Mohon tunggu...
Cantika PutriSurya
Cantika PutriSurya Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Cantika Putri Surya - 43225010068 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan.

16 Oktober 2025   23:52 Diperbarui: 16 Oktober 2025   23:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Modul Prof Apollo
Sumber: Modul Prof Apollo

Epictetus, filsuf Stoik asal Yunani, lahir sebagai budak namun menjadi salah satu pemikir moral terbesar pada masanya. Ia mengajarkan bahwa kebahagiaan dan penderitaan manusia bergantung pada cara berpikir, bukan pada keadaan luar. Dalam The Enchiridion, ia membedakan dua hal penting:

1. Hal yang dapat dikendalikan : pikiran, penilaian, dan tindakan kita sendiri.

2. Hal yang tidak dapat dikendalikan : tubuh, reputasi, kekayaan, dan opini orang lain.

Kunci berpikir positif menurut Epictetus terletak pada fokus terhadap hal-hal yang berada dalam kendali diri. Ketika seseorang menerima kenyataan yang tidak dapat diubah dan mengarahkan energi pada tindakan yang bisa ia kontrol, maka ia mencapai kebebasan batin sejati.

Kutipannya yang terkenal: "It's not what happens to you, but how you react to it that matters."

Prinsip ini menunjukkan bahwa reaksi rasional jauh lebih menentukan kebahagiaan dibandingkan situasi eksternal. Dalam konteks modern, ajaran Epictetus melatih kemampuan emotional intelligence atau mengelola emosi agar tetap positif dan tidak reaktif terhadap tekanan hidup.

Sumber: Modul Prof Apollo
Sumber: Modul Prof Apollo

Bayangkan seseorang yang kehilangan pekerjaan secara mendadak.
Secara alami, ia mungkin merasa hancur, kecewa, atau marah.
Namun, dengan berpikir seperti Nietzsche, ia berkata dalam hatinya:

"Ini adalah bagian dari perjalanan hidupku. Aku akan mencintai pengalaman ini sebagaimana aku mencintai keberhasilanku. Dari sini aku akan belajar dan bangkit."

Sikap ini bukan penyerahan diri, tetapi penerimaan aktif dan afirmasi terhadap kehidupan.
Dengan mencintai takdir, ia tidak menjadi korban keadaan, melainkan pencipta makna dari pengalamannya sendiri.
Ia menegaskan kehidupan (affirmation of life) dan menjadikan penderitaan sebagai bahan untuk tumbuh lebih kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun