Bagi anda-anda yang tinggal di perkotaan berarti sudah tidak asing lagi, atau bahkan sudah pernah menaiki platform on demand ride services bernama Gojek, Grab, atau Uber.
Akhir-akhir ini kalau kita lihat di internet, ataupun papan reklame di stasiun kita bisa menemukan kampanye #UdahWaktunya dari salah satu platform. Kampanye ini menjanjikan kita bahwa platform on demand ride services mampu menghantar kita ke tujuan dengan cepat dan nyaman. Berikut saya kutip salah satu pernyataan dari berita terkait :Â
banyak konsumen atau pengguna kendaraan pribadi tidak memperhitungkan waktu macet dan cari parkir dalam rencana perjalanan mereka. "Dari hasil survei kami, kedua aktivitas ini lumayan menghabiskan waktu perjalanan. Apalagi, bila konsumen membawa kendaraan pribadi. Dengan kampanye #UdahWaktunya, kami mengajak masyarakat untuk berpindah dari kendaraan pribadi ke layanan ride-hailing dari "GO", karena ini udah waktunya masyarakat tidak terhambat macet."
Siapa yang merasa terbantu dengan platform on demand ride services ini silahkan angkat tangan (Walau tidak bisa saya lihat). Saya sendiri merasa sangat terbantu, ketika tinggal di kawasan pedalaman perumahan dengan akses transportasi yang sulit. Apalagi ketika masih kuliah dan malas menunggu angkot yang ngetem, platform transportasi online ini menjadi kebutuhan akan kecepatan.Â
Saya bisa berbicara banyak mengenai beberapa pengalaman yang saya dapat ketika menaiki on demand ride services ini. Disini saya ingin memberikan sudut pandang lain jika kita "overdosis" menggunakan platform on demand ride services.
Tulisan ini bertujuan agar kita tidak asal termakan jargon-jargon bahwa solusi permasalahan transportasi adalah dengan menaiki on demand ride services saja, banyak kok alternatif-alternatif lainnya yang lebih berkelanjutan [1] :
1. Transportasi modern tidak terbatas pada on demand ride services/ride hailing saja.
Transportasi yang dapat menghantar kita dengan bebas dari kemacetan tidak lain dan tidak bukan adalah transportasi umum (dengan BRT atau KRL dalam kondis primanya).
Seiring perkembangan zaman, terkhusunya kehadiran industri 4.0, jenis-jenis transportasi juga ikut berkembang. Kini transportasi tidak hanya terbatas pada angkutan konvensional seperti transportasi umum, dan angkutan pribadi yang harus kita datangi untuk bisa dinaiki. Tetapi sudah berkembang menjadi beberapa jenis dengan inovasi-inovasi baru, seperti berikut :
a. Ridesharing (carpooling): penggunaan kendaraan bersama dengan memanfaatkan kursi kosong pada kendaraan. Jenis transportasi ini tidak menambahkan kendaraan karena menggunakan transportasi eksisting yang sudah ada. Di Indonesia dikenal dengan istilah "nebeng".Â
Mungkin anda bertanya apakah perilaku nebeng ini masih ada di zaman modern penuh dengan kehati2an antar satu sama lain. Di Austin, Texas, Amerika, pemerintah setempat memberlakukan diskon bagi kendaraan yang melalui jalan berisi penumpang yang "nebeng" sampai sebesar 50%.
Hal ini dapat terwujud melalui aplikasi Carma's yang dapat mendeteksi beberapa pengguna yang saling nebeng. Keuntungan yang dihasilkan berupa penghematan pelebaran jalan tol sebesar 17,4 million US Dollar [2].