendidikan akal sehat. Kesadaran akan ideologi negara menolong bangsa ini untuk tetap bersatu dan bertahan atas serangan dari pihak-pihak yang mengganggu stabilitas. Tetapi, kemajuan akal sehat dipelukan untk lebih agresif dan offensif membekap mereka yang tidak sejalan dengan ideologi negara.

Seluruh elemen masyarakat perlu dilatih untuk berpikir secara akal sehat, mereka perlu belajar juga dengan akal sehat. Kamus Merriam-Webster memaknai akal sehat (common sense) sebagai: sound and prudent judgment based on a simple perception of the situation or facts; atau diterjemahkan secara bebas: Penilaian yang baik dan bijaksana yang didasarkan pada wawasan sederhana tentang situasi atau fakta. Agar seseorang dapat melakukan penilaian, tentunya ia perlu berlatih berpikir secara kritis, kreatif dan relasional.  

Secara kritis maksudnya adalah dapat memetakan suatu persoalan dan menempatkan permasalah pada sudut pandang yang tepat. Secara kreatif bermakna, orang tersebut mampu memikirkan pemecahan masalah yang terbaik. Sedangkan secara relasional adalah kemampuan dalam mengaplikasikan pemikirannya dalam konteks kehidupan dengan dirinya, orang lain dan Tuhan, sehingga mendatangkan manfaat terluas dan terbaik yang bisa ia lakukan.

Pendidikan akal sehat ini akan saya jelaskan lebih rinci pada tulisan-tulisan saya selanjutnya, namun pada tulisan berikut, saya akan menjelaskan dahulu tentang pendidikan hati...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun