Selama periode tersebut CPIN hanya mengalami penurunan satu kali yaitu pada Januari 2021 (-11,88%). Selebihnya, CPIN sudah berhasil diperkuat.
Untuk menggambarkan kinerja historis, sepanjang tahun lalu, CPIN telah turun sebesar 5%.
Di bawah CPIN adalah duo perbankan plat merah , BBRI dan BMRI, keduanya mencatatkan peningkatan probabilitas sebesar 73% di bulan Januari.
Dilihat dari rata-rata kenaikan, BBRI lebih tinggi (3,23%) dibandingkan BMRI (3,20%).
Setelah melambat pada Desember 2022, pasar akan terus mengharapkan kehebohan dengan pergerakan dua bank besar yang menopang IHSG pada Januari ini.
Beralih ke sektor consumer goods, saham ICBP juga membukukan data positif di bulan Januari dengan probabilitas kenaikan saham ICBP sebesar 64% dengan kenaikan rata-rata 2,25% selama 10 tahun terakhir.
Dengan pertumbuhan 15% di tahun 2022, disertai dengan posisi pasar dan fundamental yang kokoh, saham ICBP masih menawarkan potensi yang menarik bagi investor.
Terakhir, BRPT, meskipun memiliki kemungkinan konsolidasi yang lebih rendah dibandingkan jenis lainnya (55%), masih dapat perhitungkan.
Sementara itu, kenaikan BRPT rata-rata musiman di bulan Januari sebesar 6,43%. Catatan singkat, BRPT masih dalam tren turun setelah menembus Rp1.055/saham pada pertengahan tahun lalu. Per 2 Januari 2023, saham BRPT diperdagangkan dengan harga Rp 760/saham.
Ringkasnya, data historis serta pergerakan saham-saham blue chip di atas bisa menjadi sedikit acuan bagi investor yang ingin berinvestasi di awal tahun baru ini.
Namun perlu diingat juga bahwa investor harus selalu waspada terhadap lingkungan ekonomi global yang dipengaruhi oleh ketidakpastian kenaikan suku bunga hingga eskalasi perang hari ini dan selalu ingat bahwa kinerja masa lalu tidak selalu dapat digunakan untuk memprediksi. masa depan.