Mohon tunggu...
Caroline Angelina
Caroline Angelina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, perkenalkan namaku Caroline Angelina. Saat ini aku sedang menempuh pendidikan S1 di salah satu universitas negeri di Surabaya. Aku merupakan pribadi yang hangat dan sangat tertarik dengan hal-hal yang berbau pendidikan, kesetaraan gender, eknomi dan bisnis, serta psikologi. Sekian perkenalanku dan salam kenal semua ❤️❤️❤️

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Potensi Ekonomi yang Dimiliki Indonesia dapat Pulihkan Keadaan di Masa Pandemi?

9 Juni 2022   14:30 Diperbarui: 9 Juni 2022   14:32 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam hidup ini tidak seorang pun ingin merasakan penderitaan dalam hidupnya. Semua orang tentunya ingin memiliki hidup yang bahagia. Bukan hanya individu, tetapi instansi apapun yang dikendalikan oleh manusia, pasti ingin menghindar dari kerugian dengan usaha-usaha nyata. 

Dilatarbelakangi hal ini, maka manusia akan terus berusaha segera kembali ke tatanan normal bahkan lebih baik ketika menghadapi suatu masalah. Persepsi ini menjadi suatu kenyataan terjadi ketika pandemi Covid-19 menjadi masalah baru bagi setiap orang di dunia.

Ketika Covid-19 ramai menjadi perbincangan akhir Desember 2019, siapa sangka empat bulan kemudian virus mutasi SARS-CoV2 itu terus menyebar ke seluruh pelosok Indonesia. Kini,  Indonesia ada di peringkat 13 penyumbang kasus positif terbanyak dengan 4.043.736 kasus pada tanggal 27 Agustus 2021, 130.182 jiwa di antaranya harus berpulang. 

Angka itu berperan dalam akumulasi total kasus positif Covid-19 secara global, dengan 215.506.746 kasus dan 4.489.048 kematian akibat Covid-19. 

Akibat dari banyaknya kasus Covid-19 di Indonesia, kondisi perekonomian memburuk, PHK dan kebangkrutan terjadi di mana-mana, bahkan IHSG sempat anjlok menyentuh angka 3.985 pada tanggal 23 Maret 2020.

Menindaklanjuti hal ini pemerintah Indonesia segera mengambil tindakan cepat. Mereka berjuang melawan segala bentuk masalah yang ditimbulkan akibat Covid-19. Baik dalam bidang kesehatan, perekonomian, pendidikan, hingga masa depan bangsa. Indonesia menggunakan istilah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang bersifat lokal tiap daerah sebagai ganti dari karantina wilayah atau disebut lockdown yang marak dilakukan negara lain dalam rangka usaha menekan laju penyebaran Covid-19. 


Indonesia kemudian mengganti istilah PSBB menjadi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), entah itu PPKM darurat, PPKM mikro, PPKM makro, hingga PPKM berlevel 1,2,3, dan 4.Diharapkan dengan adanya PPKM ini dapat memberikan efek atau dampak yang besar untuk memperlambat laju pemnyebaran Covid-19 ini.

Bukan tanpa alasan pemerintah Indonesia tidak menerapkan karantina wilayah. Pertama, Indonesia menekankan penanganan pandemi Covid-19 pada dua sisi, yakni kesehatan dan ekonomi. Memang benar bahwa kesehatan itu penting di masa pandemi, tetapi bukan berarti masalah ekonomi kita tinggalkan begitu saja. 

Justru ekonomi harus kita pikirkan secara matang, apa solusinya, supaya setelah pandemi berakhir, ekonomi Indonesia tidak berantakan. Kedua, lockdown membutuhkan biaya yang besar. Untuk Jakarta saja, butuh sekitar 550 miliar Rupiah per hari bila lockdown diberlakukan. 

Diprediksi untuk 34 provinsi di Indonesia, membutuhkan dana 18,7 triliun Rupiah per hari. Sebenarnya Indonesia masih mampu dan mempunyai biaya tersebut, namun dapat dilihat biaya tersebut sangat besar dan belum tentu langkah tersebut dapat dikatakan efektif, ditambah dengan tidak ada negara yang berhasil memutus rantai penyebaran secara mutlak lewat lockdown. Bisa kita lihat beberapa negara seperti Italia, Amerika Serikat, Prancis, dan Spanyol yang setelah lockdown diakhiri, kasus Covid-19 justru meningkat tajam.

Meski hanya menerapkan PSBB dan PPKM, namun hal ini terrnyata membawa dampak yang cukup besar yakni mulai terlihatnya penurunan kasus aktif Covid-19  seiring dengan penerapan PPKM Juli-Agustus dan vaksinasi yang terus digenjot sejak bulan Januari 2021. Kini, sudah ada 92,1 juta jiwa masyarakat Indonesia yang sudah divaksin dosis pertama, 33,1 juta di antaranya bahkan telah menerima dosis kedua. 

Memang yang sudah menerima dosis penuh baru 12,2% dari total populasi, jauh di bawah target untuk menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity), tetapi jumlah ini terus meningkat seiring dengan program-program yang dikeluarkan oleh pemerintah agar masyarakat mau divaksin. Vaksin buatan Indonesia, Vaksin Merah Putih, juga mulai menunjukkan perkembangan yang positif. Diprediksi di awal tahun depan vaksin merah putih ini sudah dapat digunakan untuk semua rakyat Indonesia.

Sekarang hanya ada satu pertanyaan, setelah pandemi ini berakhir, apa selanjutnya? Selama pandemi, kondisi perekonomian Indonesia menurun secara drastis bahkan bisa dikatakan terpuruk. 

Hal ini dibuktikan dengan ekonomi Indonesia di tahun 2020 turun sebesar 2,07 persen bila dibandingkan dengan tahun 2019, sebelum pandemi ini benar-benar menjadi pandemi global. Meskipun BPS (Badan Pusat Statistik) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 sebesar 7,07% YoY (Year on Year), resesi masih sangat mungkin terjadi mengingat kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat tajam.

Dengan adanya berita ini pemerintah Indonesia optimis bahwa strategi-strategi yang disiapkan untuk pandemic recovery, salah satunya dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang dimiliki Indonesia, dapat berjalan secara optimal, efisien, dan efektif. Sebelum pandemi melanda, Indonesia memiliki beberapa potensi ekonomi yang telah dikembangkan, yakni pariwisata, industri makanan, minuman, tekstil, busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, dan alat kesehatan. Kesembilan sektor selain pariwisata ini memberikan kontribusi sebesar 70 persen dari total PDB manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur, dan 60 persen pekerja industri. Sektor-sektor tersebut menjadi penopang ekonomi Indonesia, sebelum maupun selama pandemi. Investasi tetap tumbuh 26 persen pada periode 2020 bila dibandingkan tahun 2019, jumlahnya Rp272,9 triliun.

Bagaimana dengan pariwisata? Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak akibat adanya pandemic Covid-19. Jumlah wisatawan mancanegara mengalami penurunan pada tahun 2020 bila dibandingkan dengan 2019 sebesar 75,03 persen menjadi "hanya" 4,02 juta kunjungan. Pandemi secara langsung mengancam 13 juta pekerja yang menggantungkan hidup dari sektor pariwisata. Penerimaan devisa negara juga pastinya mengalami penurunan tajam, yakni menjadi Rp51,2 triliun pada tahun 2020, padahal sebelumnya pariwisata selalu menyumbang US$ 19-21 miliar setiap tahunnya.  

Pemerintah tentunya tidak kehabisan akal untuk mengatasi masalah ini. Virtual Tourism menjadi salah satu langkah pemerintah maupun pengusaha untuk menpromosikan tempat wisata yang ada. Konsep yang dibuat dalam Virtual Tourism adalah menyediakan gambar dan cuplikan apa saja yang akan didapat di dalam tempat wisata tersebut. 

Bukan hanya tempat wisata hiburan seperti hotel, taman rekreasi, dan taman wisata alam yang dipromosikan, tetapi juga museum, pagelaran seni, dan budaya adat. Strategi ini menggugah rasa ingin mengunjungi tempat wisata tersebut dengan memunculkan rasa penasaran. Selain beberapa sektor di atas, sebenarnya ada potensi besar yang bisa disebut sebagai macan tidur, yakni pasar modal dan ekonomi Islam.

Pasar modal menjadi salah satu potensi ekonomi yang menjanjikan bagi masa depan Indonesia. Dengan jumlah penduduk 270 juta jiwa, perputaran roda perekonomian di Indonesia dapat berputar lebih cepat. Perusahaan berpeluang untuk menambah modal perusahaan dan menjadi lebih dikenal oleh kalangan masyarakat, sedangkan masyarakat bisa mendapatkan keuntungan dari capital gain maupun deviden. Saat ini, hanya ada 3,1 juta akun yang terdaftar di sekuritas pasar modal, menyebabkan investor asing masih memegang porsi yang cukup besar dalam pasar modal Indonesia. Pemerintah mengajak masyarakat untuk mulai belajar dan terjun di dunia pasar modal, karena selain memperoleh keuntungan, pasar modal juga bisa menjadi investasi untuk masa depan maupun di hari tua.

Ekonomi Islam juga menjadi potensi ekonomi baru yang tidak kalah menjanjikan bagi Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia yang mencapai 87,18% dari total populasi Indonesia, kita memiliki peluang menjadi pengembang ekonomi syariah terbesar. Pada tahun 2019, Indonesia dinobatkan sebagai destinasi wisata halal terbaik oleh Global Muslim Travel Index. Selain itu, seluruh industri halal Indonesia berada di sepuluh besar dunia. Berikutnya pemerintah berfokus meningkatkan skala usaha ekonomi syariah guna memperbaiki indeks kesejahteraan.

Strategi mengenai potensi-potensi ekonomi baru di Indonesia sudah dipersiapkan dengan baik dan matang. Ada 2 potensi baru yang bakal digencarkan edukasinya supaya memberikan dampak positif bagi negara. Namun, apa artinya seluruh potensi ini tanpa adanya iklim investasi yang baik di negara Indonesia. Pandemi belum usai. Cegah penularan Covid-19 di Indonesia dengan senantiasa menerapkan 5M, maka warga sehat, ekonomi tumbuh, dan negara kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun