Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

"Genderuwonomics", Teguran untuk Perekonomian Kita

14 November 2018   06:02 Diperbarui: 14 November 2018   08:03 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya tidak ingin berkomentar yang negatif, tetapi mungkin yang dimaksud Pak Presiden itu politisi atau politik genderuwo itu yang berkaitan dengan ekonomi rente, mafia ekonomi, mafia pangan, atau mafia lainnya sebagai genderuwonya ekonomi," kata Sandiaga dalam keterangan tertulis, Jumat. (KOMPAS.com, 11/11/2018).

genderuwo ekonomi menjadi sebuah narasi yang mendeskripsikan telah terjadi kejahatan ekonomi yang dilakukan oleh para mafia yang merugikan rakyat Indonesia, dan menurut Sandi mafia perekonomian belum mampu diatasi oleh pemerintah Jokowi. Lalu Sandi pun menunjukkan bukti bahwa genderuwo ekonomi lebih menakutkan daripada politik Genderuwo seperti yang dimaksudkan oleh petahana.

Dampak dari ekonomi genderuwo versi Sandi yaitu kekayaan negara ini hanya dikuasai oleh negara asing memiliki modal besar dan teknologi, sehingga alam Indonesia habis dikeruk oleh perusahaan-perusahaan negara asing tersebut. Ciri lainnya menurut dia yaitu sulitnya mendapatkan lapangan kerja bagi rakyat, harga-harga pada mahal, dan gonjang-ganjing impor.

Sebab itulah kata Sandi, genderuwo ekonomi harus lebih diwaspadai, dan ia sangat sependapat dengan Jokowi untuk menghalau genderuwo agar tidak sampai lebih jauh menguasai Indonesia. Sehingga cita-cita proklamasi untuk mewujudkan kesejahteraan umum bagi segenap rakyat Indonesia tidak dapat diwujudkan.

Terlepas dari polemik dan perang retorika politik yang sedang dimainkan oleh para capres dan cawapres untuk mendapatkan perhatian rakyat agar terpilih pada pilpres 2019 nanti. Hendaknya antarkubu dapat menggunakan ungkapan-ungkapan yang memberikan ketauladan terhadap rakyat.

Pakailah istilah-istilah yang baik, santun, dan benar-benar menampilkan politik beretika. Hal itu jauh lebih baik daripada hanya adu mulut tak berkelas.

Marilah kedua kubu bicara program, visi Indonesia ke depan. Ajaklah masyarakat untuk berpikir substantif agar akar persoalan bangsa ini dapat dipecahkan.

Tidak salah jika ada pihak yang mengatakan bahwa tingkat ketimpangan di Indonesia sangat tinggi atau masih melebar. Baik ketimpangan pembangunan fisik, ketimpangan kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan sebagainya. Karena memang itu benar adanya.

Oleh karena itu, maka pihak petahana atau siapapun yang saat ini sedang berkuasa harus menerima hal itu sebagai masukan. Yang diharapkan adalah adanya perbaikan di tahun-tahun berikutnya. Sehingga pemerataan dapat diciptakan. Jadi bukan sebaliknya, justru direspon sebagai sebuah hoaks, atau indikasi menjelek-jelekkan pemerintah.

Cobalah kita berpikir lebih jernih dan lihat kenyataan, apa yang sedang dirasakan oleh rakyat banyak di daerah-daerah. Hampir rata-rata masyarakat mengeluh karena soal kesejahteraan.

Meskipun begitu, kita patut memberikan apresiasi kepada pemerintah atas segala prestasi yang telah dicapai. Misalnya keberhasilan kontingen Indonesia mencapai posisi lima (5) besar pada event Asian Games, Asian Para Games, dan keberhasilan Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi IMF beberapa waktu lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun