Mohon tunggu...
Carolus Putranto Tri Hidayat
Carolus Putranto Tri Hidayat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menghitung hari, menghitung waktu...

Selanjutnya

Tutup

Politik featured

Rekam Jejak Penghapus Ilusi: Debat Pilkada DKI 2012

15 September 2012   15:46 Diperbarui: 11 Februari 2017   15:05 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Segmen terakhir membahas tema kebudayaan. Pasangan Jokowi-Ahok mendapat giliran. Setelah menyinggung Betawi sebagai tuan rumah DKI, Jokowi menghubungkan tema budaya dengan pendidikan perilaku. Menurutnya, perlu kampanye besar-besaran demi tumbuh berkembangnya perilaku warga DKI Jakarta yang santun dan bersih. Perubahan perilaku ini nantinya dapat memberi andil untuk memecahkan masalah sampah dan kemacetan di Ibu Kota. Kemudian, calon wakil gubernur berlambang kotak-kotak yang pernah dinobatkan sebagai Tokoh Antikorupsi dari unsur penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan ini menambahkan perlunya peningkatan jumlah taman kota, penyelenggaraan acara budaya dan kerjasama dengan para ahli dan universitas untuk menemukan akar persoalan Ibu Kota.

Foke kembali mengulang tema komunitas atau community based development ketika membahas tema kebudyaan. Setelah menyebutkan keragaman sebagai aset DKI, beliu menyerahkan kepada setiap komunitas wewenang untuk memecahkan persoalan yang muncul di daerahnya masing-masing. Menurutnya, cara ini berhasil menghapus konflik kepentingan dan fear factor yang ditenggarai dapat menghentikan aktivitas warga DKI.

***

Sementara pihak menyatakan, debat calon gubernur dan calon wakil gubernur ini tidak akan mengubah perilaku para pemilih pada tanggal 20 September 2012 nanti. Tetapi, setidaknya bagi para calon, debat kali lalu merupakan kesempatan emas untuk menjelaskan sikap politik mereka.

Dan sikap politik itu dapat dijabarkan sebagai berikut: pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli mengutamakan pendekatan birokratis di bidang infrastruktur, pemerintahan dan kebudyaan sementara pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama mengedapankan pendekatan pemberdayaan manusia di bidang yang sama. Untuk bidang ekonomi, walau mengulang-ulang pendekatan kerakyatan, nyatanya pasangan nomor satu memeluk prinsip ekonomi liberal yang mendahulukan kepentingan pengusaha dan pemilik modal sementara pasangan bernomor tiga memilih ekonomi kerakyatan dengan prioritas kesejahteraan masyarakat ekonomi kelas bawah.

Dan Jakarta memilih......


Paris, 15 September 2012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun