Mereka tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi estetika, tapi untuk menjaga keseimbangan antara tubuh, jiwa, dan alam.Â
Tidak ada tekanan untuk menjadi "sempurna" secara fisik. Tubuh tidak diukur berdasarkan bentuk, warna, atau ukuran, tapi berdasarkan makna dan keharmonisan.
Melalui tubuh yang tampak sederhana, masyarakat Mentawai mengajarkan cara hidup yang begitu dalam.Â
Mereka menunjukkan bahwa tubuh bukan untuk dinilai, dijual, atau dibentuk agar sesuai standar luar.Â
Tubuh adalah rumah bagi jiwa, alat untuk berkomunikasi dengan roh, dan bukti keterhubungan manusia dengan alam. Ketelanjangan mereka bukan tentang kekurangan, tapi tentang keberanian untuk menjadi otentik, jujur, dan selaras dengan dunia.
Di zaman di mana manusia makin jauh dari alam dan makin sibuk menutupi dirinya dengan lapisan simbolik dan artifisial, kisah tubuh orang Mentawai bisa menjadi cermin yang menantang cara kita memandang diri sendiri.Â
Barangkali kita tidak perlu menanggalkan pakaian secara fisik, tapi kita bisa mulai menanggalkan prasangka. Karena terkadang, yang tampak telanjang justru menyimpan filosofi paling berpakaian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI