Mohon tunggu...
Carolina Adak
Carolina Adak Mohon Tunggu... A long life learner

Apoteker

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahaya Resistensi Antimikroba

21 November 2021   23:22 Diperbarui: 21 November 2021   23:37 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Jam menunjukkan pukul 6.00 WITA, terdengar suara burung yang mulai berkicau dan ayam yang sedari tadi sudah berkokok. Saya pun harus merelakan kehangatan dan kenyaman tempat tidur yang seakan tak mau melepas saya untuk bangun. 

Hari itu saya pun bersiap untuk shift pagi di salah satu Rumah Sakit swasta di Labuan Bajo. Singkat cerita, saya akhirnya tiba di Rumah Sakit dan siap melaksanakan tugas sebagai seorang Apoteker.

Pasien rawat jalan pun mulai berdatangan, mengambil nomor antrian dan mulai melakukan registrasi. Semakin siang semakin ramai. Setiap pasien yang sudah menemui dokter akhirnya satu per satu menuju instalasi farmasi untuk menerima obat. Saat itu saya yang bertugas memberikan informasi obat bagi pasien rawat jalan.

Saya pun memanggil nama pasien satu per satu sesuai dengan nomor antrian masing-masing sampai pada seorang pasien dewasa berusia 48 tahun, laki-laki, yang baru saja menemui dokter spesialis penyakit dalam. Mulailah saya menanyakan nama lengkapnya, tanggal lahir dan informasi awal lainnya sebelum memberikan informasi obat.

Setelah melalui beberapa pertanyaan, diketahui bahwa pasien sebelumnya mengkonsumsi obat lain diluar yang diresepkan oleh dokter.

"Ibu, saya ini sering batuk pilek. Pernah beli obat batuk pilek di apotek tapi tidak sembuh-sembuh" ujarnya si bapak ditengah-tengah percakapan

"Oh iya? Obat batuk apa yang bapak minum? " tanya saya kepada si bapak

"Ah lupa namanya. Tapi ada satu yang cocok ibu. Amoxicillin."

Mendengar hal itu saya pun kaget. Si bapak merasa Amoxicillin adalah obat batuk yang pas untuknya.
Apakah teman-teman sejawat pernah menemui kejadian yang sama? Tentu, IYA.
Lantas? Dimana letak kesalahannya?

Setidaknya ada satu point yang saya ambil dari cerita si bapak yaitu kurangnya pengenalan dan edukasi tentang Resistensi Antimikroba.

Resistensi Antimikroba khususnya antibiotik sudah banyak sekali ditemui. Menurut WHO (2015) yang dimaksud dengan  bakteri resisten adalah kondisi dimana bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik yang awalnya efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut. 

Penggunaan antibiotik yang berlebihan, tidak tepat dosis, jenis dan lama penggunaan yang kurang tepat dapat menyebabkan resistensi antibiotik. 

Hal ini perlu diwaspadai karena dapat mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif hingga dapat menyebakan mortalitas atau kematian.

Kembali pada kasus si bapak tadi. Amoxicillin sesungguhnya bukanlah obat untuk meredakan batuk atau pilek. Amoxicillin adalah antibiotik. 

Antibiotik hanya dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebakan oleh bakteri. Jika disalahgunakan maka akan menyebabkan resistensi atau kekebalan terhadap antibiotik. 

Jika sudah resisten terhadap satu golongan antibiotik maka diperlukanlah antibiotik golongan lain atau baru dengan spektrum yang lebih luas. Jika kejadian yang sama terus berulang maka pada akhirnya tidak akan ada lagi antibiotik yang dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang dialami.

Dilihat dari kasusnya, ada kemungkinan si bapak tidak mendapat informasi yang jelas terkait antibiotik yang digunakan, sehingga pada saat dia mengalami batuk pilek, antibiotik tersebut jadi pilihannya.

Lebih jauh lagi, bisa saja si bapak menyimpan antibiotik dirumahnya dan digunakan saat merasa diperlukan. Anjuran antibiotik yang harus dihabiskan pun  akhirnya hanya tinggal kenangan.

Sementara itu jauh di dalam tubuh kita, ada bakteri yang siap berkoloni karena merasa antibiotik yang masuk sudah tidak berefek lagi. 

Sederhananya begini, saat kita tidak menghabiskan antibiotik sesuai anjuran (bisa dikarenakan karena kita merasa sudah sangat sehat), bakteri yang ada dalam tubuh sejatinya hanya "pingsan". 

Jika hanya "pingsan" tentu ada kesempatan bagi bakteri untuk bisa bangun lagi bahkan menjadi lebih kuat karena sudah mempelajari dengan baik sifat antibiotik yang masuk. 

Berbeda kalau kita menghabiskan antibiotik, diminum tepat waktu sesuai anjuran makan bakteri yang ada didalam tubuh akan mati.

Ada berbagai jenis golongan antibiotik diluar sana. Semua mempunyai mekanisme kerjanya masing-masing. Diberikan apabila tepat diagnosanya disebabkan oleh bakteri. Masyarakat awam mungkin sudah sangat familiar dengan kata antibiotik. Namun tidak sedikit yang salah memahami dan tidak menggunakannya secara bijak.

Setelah mendengar cerita si bapak, saya pun mulai memberikan penjelasan secara sederhana terkait antibiotik. Mulai dari apa yang dimaksud dengan antibiotik hingga tujuan penggunaannya. Besar harapan saya, si bapak bisa mengubah kebiasaannya dalam mengkonsumsi antibiotik.

Cerita saya tentang antibiotik masih berlanjut. Kali ini saya berhadapan dengan pasien yang berasal dari luar negeri. Wanita, berusia muda yang sedang datang berlibur di Labuan Bajo. Alasan dia ke rumah sakit adalah karena terjadi sedikit kecelakaan saat diving sehingga menyebabkan kaki kanannya terluka.

Sesaat setelah saya menjelaskan beberapa obat miliknya, saya pun bertanya apakah ada hal yang kurang jelas terkait obat. Dia pun terlihat sedikit berpikir kemudian bertanya..

"Apakah anda yakin saya tidak memperoleh antibiotik untuk diminum?" tanyanya
" Yah tentu saja" jawab saya sambil tersenyum
"Terima kasih Tuhan. Oke terima kasih. Perfect" sambungnya

Dari kisah ini tentu terlihat jelas bahwa pemahaman tentang antibiotik dari si cantik tadi sudah sangat luar biasa. Mereka sangat menghindari penggunaan antibiotik yang berlebihan. Jikalau pun harus digunakan,  tentunya akan sangat patuh dan teratur.

Dua kisah diatas tentu sangat bertolak belakang. Semua terkait hal yang sama, antibiotik. Perbedaannya terletak pada bagaimana cara kita menyikapi dalam menggunakan antibiotik tersebut.

Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Apoteker untuk memberikan pelayanan informasi obat yang lengkap sehingga dapat membantu meningkatkan penggunaan obat secara rasional.  Pasien pun punya hak penuh untuk menanyakan semua hal terkait obat kepada Apoteker.

Perkembangan teknologi saat ini sudah sangat membantu dalam masyarakat memahami penggunaan obat yang rasional khususnya antibiotik.  Tapi ingat, jangan salah dalam menerima informasi apapun terkait obat. Perlu ditanyakan terlebih dahulu kepada Apoteker anda jika ada hal-hal yang kurang dipahami. Hindari menelan informasi yang salah secara utuh dan termakan hoax. 

Hindari membeli antibiotik secara online apabila kita tidak tahu pasti penyebab dari sakit yang kita alami. Tetap periksakan diri ke dokter. Dengan diagnosa yang tepat maka pengobatan yang diperoleh pun pasti tepat. Jangan buru- buru mengkonsumsi antibiotik.

Akhirnya, ayo kita bersama-sama bijak dalam menggunakan antimikroba. Kita tingkatkan kepedulian kita dalam menggunakan antimikroba sehingga resistensi antimikroba tidak terjadi. Jangan sungkan untuk selalu bertanya kepada Apoteker anda untuk setiap informasi terkait obat yang anda butuhkan. 

Sudah banyak yang dilakukan untuk mencegah resistensi antimikroba. Kesadaran kita sebagai masyarakat untuk menggunakannya secara bijak hanyalah salah satu cara untuk mencegah resistensi. 

Banyak pihak terlibat didalamnya, dari tenaga kesehatan sendiri semisal dokter yang memberikan diagnosa dan pengobatan  yang tepat, dibentuknya tim PPRA di Rumah Sakit ataupun sejawat di apotek yang melayani resep. Semua itu bertujuan agar kita dapat bebas dari resistensi antimikroba.

So, sekali lagi marilah kita bijak dalam menggunakan antimikroba.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun