Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Horor

18 Mei 2016   21:24 Diperbarui: 18 Mei 2016   21:58 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nasi goreng ...," pekik Bang Juki.

Pairun berkata setelah gerobak Bang Juki mendekat. "Nasi goreng Bang, dua ya ...." Bang Juki segera menyisikan gerobaknya. Dinyalahkan kompor lalu siap untuk menggoreng nasi dua piring sekaligus.

"Lagi ronda Bang?" tanya Bang Juki membuka obrolan agar lebih nyaman kepada pembeli.

"Iya nih, apalagi habis lari-larian," ujar Pairun menjawab sambil menoleh kearah Adi cengenges maksudnya meledek Adi.

Tak lama tampa sepengetahuan Pairun dan Adi juga Bang Juki, seorang lelaki berdiri tegap di samping gerobak Bang Juki sambil berkata dengan nada dingin dan wajah beku. "Nasi goreng Bang ...."

"Oh ya, dibungkus apa makan di sini?" jawab Bang Juki sembari mengaduk nasi gorengnya tampa memperhatikan lagi lelaki itu.

"Dibungkus Bang ..." jawab lelaki itu masih dengan suara dingin.

"Berapa bungkus?" tanya lagi Bang Juki.

"Satu Bungkus!"

Nasi goreng pesanan Pairun dan Adi pun selesai. Dua piring di rentangkan, lalu nasi goreng siap saji di hidangkan untuk Pairun dan Adi. Tampa baca bismilah lagi mereka menyantap nasi goreng itu dengan lahapnya tampa melirik untuk menawarkan kepada lelaki yang berdiri di samping gerobak Bang Juki.

Nasi goreng pesanan lelaki itu pun selesai. Kertas pembungkus dilebarkan lalu dituangkan nasi gorengnya. Tampak masih panas nasi goreng itu, terbukti adanya asap mengebul ke atas. Kemudian Bang Juki membungkusnya dan dimasukan ke kantong plastik ukuran kecil. Lalu diserahkan ke lelaki itu yang sedari tadi diam tak bergerak walaupun sekedar menggaruk. Wajahnya dingin suaranya berat. Lelaki itu pun memberikan uang lembaran sebesar Lima Puluh Ribu Rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun