Mohon tunggu...
Dewi Candra
Dewi Candra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Fathanah dalam Berbisnis

22 Oktober 2017   18:07 Diperbarui: 22 Oktober 2017   18:11 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Fathonah atau dapat di artikan sebagai kecerdasan, intelektul, atau kebijaksanaan. Seseorang yang berbisnis harus mempunyai sifat fathonah yaitu seseorang yang sudah memahami, mengerti, dan mendalami segala hal yang berkaitan dengan segala macam yang ada dalam dunia bisnisnya.

Fathonah, nilai dasarnya ialah memiliki penegtahuan luas, nilai-nilai dalam bisnis ialah memiliki visi, pemimpin yang cerdas, sadar produk dan jasa, serta belajar berkelanjutan. Sifat-sifat dasar ini sangat mempengaruhi perilaku Muhammad dalam berbisnis, sehingga dapat membawa sukses dalam berbisnis. Hal ini merupakan pula suri tauladan yang dapat diikuti oleh umatnya. Agar bisnis yang digeluti dapat berkembang dengan baik dan diridhai oleh Allah SWT.

Dalam pandangan islam, akal merupakan salah satu aspek dari kelebihan manusia dibandingkan dengan mahluk-mahluk lainnya. Dengan akal, manusia dapat mengembangkan ilmu penegtahuan, kebudayaan, dan peradaban. Sifat fathonah ini telah membawa implikasi dalam dunia bisnis. Sebab segala sesuatu aktivitas dalam manajemen suatu perusahaan harus dengan kecerdasan, yaitu dengan mengoptimalkan semua potensi akal yang ada untuk mencapai tujuan.

Memiliki sifat jujur, benar, dan bertanggung jawab saja tidak cukup hanya melakukan bisnis secara profesional, para pelaku bisnis juga harus memiliki sifat fathonah agar usaha yang didirikan bisa lebih efektiv dan efisien serta mampu menganalisis situasi persaingan dan juga perubahan perubahan di masa yang akan datang, apalagi sekarang ini, di era globalisasi saat ini sangatlah dibutuhkan seorang penguasa yang cerdik dan juga bijaksana. Agar usaha yang didirikannya tidak mati.

Dalam menghadapi venomena kehidupan modern yang semakin canggih dan perubahan masyarakat industri yang serba cepat dan menakjubkan, umat islam tidak boleh hanya menjadi penonton, umat islam dituntut untuk tetap ikut secara aktiv di dalamnya tanpa harus menanggalkan jati diriya sebagai seorang muslimyang ikhlas dalam berpasrah diri kepada Allah, secara umum orang tidak mungkin bisa ikhlas dalam berpasrah kepada Allah tanpa belajar baik dari buku, pendidikan, dan pengalaman. Dalam rangka mengemban amanah dan mencapai kinerja (prestasi kerja) yang setinggi-tingginya maka kata kuncinya adalah kualitas sumber daya manusia, karena pada dasarnya manusialah kunci kemajuan atau kemunduran peradaban suatu bangsa. Sering kita dengar dengan ungkapan man behind the gun, artinya manusia pemakai senjata itulah yang lebih menentukan dan bukan senjatanya. Manusia merupakan modal bagi sebuah kemajuan, mesin-mesin, industri, traktor, kapal terbang, satelit, teknologi informasi dan sebagainya hanya sebagai instrumen (alat) semata, bukan penentu. Suatu bangsa bisa saja membeli benda-benda itu untuk meningkatkan produktivitas kerja, namun hanya manusia yang beretos kerja tinggi dan selalu berkeinginan lebih maju akan segera menemukan mesin-mesin yang lebih canggih, ia kembali memenangkan satu babak bisnis baru. Itulah gambaran betapa pentingnya belajar untuk meningkatkan kualitas manusia.

Perusahaan-perusahan besar kini berlomba-lomba menampilkan citra diri yang sadar lingkungan, bukan saja lingkungan fisik tetapi juga ligkungan sosial dan budaya. Jika dipusat kapitalisme, (amerika dan eropa) telah mulai berkembang tren baru bagi dunia bisnis, yaitu keniscayaan etika ( meskipun mungkin belum sempurna) tentu kemunculannya lebih mungkin dan lebih dapat subur di negeri kita yang dikenal sangat agamis ini. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa eksistensi etika dalam wacana bisnis merupakan suatu keharusan dan kebutuhan yang tak terbantahkan.

Islam mengajarkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang pandai dan kaya lebih tinggi daripada orang yang bodoh dan miskin. Oleh karena itu segala bentuk kebodohan dan kemiskinan harus diberantas untuk mencapai kehidupan masyarakat islam yang mandiri. Allah menjelaskan dalam QS. Az-Zumar(39):9 yang artinya "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dalam ayat ini mendorong manusia untuk memiliki motivasi internal dan tanggungjawab sesuai fungsinya masing-masing untuk belajar. Seorang pelajar dan mahasiswa berbeda perannya di banding orang tuanya, bila orang tuanya bekerja keras untuk memberi nafkah keluarganya pelajar dan mahasiswa harus belajar dengan serius agar kelak bisa hidup mandiri sehingga mampu bertahan hidup dengan lingkungan yang terus berubah, tumbuh berkembang dengan kekuatan sendiri, tanpa harus kehilangan jati dirinya sebagai umat islam. Oleh karena itu semangat dalam berbisnis dengan memngoptimalkan sifat fathonah dan landasan ibadah itu harus didahului dengan etos belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan teknologi, informasi dan komunikasi. Itulah yang membedakan bisnis secara islam (muslim) dengan bisnis yang dijalankan dengan cara kufur. Karena keduanya (muslim dan kufur) memang punya tuhan tetapi berbeda dalam hal konsep Tauhid, syariah, ibadah, dan ahlak (etika) bisnisnya.

Dan juga terdapat dalam QS.Al-Rad:3 yang artinya" dan dialah yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutup malam kepda siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." Salah satu ciri orang yang paling bertakwa adalah orang yang paling mampu mengoptimalkan potensi pikirnya. Al-Qur'an menyebut orang yang senantiasa mengiptimalkan potensi pikirnya dengan sebutan ulul albab, yaitu orang yang iman dan ilmunya berinteraksi secara seimbang. Allah SWT memberikan peringatan besar kepada orang-orang yang tidak menggunakan akalnya, yang dijelaskan dalam QS.Yunus:100 yang artinya "dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

DAFTAR PUSTAKA

  • Alma Buchari, Donni Juni Priansa. 2009. Manajemen Bisnis Syari'ah.Bandung: Alfabeta CV.
  • Hasan, Ali. 2009. Manajemen Bisnis Syari'ah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  • Nuruddin, Amiur. 2010. Dari Mana Sumber Hartamu. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.
  • Ali, Hasan.2009.Manajemen Bisnis Syari'ah.Yogyakarta:PT Pustaka Pelajar.
  • Buchari Alma.2009.Manajemen Bisnis Syari'ah.Bandung:PT Alfabeta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun