Segmen terakhir membahas tema kebudayaan. Pasangan Jokowi-Ahok mendapat giliran. Setelah menyinggung Betawi sebagai tuan rumah DKI, Jokowi menghubungkan tema budaya dengan pendidikan perilaku. Menurutnya, perlu kampanye besar-besaran demi tumbuh berkembangnya perilaku warga DKI Jakarta yang santun dan bersih. Perubahan perilaku ini nantinya dapat memberi andil untuk memecahkan masalah sampah dan kemacetan di Ibu Kota. Kemudian, calon wakil gubernur berlambang kotak-kotak yang pernah dinobatkan sebagai Tokoh Antikorupsi dari unsur penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan ini menambahkan perlunya peningkatan jumlah taman kota, penyelenggaraan acara budaya dan kerjasama dengan para ahli dan universitas untuk menemukan akar persoalan Ibu Kota.
Foke kembali mengulang tema komunitas atau community based development ketika membahas tema kebudyaan. Setelah menyebutkan keragaman sebagai aset DKI, beliu menyerahkan kepada setiap komunitas wewenang untuk memecahkan persoalan yang muncul di daerahnya masing-masing. Menurutnya, cara ini berhasil menghapus konflik kepentingan dan fear factor yang ditenggarai dapat menghentikan aktivitas warga DKI.
***
Sementara pihak menyatakan, debat calon gubernur dan calon wakil gubernur ini tidak akan mengubah perilaku para pemilih pada tanggal 20 September 2012 nanti. Tetapi, setidaknya bagi para calon, debat kali lalu merupakan kesempatan emas untuk menjelaskan sikap politik mereka.
Dan sikap politik itu dapat dijabarkan sebagai berikut: pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli mengutamakan pendekatan birokratis di bidang infrastruktur, pemerintahan dan kebudyaan sementara pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama mengedapankan pendekatan pemberdayaan manusia di bidang yang sama. Untuk bidang ekonomi, walau mengulang-ulang pendekatan kerakyatan, nyatanya pasangan nomor satu memeluk prinsip ekonomi liberal yang mendahulukan kepentingan pengusaha dan pemilik modal sementara pasangan bernomor tiga memilih ekonomi kerakyatan dengan prioritas kesejahteraan masyarakat ekonomi kelas bawah.
Dan Jakarta memilih......
Paris, 15 September 2012