Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Apakah Gaya San Antonio Spurs Udah Ketinggalan Zaman?

11 Februari 2023   14:12 Diperbarui: 11 Februari 2023   14:14 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harus diakui, musim ini San Antonio Spurs nggak bagus-bagus amat musim ini. Musim ini bahkan, untuk pertama kalinya, Spurs tidak lolos babak playoff lebih dari satu musim, meski sebelum era Tim Duncan Spurs lebih banyak jadi penggembira di putaran pertama.

Sebagai sebuah tim, sejak awal, Spurs memang senantiasa punya konsep yang jelas, setidaknya tercermin dari gaya bermain tiap pemain yang bermain di AT&T center (atau the Alamadome), kandang Spurs.

Pada era-era  rada awal Spurs memastikan setidaknya empat pemain di lapangan bertipe playmaker yang bisa nembak mulai dari playmaker mungil James Silas (185 cm), scorer jangkung lincah James Gervin (201 cm), forward jangkung rasa playmaker (bisa dribel) Larry Kennon (206 cm), forward nggak egois Mark Olberding (203 cm), dan center yang juga bisa nembak Billy Paultz.

Dengan banyaknya pemain yang menguasai lebih dari satu skill yang menonjol, para pemain Spurs bisa dimainkan di beberapa posisi. Belum lagi beberapa pemain Spurs dari bangku cadangan juga punya gaya bermain yang khas, sebut saja playmaker lincah dengan finishing bagus Mike Gale yang jelas bisa bermain bersama Silas atau Allan Bristow yang sekilas mirip Olberding.

Jika ingin big man yang bisa bergerak bebas buat buka ruang, posisi Paultz bahkan bisa diisi Mike Green,

Dengan banyaknya pemain yang jangkung yang sigap memperebutkan rebound dan bisa nembak, Spurs bahkan bisa mengimbangi tim yang senantiasa diunggulkan di eranya Philadephia 76ers yang diperkuat Mo Cheeks dan Julius Erving.

Permainan Spurs bahkan tetap terjaga meski musim-musim berikutnya peran Silas diisi rookie Spurs Johnny Moore dan peran Kennon diisi Mike Mitchell yang lebih terkesan egois sebagai shooter jangkung.

Meski terkesan lebih bermain "egois", kreativitas Spurs masih tetap terjaga berkat permainan luwes dari Olberding dan center Dave Corzine yang tidak segan membagi bola tiap membelakangi jaring.

Permainan mereka pun nyaris tidak banyak berubah ketika peran Corzine (yang bersama Olberding pindah ke Chicago Bulls) diisi Artis Gilmore, center lincah jangkung Bulls yang bermain lebih simpel mengingat posturnya yang sangat menjulang memudahkannya memasukkan bola dengan relatif lebih mudah.

Andai bola dioper pada point guard pun, Bobby Moore atau forward lincah Gene Bank yang biasanya melapis Olberding dengan senang hati melepaskan tembakan akurat tanpa terkawal.

Dengan komposisi yang nyaris serupa, Spurs bisa menjaga tradisi melaju ke babak playoff sampai tahun 1986, meski makin kemari, tanpa Gervin, Spurs lebih sering menjadi penggembira.

Melihat bagaimana Spurs punya konsep cara bermain yang jelas, mungkin sebagian dari kita nggak ada yang menyangka bahwa Spurs termasuk tim yang nilai jualnya tidak terlalu besar dari musim ke musim.

Bahkan, dengan penampilan yang relatif konsisten dari satu musim ke musim berikutnya, Spurs termasuk tim yang tidak disukai media karena nyaris semua pemain Spurs nggak ada yang neko-neko saat bermain (kita doyan nyang modelnya begini).

Terlebih, San Antonio merupakan kota militer yang juga banyak turisnya makannya mereka lebih doyan melancong ketimbang ngejogrog nonton pertandingan olahraga.

Meski penampilan tim terbilang maju kagak mundur juga kagak, Spurs tetap kekeuh dengan gaya bermain yang selama ini menjadi ciri khas mereka selama ini, termasuk dengan mendatangkan beberapa pemain seperti playmaker Rod Strickland dari New York Knicks (bertukar seragam dengan Cheeks) karena punya gaya bermain mirip Moore yang makin kemari lebih banyak dimainkan dari bangku cadangan, rookie jangkung Willie Anderson sengaja dimainkan sebagai shooting guard karena bisa bergerak tanpa bola dan punya jump shot lumayan, defender lincah dengan finishing bawah jaring prima dan jump shot lumayan, serta forward lincah yang nggak egois Terry Cummings yang didatangkan dari Milwaukee Bucks karena alasan yang sama dengan Rod Strickland.

Praktis hanya center berkaki lincah David Robinson yang jumpshotnya tidak seluwes rekan-rekannya. Bukan hanya jump shot, meski jago ngeblok dan dominan di bawah jaring, finishing di bawah jaringnya tidak begitu luwes, terutama jika bertemu center yang sama-sama kokoh dan lincah.

Meski sempat berganti pelatih beberapa kali, misal pada musim 1992/1993, dengan pemain yang bertipe mirip para pendahulunya, misal shooting guard merangkap defender Dale Ellis atau power forward Antoine Carr, Spurs tetap bisa melangkah jauh setidaknya sampai perempat final karena permainan Spurs berpusat pada Robinson.

Bedanya kali ini pelatih John Hill (dan General Manager Gregg "Pop" Popovich) lebih mempercayakan alur serangan pada playmaker mungil Avery Johnson yang bak bola bekel dan lebih nyaman menyelesaikan serangan lewat penetrasi yang diakhiri dengan lay up.

Terlebih Johnson punya rekan sekaligus pelapis dengan gaya bermain cukup menarik, Vinny Del Negro. Berperan sebagai point/shooting guard yang hobi membelakangi jaring, Vinny bukan hanya bisa memberikan umpan secara tiba-tiba, tetapi juga melepaskan tembakan tiga angka selepas menerima umpan matang dari Johnson misalnya.

Bersama forward klasik Chuck Person, playmaker mungil Doc Rivers, forward yang bisa melakukan apa pun kecuali menembak Dennis Rodman, dan center gaek Moses Malone,  Willie Anderson dan kawan-kawan. Berhasil membawa Spurs meraih prestasi terbaik selama era Spurs berdiri yaitu semifinal NBA tahun 1995.

Meski dengan kehadiran Rodman, defense dan pergerakan bola menjadi lebih hidup (karena Rodman akan lebih banyak mengalirkan bola kecuali di bawah jaring), finishing Johnson atau Robinson justru lebih banyak mentok di bawah jaring ketika berhadapan langsung dengan Hakeem Olajuwon.

Sayang selepas semifinal tersebut, prestasi Spurs cenderung menurun dan Robinson justru cedera. Tidak heran, sehingga prestasi Spurs langsung melorot jauuuh. Tidak heran General Manager Gregg Popovich mengajukan diri sebagai pelatih selepas melepas jabatan Bob Hill.

Meski pengalaman perdananya melatih Spurs sama ngga bagusnya dengan Hill, Pop berhasil mengarahkan Spurs untuk mendatangakan Tim Duncan lewat draft.

 Kebetulan sebagai power forward, Duncan bisa dibilang udah matang, meski masih muda karena punya penetrasi, finishing, umpan, post up, block, dan jumpshot yang amat bisa diandalkan.

Untuk memaksimalkan potensi Duncan, Popovich mendatangkan shooter Mario Ellie/ Jaren Jackson, forward dengan daya juang tinggi Malik Rose, Jerome Kersey, serta shooter berpengalaman Steve Kerr.

tabel-spurs-png-63da559f08a8b537af42fc33.png
tabel-spurs-png-63da559f08a8b537af42fc33.png
Melihat gaya bermain, para pemain yang didatangkan, tidak sulit menerka gaya bermain Spurs di era tersebut. Dengan menjalankan skema tidak tertulis (yang kelak diterapkan semua murid/cucu murid Pop termasuk Steve Kerr, Monty Williams, atau Mike Budenholzer), Duncan atau Robinson akan segera mengoperkann bola pada para shooter andai kata salah satu di antara keduanya dijaga setidaknya satu pemain (double team).

Bahkan untuk pemain seperti Malik Rose, doi biasanya langsung nyelonong nyari posisi enak di dekat jaring begitu ngirim umpan.

Menariknya, Spurs di bawah kepelatihan  Popovich seolah punya persyaratan khusus saat mendatangkan pemain baru di mana selain punya skill yang seimbang, para pemain baru Spurs bersedia bermain sebagai satu tim, seperti Stephen Jackson yang hobi menyelinap di antara kawalan pemain lawan, Steve Smith yang kurang lebih mirip Vinny meski lebih jangkung, playmaker prancis Tony Parker (draft no. 28 tahun 2001) yang bukan cuma jago nyetak angka di bawah jaring, tapi juga bergerak sedekat mungkin dengan posisi enak mereka sendiri.

Kerja sama Johnson-Vassell, selepas Vassell nerima bola dari Johnson, Vassell bisa nyeruduk tapi Johnson kayaknya juga bisa (nba)
Kerja sama Johnson-Vassell, selepas Vassell nerima bola dari Johnson, Vassell bisa nyeruduk tapi Johnson kayaknya juga bisa (nba)

Lewat gaya bermain yang senantiasa luwes dari sananya, gaya permainan 0,5 offense akan mengalir dengan sendirinya tanpa perlu ceramah macem-macem.

Bahkan Pop sering melakukan timeout di awal-awal laga cuman untuk bilang, "kalian sendiri tahu seharusnya bermain seperti apa."

Kesan tersebut semakin kuat dengan hadirnya guard lincah jago penetrasi Manu Ginobilli, salah satu pebasket dengan prestasi langka karena meraih juara NBA, medali emas olimpiade, juara FIBA, juara Eurolegue (bahkan sebelum bergabung bersama Spurs yang membuat Pop tertarik meski urutan draftnya termasuk nomor belakang sendiri (draft urutan 57/1999)

Meski terkesan makin mengalir, permainan Spurs tidak akan hidup tanpa kehadiran Bruce Bowen, mini Rodman yang dikenal bikin Kobe frustasi dengan defense yang keras.


Dengan dasar permainan yang udah terbentuk, kedatangan pemain baru nggak ngubah permainan Spurs terlalu banyak, misal selepas Robinson pensiun karena mereka juga mendatangkan Rasho Nastrovic yang lebih nggak egois atau Nazr Mohammed yang lebih bertenaga.

Dari bangku cadangan Spurs juga masih punya playmaker licin Beno Udrich, shooter jangkung Brent Barry atau Robert Horry yang tampil bagus di game kelima final NBA 2005 di kandang Detroit Pistons atau forward klasik lincah Glenn Robinson.

Bahkan makin kemari, Spurs era Duncan makin terasa jadi tim yang hobi menembak tiga angka dengan hadirnya shooter Michael Finley dan shooter jangkung Matt Bonner dengan hasil yang kurang lebih sama.

Selepas final tersebut, selain mengoreksi cara menembak pemain matang seperti Richard Jefferson, Spurs serta pemain kurus berkaki jenjang untuk menjadi playmaker, defender, sekaligus shooter terutama dari area dua angka sebut saja Dejounte Murray, Keldon Johnson, Kyle Anderson, Kyle Anderson, Derrick White, Devin Vassell, dan yang terkini Josh Primo, meski tidak semua dari mereka dipilih pada draft urutan awal bahkan menengah.

Bukan hanya mengasah bakat para forward, Spurs juga mengasah penampilan para guard untuk senantiasa siap menjadi playmaker merangkap penembak jitu sebut saja Gary Neal, George Hill, Corry Joseph.

Menariknya, meski punya gaya bermain serupa, para defender cungkring ini belum belum bisa menyamai Kawhi Leonard dari segi konsistensi, keseimbangan, dan akurasi.

Berhubung Rudy Gay dijaga dua pemain, doi bisa ngirim bola ke Butler yang lapang, cuman Sochan pantang nyerah, doi berusaha ngejar meski kalah langkah
Berhubung Rudy Gay dijaga dua pemain, doi bisa ngirim bola ke Butler yang lapang, cuman Sochan pantang nyerah, doi berusaha ngejar meski kalah langkah

Konsistensi itulah yang membuat Kawhi, Duncan, atau Boris Diaw bisa memberi lebih banyak pilihan bagi para shooter ketika nangkring di pojokan.

Nggak heran shooter kek Danny Green bisa tampil bagus pada final NBA 2014.

Dengan mengandalkan defense dan permainan kaku para pemain muda Spurs, terutama dari area dua angka, Spurs cukup bisa mengimbangi permainan Warriors pada semifinal 2017  (bahkan Spurs sempat unggul rada jauh waktu itu), meski boleh dibilang Warriors cenderung lebih mudah mencetak angka kala itu.

Sayang, kala itu cedera Kawhi kembali kambuh dan Kyle Anderson serta Jonathan Simmons belum cukup mampu mengisi peran Kawhi, meski di bangku cadangan dukungan Manu Ginnobili sangat tidak kurang.

Pemain baru seperti Lemarcus Aldridge yang menolak tawaran Lakers untuk menjadi superstar di Los Angeles sebenarnya cukup bagus saat berpartner dengan Duncan (atau mengisi peran Duncan saat yang bersangkutan pensiun). Hanya saja Aldridge cenderung kaku karena lebih banyak melepaskan jump shot satu lawan satu di hadapan pemain lawan, yang meskipun akurat sedikit memperlambat tempo permainan Spurs.

Belum lagi penampilan Spurs cenderung menurun selepas Kawhi pindah ke Toronto Raptors (dan kemudian Los Angeles Clippers).

Meski tampil makin matang selepas bermain  untuk Spurs, DeMar DeRozan yang didatangkan dari Raptors kurang punya paket komplit yang ditawarkan Kawhi dari segi defense.

Belum lagi pemain yang bakatnya diasah selepas tahun 2015, belum bisa menjadi pembeda selama berseragam Spurs, meski secara tim atau bahkan ketika bermain di tim lain, pemain seperti Kyle Anderson, Bryn Forbes, atau bahkan all star DeJounte Murray senantiasa jadi kepingan pelengkap yang ikut menjadikan tim yang dibelanya tampil konsisten.

Klo diliat-liat, postur komposisi pemain Spurs musim 2017/18 kebanyakan ramping semua (basketball reference)
Klo diliat-liat, postur komposisi pemain Spurs musim 2017/18 kebanyakan ramping semua (basketball reference)

Meski terkesan ketinggalan zaman, gaya permainan didikan Spurs sebenarnya cukup terarah di awal-awal musim ketika bertemu tim-tim yang makin kemari makin tampil lumayan konsisten sebut saja Philadelphia 76ers atau Indiana Pacers.

Dipadu dengan pertahanan yang gigih, alih-alih langsung mengumpan, para pemain yang hendak mengumpan bergerak barang satu dua langkah untuk memancing bertahan sedikit membuka pertahanan.

Ketika skema permainan Spurs yang dirancang pemain yang hobi berpenetrasi dan mengirimkan umpan cenderung mentok, selama pertahanan lawan sudah tidak begitu rapi, Johnson bisa berperan layaknya Kawhi dengan melepaskan tembakan di bawah pengawalan pemain lawan atau mengumpan pada pemain yang lebih lapang.

Channel: Hooper Highlight

Pergerakan pemain, terutama dari area tiga angka, jauh lebih mengalir ketika guard/forward Devin Vassell, shooter jangkung Doug McDermott, atau center Zach Collins masuk, entah untuk menggantikan atau justru bermain bersama plamaker Trae Jones, guard/forward Keita Diop yang doyan ngoper begitu nerima umpan, Jason Richardson yang lumayan punya jumpshot akurat, Keldon Johnson, forward merangkap playmaker Jeremy Sochan, atau center klasik Jacob Poetl (yang perannya kini bisa diisi forward dengan pergerakan mobile Khem Birch).

Bahkan rookie Rookie Malaki Branham cocok bermain dari bangku cadangan Spurs karena bisa nembak dari area tiga angka, lemparan bebas, ama bawah jaring bahkan selepas berpenetrasi. Dengan langkah kaki yang cukup lincah, rasanya bukan cuman defense Branham yang lumayan, tapi juga skill menyelinap di antara penjagaan pemain lawan, yang sayang nggak terlalu dikeliatanin sebelom nongol di NBA dulu.

Sesama rookie, Dominick Barlow bahkan bisa bermain dari bangku cadangan atau bermain bersama Sochan. Dengan ketangkasannya, nggak heran Barlow cukup pas maen di bawah jaring. Langkah kakinya bahkan juga cukup cepet untuk nutup ruang tembak pemain lawan meski Barlow tertinggal dua sampai dua langkah. Entah kenapa menit bermainnya masih terbatas.

Spurs juga masih punya playmaker Jordan Hall. Meski tidak tangkas, dribel, defense, visi, dan tembakan tiga angkanya cukup lumayan. Bahkan Hall bisa nutup ruang gerak pemain lawan. Sayang kekuatan fisiknya cenderung teredam penetrasi pemain lawan

Sayang meski bisa bermain lebih sabar dan terarah, permainan yang mengandalkan umpan antar pemain tersebut sudah mulai berkurang karena rata-rata pemain Spurs langsung menyelesaikan serangan selepas satu atau dua kali umpan, bahkan saat masih di bawah pengawalan pemain lawan.

Alasan tersebut wajar lantaran musim ini Spurs fokus untuk lebih banyak mengalah demi mendapat peluang lebih besar bisa mendapat draft urutan-urutan awal di musim berikutnya.

Meski kebijakan tersebut termasuk langka di era Popovich, keputusan manajemen dinilai masuk akal karena Spurs sejauh ini belum punya pemain yang keluwesan dan kontribusinya sudah bisa dilihat sejak hari pertama kompetisi berjalan, meski baru akan mulai matang dua hingga tiga tahun berselang.

Bahkan untuk mendapat beberapa draft. Sejak jauh-jauh hari mereka dikabarkan tidak keberatan melepas center lincah Jakob Poetl, guard Jason Richadson, atau shooter Doug McDermott, atau bahkan menampung pemain dari tim lain mumpung total  gaji para pemain Spurs masih di bawah salary cap.

Kebetulan, berhubung memerlukan tipe pemain matang seperti Jason Richardson, New Orleans Pelicans bersedia melepas Devonte Graham plus beberapa draft milik mereka. Raptors juga melakukan langkah serupa untuk memulangkan Poetl yaitu dengan memberi kesempatan Khem Birch bermain untuk Spurs (dan menyerahkan beberapa draft milik mereka).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun