Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Games Pilihan

New York Knicks, Kadang Tak Harus jadi yang Terbaik

13 Desember 2022   19:18 Diperbarui: 13 Desember 2022   21:26 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Billy Joel, Drew Barrymore, Alicia Keys, Olivia Wilde ... (beberapa selebriti yang ngefans Knicks) #comicbooks.com

 

 

New York Knicks mungkin bukan tim yang terbaik saat ini, tapi setelah sekian lama, akhirnya mereka menemukan cara bermain yang pas buat mereka, yang membuat improvement bisa lebih tertata. 

Contoh paling sederhana adalah Boston Celtics yang perlahan tapi pasti makin menguatkan identitas sebagai tim defensif yang terdiri dari para penembak jitu jangkung, mulai dari kehadiran pemain seperti Jae Crowder dan shooter mungil Isaiah Thomas (2015-17), berlanjut ke rookie Aaron Nesmith (2020-2022) yang kini justru lebih menyatu dengan permainan tim barunya Indiana Pacers, dan yang terkini adalah kedatangan guard Malcolm Brogdon yang tampil prima di bangku cadangan Celtics.

Balik lagi ke New York Knicks. sebelum memutuskan memainkan gaya yang mementingkan pertahanan (dan serangan di bawah jaring) seperti sekarang, sejatinya Knicks dihuni beberapa pemain berbakat di sekitaran musim 2017-2018, sebut saja center dengan jump shot bagus Kristaps Porzingis dan guard Tim Hardaway Jr, mantan rookie Knicks (2015-2017) yang diminta balik lantaran tampil menonjol bersama Atlanta Hawks.

Di era ini pula, ada pemain yang permainannya selalu enak diliat, plamaker licin yang kerap berkelana dari satu tim ke tim lain  yaitu Jarett Jack dan center mungil Kylle O'Quinn (sebelumnya bermain untuk Orlando Magic).

Bersama center Enes Kanter yang jago mencetak angka di bawah jaring serta point guard jago jump shot, Courtney Lee, seharusnya Knicks bisa tampil dengan skema yang jelas di bawah asuhan pelatih Jeff Hornachek.


Channel: CCGN

 Mereka bisa memainkan skema permainan ofensif yang berpusat pada Porzingis, yang bukan hanya jago tembak, tetapi juga menyeruduk bawah jaring (gaya bermain seperti Porzingis ini kemudian dikenal sebagai Unicorn, yang berarti beda dengan center tradisional kebanyakan).  

Hanya saja rencana tersebut sedikit tersendat kala Porzingis harus mengalami cedera yang membuatnya harus absen selama satu musim (meski sebelum cedera pun Knicks sejatinya berada di luar peringkat sepuluh besar).

Pelatih Knicks kala itu pun, David Fizdale, lantas memainkan beberapa pemain muda yang didatangkan lewat draft seperti playmaker defensif asal prancis (yang akurasi tembakannya masih perlu diasah) Frank Nikitina (sekarang bermain untuk Dallas Mavericks) forward Kevin Knox (yang finishingnya secara umum perlu dipoles, sekarang bermain untuk Detroit Pistons), dan center defensif tangguh yang awal karirnya lebih banyak dihiasi cedera, Mitchell Robinson.

ZH Highlight

Lantaran banyak dihuni pemain muda, Fizdale mendatangkan beberapa pemain defensif dengan akurasi tembakan tiga angka lumayan seperti Julius Randle, Bobby Portis, dan Reggie Bullock.

Kebetulan selama melatih tim dengan karakter bertahan yang kuat seperti Memphis Grizzlies, Fizdale memang dikenal sempat memaksa Marc Gasol untuk mengasah kemampuan tembakan tiga angkanya.

Sayang, dengan penampilan yang kurang meyakinkan, Fizdale mesti melepaskan jabatan di awal musim dan perannya diisi Mike Miller. Meski demikian, gosip senantiasa  berhamburan  bahwa pelatih bertangan dingin, Tom Thibbedeau akan menahkodai Knicks saat musim baru.

Memanfaatkan kemampuan bertahan center Mitchell Robinson (yang di awal karir lebih banyak dihabiskan untuk pemulihan cedera), Knicks sejak era Thibs pun mengandalkan kekuatan fisik point guard  bertenaga seperti Elfrid Payton (sekarang pindah ke Phoenix Suns) dan power forward Julius Randle untuk menyeruduk bawah jaring (dan mengirimkan umpan tajam ke area tiga angka).

Kebetulan, bukan hanya Randle yang punya kekuatan fisik prima kala itu, tapi juga rookie mereka cepat bertenaga Immanuel Quickley (PG/SG), tapi juga center Mitchell Robinson (dan pelapisnya Nerlens Noel), serta draft nomor no. 3 tahun 2019, guard/forward RJ Barrett yang juga punya jump shot yang mematikan.

Ketika menerima bola dari playmaker pun, pemain seperti Barrett tidak jarang menyeruduk pemain di hadapannya untuk mendekati bawah jaring.

 Reddish coba ngedeketin Randle yang megang bola. Menariknya, karena akurasi 3pt Reddish ga bagus, bola mo diapain setelah  diterima  
 Reddish coba ngedeketin Randle yang megang bola. Menariknya, karena akurasi 3pt Reddish ga bagus, bola mo diapain setelah  diterima  


Klip sepenuhnya punya NBA yang saya corat-coretin ga jelas


Dengan banyaknya pemain yang jago menuh-menuhin bawah jaring, fokus pemain lawan akan lebih banyak ke bawah jaring, sehingga membuka ruang tembak bagi Randle (yang timing menembaknya masih sering dipertanyakan sampai sekarang) serta penembak defender merangkap penembak jitu seperti Reggie Bullock.

Kebetulan, seperti juga Randle kala itu, kontrak Bullock juga akan segera habis di akhir musim bersama Knicks.

Dengan penampilan konsisten keduanya, Randle dinilai menjadi pemain yang permainannya paling meningkat (ya iyalah orang praktis doi ngelakuin apa aja buat Knicks dari ngumpan sampai nyeruduk) sedangkan Bullock jadi defender yang banyak peminat di akhir musim.

Ketika permainan buntu, Derrick Rose yang lincah dan punya jump shot bagus bisa memberikan ketajaman dari bangku cadangan. Dengan permainan yang konsisten tersebut Knicks akhirnya kembali ke babak play off setelah terakhir entah kapan.

Sayang, musim berikutnya Bullock lebih memilih memperkuat Dallas Mavericks sehingga posisinya diisi Evan Fournier, forward jangkung, yang semasa di Orlando Magic dikenal sebagai penembak jitu.

Bahkan untuk meningkatkan kreativitas, mereka juga mendatangkan Kemba Walker (yang sayang tidak selalu fit) untuk mengisi peran Derrick Rose  sebagai guard produktif, di tempat utama.

Grimes coba nutup ruang gerak Garland (10) yg lari ngedeket  Love supaya lebih gampang dpet umpan sekaligus dapet ruang tembak di blkg Love (defense)
Grimes coba nutup ruang gerak Garland (10) yg lari ngedeket  Love supaya lebih gampang dpet umpan sekaligus dapet ruang tembak di blkg Love (defense)

Sayang, meski komposisi Knicks lebih menjanjikan, hasilnya tidak sesuai harapan. Mereka gagal melaju ke babak play off lantaran tidak fitnya Kemba, cederanya Noel, dan penampilan Fournier yang tidak terlalu tajam.

5/12/22 (Tabel Pemain Knicks, data bukan punya saya)
5/12/22 (Tabel Pemain Knicks, data bukan punya saya)

Semasa di Magic sendiri, meski dikenal sebagai penembak jitu produktif, fokus perhatian pemain lawan lebih banyak tertuju pada dua raksasa Magic Aaron Gordon (sekarang Denver Nuggets) dan center jago tembak Nikola Vucevic (Chicago Bulls).

Beruntung, meski tidak tampil sekonsisten musim sebelumnya, mereka punya beberapa rookie potensial musim tersebut seperti center dengan block shot lumayan Jericho Simms (yang musim ini terlihat lebih ramping) dan guard lincah Quentin Grimes (PG/SG), yang sayang akurasi tembakan tiga angkanya masih kerap luput, meski mendapat umpan tajam di area yang tak terkawal, misal dari Quickley.

Miles McBrides juga lumayan. Meski dribel dan kecepatannya tidak istimewa sebagai playmaker, kemampuannya bertahan, terutama penempatan posisi di antara pemain lawan termasuk bagus. Sehingga McBrides bisa beberapa kali menyerobot umpan pemain lawan.

Menariknya, meski tembakan tiga angka mereka kerap tidak masuk, pemain Knicks seolah tidak terlalu peduli lantaran mereka bisa berduel memperebutkan rebound atau langsung kembali ke pertahanan sendiri.

masukin bola ala  Knicks lebih sering ga ribet. Nerima bola dari Toppin di kanan, Quickley pura-pura nembak (ball fake), trus nyelonong ke jaring 
masukin bola ala  Knicks lebih sering ga ribet. Nerima bola dari Toppin di kanan, Quickley pura-pura nembak (ball fake), trus nyelonong ke jaring 

Gambar: Channel youtube resmi Knicka (New York Knicks)

Musim ini, untuk menggantikan peran Kemba yang dilepas, Knicks melakukan perjudian dengan mendatangkan Jalen Brunson yang musim lalu tampil produktif di bawah jaring dan area tiga angka Dallas Mavericks.

Dengan visi dan daya juangnya yang bagus, Brunson yang tadinya hanya berperan sebagai pelapis Luka Doncic, musim lalu lebih sering bermain bersama Doncic sebagai guard. 

Sebagai pemain dengan visi dan finishing bagus, Brunson bukan cuma  piawai melayani dan dilayani, tetapi juga menciptakan peluang sendiri.

Kemampuannya Brunson tersebut makin menonjol lantaran, fokus permainan Knicks berada di bawah jaring, termasuk misalnya ketika Brunson mengoperkan bola pada Barrett atau pemain baru mereka Cam reddish mendapat operan bola dari Brunson, mereka condong merangsek ke bawah jaring, alih-alih menembak. 

Penampilan konsisten Brunson di lapangan, lewat tembakan, finishing, dan umpan akurat, bahkan sedikit membungkam protes fans Knicks yang menganggap kedatangan Brunson akibat kedekatan keluarga Brunson dengan awak manajemen tim.  Bahkan bokap Brunson diangkat menjadi asisten pelatih Knicks mulai musim ini.

Dari bangku cadangan, Knicks bisa menambah ketajaman dari tembakan tiga angka Fournier (klo kelak nggak dilepas ke tim lain), dan guard penembak jitu Svi Mikhailiuk (yang sudah mengembara ke beberapa tim sejak menjadi rookie). Penembak jitu Knicks bahkan terbilang cukup banyak mengingat akurasi tembakan pemain muda mereka, Obi Toppin juga makin meningkat, dan pemain baru mereka Isiah Hartersteain juga punya akurasi tembakan yang lumayan untuk seorang center.


Channel: GD Highlight

Melihat tim ini nyaris kehilangan arah selama beberapa musim, tim yang sempat dimiliki Gulf and Western (grup yang memayungi Paramount), sebelum diambil alih Charles Dolan (cablevision; 1994) dan dilanjutkan oleh putranya, James Dolan, sejak 2010, di bawah bendera Madison Square Garden Inc. ini sempat menjadi tim yang konsisten saat dimiliki Ned Irish [1947-73], dengan tangan kanan Eddie Donovan yang menjabat General Manager dari tahun 1966-1982.

Selama 76 tahun berdiri, Knicks memang telah enam kali melaju ke final dan memenangi dua gelar di antaranya, yaitu pada tahun 1970 dan 1973.

Memainkan permainan yang tidak bisa dibilang indah, terhitung dari tahun 1951 sampai tahun 1953, dengan diperkuat pemain seperti point guard DickMcGuire, shooting guard Carl Braun, small forward Vince Boyla, power forward, dan center Nat Clifton, Knicks dan semua tim di eranya memainkan permainan basket yang unik, (termasuk dengan meleparkan free throw sembari mengangkat kaki).

Berbekal pemain bertinggi rata-rata 183 cm- 201 cm, Knicks kebetulan memainkan  permainan yang lebih rapi di mana Simmons merupakan pemain yang paling jangkung. 

Brunson yang licin ma powefull (mavs moneyball)
Brunson yang licin ma powefull (mavs moneyball)

Dengan komposisi tersebut, Carl Braun, kerap membagikan bola pada McGuire di sisi sayap (yang ujungnya dikembalikan lagi pada Braun),sebelum dioperkan ke Simmons yang siap menerima bola sembari membelakangi jaring. Jika posisinya tidak cukup lapang, Simmons bisa mengoperkan bola kembali ke Braun kini leluasa menembak tanpa kawalan.   

Channel: Sport revisited

Saat melakukan serangan balik, begitu bola yang ditembakkan pemain lawan luput misalnya, pemain Knicks siap mengumpankan bola sekali lagi meski posisi tembak sudah enak, untuk memperbesar peluang mencetak angka.

Sayang dari tiga kali kesempatan, dua kali mereka harus mengakui ketangguhan duet George Mikan dan Vern Mikelsen dari Minnepolis Lakers. Duet Lakers ini memang unik. Meski piawai juga mencetak angka, Milkan lebih sering memastikan tembakan lawan tidak masuk jaring. Sedang tugas Mikelsen memastikan bola masuk dari jarak yang sama sekali tidak jauh dari jaring.

Penampilan Knicks mulai menurun begitu Simmons tidak lagi memperkuat Knicks, meski masih diperkuat Braun sampai sekitar tahun 1960.

Menarik disimak bagaimana Knicks mulai membentuk kepingan juara pertama kali mereka lewat draft. Untuk tim yang dibangun di kota sesibuk dan seberwarna New York dengan segala tetek bengeknya, agak mengherankan, masyarakat New York punya kesabaran melihat tim mereka membangun sebuah tim.

Dimulai dengan dimulai dari forward Willie Reed (draft 1 no. 10 tahun 1964), forward Bill Bradley (draft 2 tahun 1965), forward Cazzie Russell (draft no. 1 tahun 1966), hingga point guard Walt Frazier (draft no. 5 tahun 1967).

Pada tahun 1970,  mengandalkan defense yang rapat, Knicks berhasil meredam permainan playmaker jago tembak Lakers Jerry West yang kerap memberikan umpan pada center yang tercatat kerap mencetak 100 poin, Walt Chamberlain.

Kemampuan Chamberlain yang kerap menjadi pengumpan begitu menerima bola sembari membelakangi jaring tidak terlalu terlihat di game ke-7 final tahun 1970, karena para pemain Knicks sigap berada di belakang penerima umpan Chamberlain.

Defense Knicks makin efektif lantaran permainan post up (memasukan bola sembari membelakangi jaring) Chamberlain tidak terlalu efektif kala dikawal Reed.

 

Channel: Smok2323

Begitu umpan berhasil dipotong, serangan balik Knicks biasanya diikuti jump shot akurat Frazier. 

Bukan hanya mengandalkan jump shot, saat melakukan serangan, Frazier kadang dibantu pick and roll Reed, agar ruang tembak lebih terbuka.

Skema offense Knicks lebih beragam lantaran  umpan Frazier yang didahului dribel bola di area tiga angka (sekarang) sembari membelakangi jaring, kerap diikuti tembakan Dave Debuchere dari jarak jauh begitu menerima umpan.

Mengamati bagaimana pemain era tersebut bermain, saya jadi ngeh kalau permainan mereka mirip permainan era sekarang. Playmaker-nya tidak sekedar membagi bola, tapi juga mencetak angka. Bedanya hanya jaraknya saja yang sedikit lebih jauh.

Tidak heran, dengan komposisi yang hampir sama (di mana peran Dick Barret diisi Earl Monroe), Knicks mengulangi prestasi yang sama pada tahun 1973, menghadapi lawan yang sama pula.

Komposisi pemain Lakers kala itu juga tidak jauh beda. Kala itu Knicks memang tidak lagi diperkuat Chamberlain (namun diperkuat peatih legendaris mereka guard Pat Riley).

Prestasi Knicks mulai menurun, begitu tim ini tidak lagi diperkuat Frazier pada tahun 1978, meski mulai rutin diperkuat oleh Phil Jackson. mantan pelatih Chicago Bulls dan Lakers, yang sempat menjadi president basketball operation Knicks sesuai pensiun melatih.

Jackson sendiri sudah mulai memperkuat Knicks pada tahun 1970, saat mereka juara pertama kali, namun dengan banyaknya pemain berpengalaman, Jackson yang berposisi sebagai power forward lebih sering duduk di bangku cadangan kala itu.

Meski selepas era Frazier, Knicks tidak lagi melangkah jauh di babak playoff, mereka masih rajin berpartisipasi di putaran pertama lewat pemain seperti Bill Cartwright dan Bernard King di awal era 1980-an, meski harus gagal di tangan tim yang lebih matang di perempat final 1983 dan 1984. 

Pada tahun 1983, mereka harus mengakui keunggulan Philadelphia 76ers yang dihuni pemain seperti Julius Erving (Dr. J) dan Moses Malone. Sedang di tahun berikutnya oleh para pemain Boston Celtics seperti Larry Bird, Robert Parish, Kevin McHale, dan Gerrard Henderson.

Melihat bagaimana Knicks bisa membangun tim kompak lewat draft, tidak heran jika mereka bisa melakukannya lebih dari sekali.

Meski terlihat sepi prestasi dalam tiga musim, mereka sedang membangun sebuah tim yang kelak tampil konsisten dengan durasi yang panjang di eranya, berbekal pemain kunci seperti Patrick Ewing (draft urutan no.1 tahun 1985), center yang dikenal dengan jump shot nan akurat.

Berbekal beberapa pemain muda seperti Point guard Mark Jackson (draft no. 18 tahun 1987), guard licin lincah Gerrald Wilkins ( draft urutan 47/1985), guard cadangan produktif John Smith (sejak tahun 1990),  forward jago slam dunk Kenny Walker (draft no. 5 tahun 1986) dan forward pelindung Michael Jordan muda selama di Bulls, Charles Oakley, Ewing turut membawa Knicks melewati putaran kedua pada play off 1989 (bertemu Chicago Bulls), 1990 (Juara Detroit Pistons), dan 1992 (bertemu Bulls lagi).

 


Alex MJ Channel  

Pada kesempatan pertama, kemampuan Ewing untuk menarik perhatian pemain lawan, tidaklah cukup karena meski shooter seperti Mark Jackson (peletak pondasi Warriors sebelum era Steve Kerr) atau Johnny Newman bisa menembak begitu menerima umpan dari Ewing, keduanya cenderung mengembalikan bola pada Ewing, yang akan berusaha memasukkan bola sembari membalik badan.

Di sisi lain, permainan Bulls yang sebenarnya tidak jauh beda justru lebih efektif lantaran center Bulls bertukar seragam dengan Oakley, Bill Cartwright, lebih cenderung mengumpankan bola pada para shooter yang berdiri lebih bebas dua atau tiga angka.

Bukan hanya mengandalkan umpan pada para shooter, akurasi tembakan Michael Jordan saat berhadapan satu lawan satu jauh lebih efektif menghasilkan angka.

Tanpa mengesampingkan kesempatan di tahun berikutnya melawan juara bertahan Detroit Pistons yang tampil prima lewat permainan Isiah Thomas, penampilan Ewing cs. saat bertemu Bulls sedikit berbeda di bawah polesan pelatih baru mereka, legenda Lakers, Pat Riley.

Memercayakan aliran bola pada rookie Greg Anthony (draft no. 12 tahun 1991), Knicks memainkan skema yang lebih cepat. Alih-alih menumpukan serangan pada kemampuan Ewing membuka ruang di bawah jaring, Riley menginstrusikan Anthony untuk lebih sering mengumpankan bola Jackson, Oakley, Ewing, atau Jackson di sisi sayap. Selain lantaran ketiganya punya jump shot yang lumayan. Skema ini bisa memecah fokus defender lawan untuk tidak terlalu berkerumun di bawah jaring.

Sayang jump shot Michael Jordan sekali lagi menjadi pembeda. Meski terkesan hanya mengandalkan tembakan saat berhadapan satu lawan satu dengan pemain lawan, permainan Bulls sulit ditebak lantaran begitu mengirim umpan pada Jordan, pemain Bulls senantiasa bergerak dinamis membentuk pola segitiga, agar mudah menerima umpan.


Z Retro

Meski belum berhasil melangkah jauh di tiga kesempatan, penampilan mereka mulai menanjak musim-musim berikutnya terutama ketika mereka mendatangkan beberapa pemain bagus untuk mengisi bangku cadangan dua alumni Dallas Mavericks yang dikenal produktif yaitu  guard lincah dengan jump shot mematikan Rolando Blackman dan Derek Harper, serta forward tangkas bertubuh cungkring Charlie Smith.  Jangan lupakan juga peran point guard mungil lincah Doc Rivers Clippers (1993).

Dengan memperayakan John Stark sebagai playmaker utama, tempo serangan Knicks lebih meningkat lantaran sebagai playmaker, Starks lebih bernaluri sebagai penembak jitu yang sigap menembak begitu ada ruang atau ketika mendapat umpan matang. Sayang, sekali lagi, mereka harus berhadapan dengan Bulls (1994), yang kali bukan hanya Michael Jordan tetapi juga John Paxton yang postur dan gaya bermainnya mirip Stark.

 

Kesempatan Knicks melaju ke final terjadi semusim setelah Michael Jordan pensiun untuk sementara (1995) . Berbekal komposisi yang nyaris sama, Knicks berhasil mengandaskan Indiana Pacers di semi final, namun tidak berdaya di hadapan spesialis penembak jitu di saat-saat genting Robert Horry (Houston Rockets) di final.

Menariknya, berbekal komposisi yang sama minus Doc Rivers, Knicks tidak berhasil mengulang prestasi yang sama di musim-musim berikutnya, walaupun masih rutin menghiasi babak play off.

Selama empat musim selepas melaju ke final, mereka rutin melaju hingga perempat final, termasuk saat diperkuat rookie mereka Monty Williams (draft no.24/1994) dan Charlie Ward (26/1995), forward lincah yang jago membaca pergerakan lawan Larry Johnson, dan playmaker muda Allan Houston.

Penampilan Knicks kembali meningkat begitu mereka mendatangkan defender paten dari Toronto Raptors Marcus Camby dan shooter lincah dari Warrior Letrell Sprewell (1999).

Berada di posisi delapan di musim NBA yang jumlah pertandingannya tidak sebanyak musim biasa (karena pemain mogok akibat NBA dan pemilik tim tidak sepakat soal kenaikan gaji minimum pemain), Knicks justru melaju ke final NBA.

Meski maskot tim tetap berada di tangan Patrick Ewing, entah kenapa permainan tim berasa berada di tangan Allan Houston yang terkenal lincah dan selalu bergerak mencari ruang begitu selesai mengirim umpan.

Aliran bola memang dirancang oleh Ward yang misalkan mengirimkan umpan pada Larry Johnson. Hanya saja ketika ada ruang kosong di sekitar area tiga angka, Houston segera bergerak mengisi ruang menunggu umpan dari Johnson apabia ia mendapat pengawalan ketat.

Pun ketika ada kesempatan menembak, dengan akurasi tembakan yang bagus, Houston bisa mengeksekusi sendiri peluangnya atau mengoperkan pada Sprewell yang bergerak dari belakang ke sisi sayap.

Di usia yang tidak lagi muda, Ewing justru makin sering berperan sebagai pengeblok bola, selain tentu saja pencetak angka di dekat lemparan bebas.

Dengan banyaknya opsi pencetak angka, Knicks melaju ke final, berhadapan dengan menara kembar San Antonio Spurs David Robinson dan Tim Duncan.

Memainkan skema yang relatif sama, tembakan Sprewell dan Houston tidak mudah masuk lantaran harus berhadapkan dengan Duncan. Di sisi lain, akurasi Duncan di bawah jaring, terbantu lantaran pemain lawan sibuk menjaga Robinson yang juga berpostur tinggi.

Channel: all round NBA

Dengan kekalahan tersebut Knicks menjadi finalis dengan peringkat terendah sejauh ini. Di musim terakhirnya bersama Knicks di tahun berikutnya, Ewing sempat mengantarkan Knicks melaju ke semifinal, sayang langkahnya dihentikan tim Reggie Miller cs. Indiana Pacers.

Tanpa Ewing, mereka lebih sering hanya menjadi penggembira di putaran pertama atau bahkan tidak lolos play off sama sekali (bahkan sampai sekarang) meski diperkuat  pemain senior Penny Hardaway (legenda Orlando Magic era Shaq dan Chris Webber) serta Stephon Marbury yang tampil tangkas bersama New Jersey Nets.

Pensiunnya Ewing tampaknya berpengaruh pada permainan tim. Sebagai center mungil, Kurt Thomas yang selama bermain untuk Knicks lebih sering mengisi peran Ewing dari bangku cadangan, tampil kurang menggigit berduet  bemain dengan Marcus Camby.

Selepas era Ewing berakhir, Knicks yang biasanya cukup jitu memilih pemain lewat draft, tampaknya kesulitan memilih pemain, yang sesuai dengan sistem dan filosofi tim.

Sebuah alasan yang wajar lantaran mereka tidak memperoleh draft di urutan-urutan awal mengingat prestasi mereka yang cukup stabil. Terhitung sejak awal tahun 2000, Knicks dua kali mendapat kesempatan memilih pemain di urutan awal yaitu Nene (di urutan no. 7/2002 yang tampil lumayan bersama timnya Denver Nuggets).

Kali berikutnya, mereka berhasil mendatangkan forward di urutan no. 9, Michael Sweetney, pemain paling tambun di NBA, yang karirnya hanya berlangsung empat musim di NBA.

Ketika dilatih mantan pelatih Phoenix Suns, Mike D’antoni, yang dikenal dengan filosofi bermain cepat "seven seconds or less", di mana serangan sebisa mungkin harus diselesaikan kurang dari tujuh detik saat pertahanan tim lawan belum terbentuk sempurna, Knicks cukup jeli mendatangkan rookie bertipe penembak jitu seperti Trevor Ariza (2004), Channing Frye (2005), dan Dario Gallinari (2008),  atau David Lee, forward jangkung yang dikenal jago membuka ruang lewat umpan-umpan tajamnya.  Sayang, mereka tidak punya playmaker dengan karakter sekuat Steve Nash atau James Harden, untuk memberi umpan-umpan matang pada pemain-pemain kreatif ini. 

Chris Duhon (bermain untuk Knicks antara tahun 2008-2010), yang dikenal licin dan tangkas saat merangsek ke bawah jaring, kurang bisa memaksimalkan kemampuan para pemain-pemain muda ini lewat kombinasi umpan dan tusukan. 

Terlebih komposisi Knicks sekitar tahun 2010 sebenarnya sama sekali tidak buruk lantaran diperkuat Gallinari dan Wilson Chandler, kepingan awal generasi Denver Nuggets yang ada sekarang. Sayang, Knicks era tersebut tampaknya tidak sesabar era-era sebelumnya, yang meski belum membuahkan hasil, bersedia menunggu tim tersebut menyatu antara tiga sampai empat musim. Terlebih tempo permainan Knicks terbilang lambat untuk tim yang dilatih D’antoni.

Ngomong-ngomong, sejak mendatangkan Nene dari Brazil, Knicks mulai melirik bakat Internasional. Konon, bakat-bakat Internasional seperti Gallinari (Italia) lebih punya basic bermain basket yang kuat (seperti menembak), meski dari kekuatan fisik, beberapa di antaranya tidak semenonjol pemain dari Amrik. 

Lantaran komposisi di atas kertas Knicks tidak tercermin di papan klasemen, Knicks yang  mendatangkan Carmelo Anthony pada tahun 2010, melakukan perombakan besar semusim setelahnya dengan mendatangkan banyak pemain paten seperti Mike Bibby, shooter Jr Smith, rookie tangkas Iman Shumpert, forward jangkung dengan tembakan bagus dari Phoenix Suns, Amare Stoudemire hingga center juara Dallas Mavericks Tyson Chandler.

Menjalani musim yang diwarnai penampilan epik dari pemain antah-berantah Jeremy Lin yang sempat viral saat melawan Lakers (mengisi posisi Shumpert yang cedera), Knicks berada di peringkat ke-7 klasemen, walaupun mereka langsung kandas di tangan Lebron cs. (Miami Heat) di putaran pertama.

 

Musim berikutnya, penampilan Knicks  makin makin menjanjikan sejak mendatangkan Jason Kidd yang dimaksudkan menjadi mentor Jeremy Lin.

Di babak play off,menghadapi Indiana Pacers yang dikenal punya beberapa pemain dengan jump shot keren (Paul George, David West, dan George Hill), Knicks  bermain terlalu statis, Meski umpan antar pemain dan pick and roll kerap diperagakan, pergerakan tanpa bola, amat jarang diperlihatkan. Tidak heran begitu mendapatkan ruang tembak yang lapang meski sedikit dari skema pick and roll, pemain seperti Raymond Felton atau Carmelo Anthony langsung menembak.

Channel: Heatbabycom

 Musim berikutnya, tanpa diperkuat, Jason Kidd (pensiun), yang dikenal mampu menarik perhatian pemain lawan, Knicks tidak lolos ke babak play off. Menariknya meski penampilan Knicks cenderung tidak bagus, jumlah penonton mereka di Madison Square Garden (MSG stadium), yang harga suewanya tergolong tinggi, stabil di urutan lima sampai sepuluh besar di era tersebut.

Inilah prestasi terbaik Knicks di era James Dolan, meski pencapaiannya dinillai lumayan, berkaca dari sejarah Knicks, Dolan tetap menjadi sasaran kritik sampai hari ini. Kritik terhadap Dolan juga dilayangkan saat Dolan menunjuk mantan pelatih Bulls sekaligus legenda Knicks Phil Jackson sebagai general manager.

Beberapa keputusan Jackson sebagai general manager (yang kemudian menjadi presiden tim) beberapa di antaranya, sempat diwarnai protes. Salah satunya keputusan memulangkan rookie mereka Tim Hardaway jr (2015-2017). yang tampil konsisten bersama Atlanta Hawks dengan nominal kontrak yang lumayan.

Keputusan cukup jitu diambil Jackson saat memilih rookie Kristaps Porzingis (Latvia) forward tinggi menjulang yang dikenal punya jump shot bagus, meski visi dan umpannya kerap diragukan.

Meski keputusan awal Jackson dipertanyakan, permainan Porzingis yang mengandalkan jump shot dan tusukan sembari melakukan dunk mendapat apresiasi. Terlebih Porzingis juga cukup produktif berduet bersama Melo yang juga sama-sama doyan berduel satu lawan satu di bawah kawalan pemain lawan. Ngomong-ngomong soal Porzingis, duel doi dengan Anthony Davis konon epik banget lantaran Porzingis yang semampai pisan akhrinya mendapat lawan sepadan.

Duet Porzingis Melo bahkan tampil menjanjikan, meski hanya berada di peringkat 13 di musim perdana Porzingis bermain.

Sudah menjadi rahasia umum di NBA, selalu saja ada kambing hitam ketika sebuah tim tampil kurang meyakinkan di liga. Begitu juga sebaliknya, meski penampilan tim dinilai biasa saja.

Entah benar atau tidak, meski penampilan duo Knicks di atas kertas dan di atas lapangan terbilang produktif, Knicks kurang mampu memaksimalkan potensi tim lantaran Melo tidak mau memainkan skema triangle offense padahal Melo,  seperti juga Michael Jordan dan Kobe Bryant, juga senantiasa tetap produktif  meski harus melepaskan tembakan akurat di bawah pengawalan satu lawan satu pemain lawan.

Sebenarnya alasan Melo sangat masuk akal, lantaran dengan triangle offense, tempo permainan cenderung berjalan melambat untuk era saat ini lantaran begitu mengirim umpan, pemain yang bersangkutan harus membentuk pola segitiga dengan pemain lain agar mudah menerima umpan. Tanpa pemain yang memiliki disiplin kuat untuk bergerak membentuk formasi segitiga, triangle offense rentan mendapat serangan balik ketika operan atau tembakan luput.

Terlebih dengan makin banyaknya pemain bertempo cepat seperti sekarang ini. Mengetahui skema triangle offense terlalu rapi, meski tembankan sebuah tim berhasil menghasilkan angka, defense mereka rentan kemasukan angka terutama begitu tim lawan merancang serangan, mengingat makin banyaknya pemain bertempo cepat di era saat ini.

Karena alasan itulah, Melo meminta pindah dan akhirnya berlabuh ke Oklahoma City Thunder. Dari pertukaran pemain tersebut Knicks mendapatkan Enes Kanter.

Cerita selanjutnya, sepertinya indak perlu diulang …

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun