Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

"Genderuwonomics", Teguran untuk Perekonomian Kita

14 November 2018   06:02 Diperbarui: 14 November 2018   08:03 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa pengamat dari berbagai macam latar belakang profesi menilai bahwa dalam akhir-akhir ini gaya komunikasi politik petahana yang juga Presiden Republik Indonesia sangat berbeda.

Menurut Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik LIPI, Siti Zuhro, mengatakan memang ada perubahan gaya politik dari Jokowi. Bila selama ini ia dikenal dengan gaya politik simbolik kini berpindah ke model politik retorika.

Perubahan gaya komunikasi politik calon presiden nomor urut 01 menurut Siti Zuhro tidak terlepas dari serangan dari kubu penantang, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Salah satu amunisi yang digunakan oleh kubu Prabowo adalah isu perekonomian.

Dalam banyak kesempatan, Prabowo-Sandi selalu memberikan pernyataan mereka tentang perekonomian nasional yang tak kunjung membaik. Bahkan awak media pun sering mengutip kalimat Prabowo-Sandi dengan menuliskan Indonesia telah gagal membangun ekonomi bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.

Pernyataan kubu Prabowo seperti itu tentu saja menciptakan perlawanan dari kubu petahana. Jokowi-Ma'ruf merasa dirinya telah diserang dengan isu yang tidak tepat. Dan Jokowi juga melalui Menteri Keuangan mengklaim justru Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi cukup baik dibandingkan negara-negara lain di tengah ketidakpastian global.

Karena itu oleh Jokowi menganggap apa yang dikatakan oleh Prabowo-Sandi adalah bentuk politik yang menakuti-nakuti rakyat. Seolah-olah ekonomi Indonesia sedang hancur berantakan selama negara ini dipimpin oleh dirinya. Inilah dasar mengapa Jokowi menyindir dengan politik genderuwo.

Dalam pemahaman banyak orang, politik genderuwo itu identik dengan sosok politisi "setan" yang menakutkan. Cerita tentang makhluk yang tidak diketahui asal-usul tersebut digambarkan sebagai makhluk yang mengerikan, wajahnya buruk, dan perilakunya seperti iblis.

Namun apakah Jokowi bermaksud untuk mengatakan hal itu untuk Prabowo-Sandi? Bahwa kubu Prabowo sebagai gerombolan genderuwo? Benarkah seperti itu maksud Jokowi?

Atau jangan-jangan ada pihak lain yang sedang disindir, bisa jadi sosok itu ada ada dalam tim Jokowi sendiri? Tidak ada yang tahu, dan Jokowi pun tidak secara tegas siapa genderuwo yang dia maksudkan.

Dengan begitu, maka alangkah lebih baik kalau kita berprasangka baik saja, bahwa apa yang dikatakan oleh Jokowi sebagai pengingat bagi bangsa Indonesia untuk membaca cerita tentang sejarah genderuwo lebih banyak lagi. Sebagai sebuah cerita rakyat, selayaknya kita melestarikan. Sehingga politik genderuwo bisa dimaknai sebagai politik rakyat dengan cerita-cerita dongeng.

Jadi kita perlu memosisikan diri pada cara berpikir positif dalam menanggapi retorika politik Jokowi. Cara berpikir positif bisa seperti yang dicontohkan oleh Sandiaga Uno. Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno meminta pemerintah mewaspadai para "genderuwo" ekonomi, mulai dari ekonomi rente hingga pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun