Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

NBA, antara Kebugaran dan Para Bintang

20 Agustus 2021   18:09 Diperbarui: 28 Agustus 2021   10:32 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim depan, babak reguler NBA, direncanakan akan kembali ke format 82 pertandingan seperti biasa, ditambah dengan melanjutkan tradisi baru play in, yang memang mengundang rating (dan cuan), namun diprotes sebagian besar pemain termasuk Lebron James. 

Karena tim peringkat tujuh sampai sepuluh mesti bermain satu hingga dua pertandingan lebih banyak untuk memastikan posisi mereka di babak delapan besar. Tim peringkat tujuh dan delapan dari masing-masing wilayah harus saling berhadapan untuk menentukan peringkat tujuh, dan tim yang kalah pada pertandingan tadi harus bertemu dengan pemenang pertandingan antara peringkat sembilan dan sepuluh untuk memperebutkan posisi kedelapan.

Tidak heran, meski maksimal keempat tim tadi hanya bermain paling banyak dua kali, risiko kelelahan dan cedera jelas makin besar.

Cedera, itulah juga jawaban mayoritas fans Los Angeles Lakers ketika ditanya tim mana yang patut mereka waspadai musim depan. 

Alih-alih menjawab Brooklyn Nets dengan trio Kevin Durant, James Harden, dan Kyrie Irving, atau juara musim lalu Milwaukee Bucks, atau Los Angeles Clippers yang ditakuti bukan karena dua bintang mereka Kawhi Leonard dan Paul George, melainkan karena pemiliknya adalah mantan CEO Mikocok, Steve Balmer, yang uangnya nyaris tidak bernomor seri, yang tidak akan sungkan mengeluarkan dana dari kocek pribadinya andai kata anggaran untuk menggaji para pemainnya dikenai pajak lantaran di atas salary cap.


Bukan rahasia umum, jika pemenang utama NBA musim lalu bukan Milwaukee Bucks atau Phoenix Suns, tapi mayoritas pemain tim finalis yang rata-rata bugar (kecuali playmaker Milwaukee Bucks, Donte DiVincenzo, yang mesti menepi karena cedera saat babak playoff tengah berlangsung).

Data tabel saya comot dari hoopshype, namun saya modifikasi sedikit lantaran dalam tabel tidak disediakan data pemain mana  yang baru memperkuat tim musim ini| Sumber: hoopshype
Data tabel saya comot dari hoopshype, namun saya modifikasi sedikit lantaran dalam tabel tidak disediakan data pemain mana  yang baru memperkuat tim musim ini| Sumber: hoopshype

Final idaman netizen budiman (saya termasuk berarti) juga mesti kandas lantaran, unggulan pertama wilayah timur versi pengamat dan netizen, Brooklyn Nets, mesti pulang lebih awal di tangan Bucks lantaran James Harden belum kembali ke performa terbaik selepas pulih dari cedera.

Dua tim favorit wilayah barat pun demikian lantaran Lakers mesti bermain tanpa Anthony Davis dan Clippers tanpa Kawhi di pertandingan-pertandingan terakhir dan masing-masing dikalahkan Phoenix Suns.

Phoenix Suns, seperti halnya AC Milan dengan Milan Lab-nya, juga dikenal dengan teknik menjaga kebugaran yang nyeleneh, tapi tetap masuk akal. Misalnya pada Shaquille O'Neal yang sebelum bergabung dengan Phoenix Suns menepi sekurang-kurangnya 30 pertandingan dalam empat musim terakhir, namun di tahun kedua bersama Phoenix Suns, Shaq hanya absen tujuh pertandingan di babak reguler.

Menariknya dari hasil pemindaian MRI, tidak ada yang salah dengan otot Shaq. Semua itu terjadi, menurut mantan kepala kebugaran Suns, Aaron Nelson, lantaran otot pada pinggul kanan Shaq terlalu aktif digunakan.

brightsightofthesun.com
brightsightofthesun.com

Dengan logika sederhana yaitu mengurangi berat badan (agar beban pada pinggul kanan Shaq berkurang), serta melenturkan otot pinggul yang bekerja terlalu aktif, cedera yang sesungguhnya tidak ada tersebut jadi sirna.

Sayang, otak dibalik metode nyeleneh tersebut, Aaron Nelson, sudah tidak lagi berada di Phoenix lantaran telah menjadi Vice President of Player Care and Performance di New Orleans Pelicans sejak tahun 2019 lalu. 

Namun, sayangnya kepindahan itu tidak diikuti dengan meningkatnya prestasi Pelicans di atas lapangan, lantaran pemain yang didatangkan musim ini Tomas Satoransky dan Garrett Temple (Chicago Bulls), meski terbilang bagus dan berpengalaman, musim lalu lebih banyak bermain dari bangku cadangan pada tim yang lolos babak playoff pun tidak.

Untungnya, Pelicans juga mendatangkan Jonas Valanciunas (Memphis Grizzlies) dan pemain yang rajin mencetak 25++ poin, Devonte Graham, semasa masih memperkuat tim yang sudah lebih dari tiga musim tidak pernah lolos ke babak playoff, Charlotte Hornets, yang memang sudah teruji bisa bermain dengan mayoritas pemain muda di tim mereka sebelumnya.

Dengan komposisi pemain yang ada, tidak heran Pelicans musim depan dijagokan berada di luar peringkat delapan besar (batas tim yang bisa lolos ke babak playoff), meski tidak menutup kemungkinan pemain Nickeil Alexander Walker atau Jaxon Hayes tampil luar biasa musim depan, bahkan mungkin juga rookie mereka Herb Jones atau Didi Louzada.

Kebetulan lingkungan di Pelicans juga mendukung lantaran mayoritas pemain mereka baru dua sampai tiga musim ini bergabung untuk Pelicans. 

Terlebih, Pelicans bukan tim yang punya tradisi besar di NBA yang boleh jadi membebani perkembangan pemain muda seperti yang terjadi pada barisan pemain muda Boston Celtics selepas era Jayson Tatum, yang kebanyakan tampil melempem begitu diberi kesempatan bermain dari bangku cadangan.

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

*warna merah menandakan pemain, seperti Jammal Murray dan Kawhi Leonard masih dalam masa pemulihan cedera yang tumben belum diberitahukan kapan perkiraan waktu akan pulih, meski cedera robek otot archiles sebagian seperti yang dialami Kawhi rata-rata memerlukan waktu pemulihan tiga bulan (dan bisa lebih, bahkan hingga satu musim jika lebih parah) yang bisa jadi mempengaruhi performa tim di lapangan meski masa pemulihan cedera terbilang singkat.

Berkebalikan dengan Pelicans yang seakan masih melempem sejak ditinggal Anthony Davis, Phoenix Suns justru langsung tampil memikat sejak kedatangan Chris Paul. Paul bahkan ikut membawa Suns lolos ke babak playoff untuk pertama kalinya sejak satu dasawarsa lalu.

Kedatangan Paul bahkan makin mengukuhkan reputasinya sebagai pembawa berkah untuk tim baru, lantaran sejak masih berseragam Clippers, Paul selalu berhasil membawa timnya lolos ke babak playoff di musim perdana, setelah setidaknya semusim absen (kecuali Houston Rockets yang memang sudah bagus) dengan rekor kemenangan di atas 60% semasa babak reguler.

Menariknya, selepas bermain kurang dari 62 pertandingan sejak musim 2016/17 selama tiga musim beruntun karena cedera, Chris Paul yang kini berusia 36 tahun (kebetulan saya masih 17, maunya) hanya dua kali absen dalam 72 kesempatan dalam dua musim terakhir, sejak memutuskan untuk menjadi seorang mamalia eh vegan, terutama dengan lebih banyak mengonsumsi beras coklat dan kudapan berbahan dasar buah dan kacang-kacangan.

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

Kebetulan juga produk olahan daging, termasuk di dalamnya olahan susu, mengandung lemak jenuh yang dapat menyebabkan inflamasi atau peradangan.

Dari lima pemain yang masih aktif yang dikenal sebagai vegan, Wilson Chandler, JaVale Mcgee, Damian Lillard, DeAndre Jordan, dan Kyrie Irving (tanpa bermaksud mengabaikan faktor lain), hanya Irving yang rajin absen lebih dari 15 pertandingan tiap musim. 

Itu terjadi salah satunya karena gaya bermain Irving yang hobi berbenturan dengan pemain lain dan kerap mendarat setelah melakukan jump shot.

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

Keterangan Tabel Bikinan sendiri
Keterangan Tabel Bikinan sendiri

Lillard di sisi lain, meski kerap berbenturan dengan pemain lain saat memasukkan bola dari bawah jaring, lebih sering memasukkan bola dari jarak jauh layaknya Steph Curry dan Lebron James, terutama dua sampai empat langkah di depan logo tim yang biasa dipajang tepat di tengah lapangan tim tuan rumah. Tidak heran tembakan tiga angka jarak jauh tadi sering juga disebut logo three.

Skill elite seperti itulah yang mendasari saya memberikan bintang tiga untuk Lillard. Bintang Lillard bisa jadi lebih banyak andai kata ia berhasil membawa timnya melangkah lebih jauh dari putaran pertama babak playoff lebih dari sekali, layaknya James Harden, Kevin Durant, Kawhi Leonard, Lebron James hingga Steph Curry.

Luka Doncic, andai Kristaps Porzingis, bermain sebagus sebelum ia menepi satu musim lantaran cedera, setidaknya 75%-nya saja, bukan tidak mungkin bisa tampil lebih baik lagi. 

Bahkan dua musim lalu, andai Porzingis tidak cedera, alih-alih Clippers, bisa jadi malah Dallas Mavericks yang lolos menantang Denver Nuggets di semifinal wilayah barat. Terlebih kala itu Doncic bermain hingga game ketujuh dengan cedera bahu.

Menarik dinantikan ke mana Lillard akan berlabuh musim depan, mengingat selama enam musim memfokuskan permainan pada dua bintang yaitu Lillard dan CJ McCollum (yang baru saja ditunjuk sebagai ketua asosiasi pemain NBA menggantikan Chris Paul yang sudah menjabat selama enam musim), Portland Trail Blazers tidak lebih dari dua kali lolos pada putaran pertama babak playoff, meski Blazers rata-rata berada di peringkat tiga atau empat besar di babak reguler yang notabene lebih diunggulkan dari lawannya yang ada di peringkat lebih di bawah.

 Blazes biasanya langsung kandas di babak pertama lantaran Lillard dan McCollum yang memang mungil dan kurang jago bertahan (kebalikan dengan Chris Paul atau lebih akrab disapa CP3 sesuai nomor punggung yang dipakai) selalu menjadi pintu masuk bagi serangan tim lawan yang biasanya bermain lebih ngotot dan lebih mengandalkan permainan fisik begitu babak reguler berakhir.

Kebetulan angin berhembus kencang dari Philadelphia 76ers yang amat ngebet menukarkan Ben Simmons dengan Lillard. Kebetulan profil Ben Simmons amat berkebalikan dengan Lillard. 

Jika Lillard dikenal sebagai pemain yang bisa melakukan apa pun kecuali bertahan, Simmons sebaliknya. Ia dikenal sebagai pemain serba bisa yang tidak bisa menembak. 

Jika dilihat dari short chart-nya (lokasi pemain saat menembak), tembakan Simmons kebanyakan dibuat kurang dari atau sama dengan 4,5 meter dari bawah jaring.

Selepas lebih dari empat musim berkiprah di NBA, akurasinya bahkan lebih buruk dari saat ia mengikuti pertandingan pemanasan di tahun resminya memulai karier di NBA (mengingat Simmons harus absen satu musim karena cedera).

Terlepas faktor di luar lapangan, keengganan Simmons untuk mencoba menembak di luar zona nyamannya membuat permainan Sixers selalu mudah tertebak dari tahun ke tahun. 

Tidak heran, meski punya kemampuan bertahan dan umpan elite, tim serasa mati gaya apabila mengandalkan permainan di tangan Simmons, Julius Randle, dan pemain berbintang dua lain, yang masih punya kelemahan amat mendasar, terutama visi permainan dan kemampuan menembak yang terbatas. 

Penampilan pemain berbintang dua, terutama yang senior seperti Danny Green dan Jae Crowder yang teruji membawa timnya masuk final wilayah tiga kali, akan bisa bagus jika dikelilingi pemain dengan bintang lebih banyak. 

Kebetulan selain Blazers yang bisa menukarkan Simmons langsung dengan Lillard karena punya besaran gaji relatif sama yaitu 29 juta dolar (pertukaran hanya bisa terjadi kalau selisih gaji pemain yang bertukar tim kurang dari atau sama dengan enam juta dolar), masih ada Sacramento Kings yang ngebet memasangkan Simmons dengan pemain favorit saya Tyrrese Haliburton (yang justru diminati Sixers dan tim seantero NBA, termasuk Kings sendiri karena punya gaya permainan yang enak dilihat, umpan akurat serta  cara menembak tiga angka yang unik namun tetap akurat, dengan akurasi 40,9%, dari rataan enam peluang per pertandingan ).

zageblog
zageblog

Jika tidak diganggu cedera, dua atau tiga musim ke depan Hilliburton rasanya amat layak masuk tim all star. Tidak heran, begitu juga Lamelo Ball, ia saya beri dua bintang yang bisa bertambah di kemudian hari.

Pemain berbintang satu, seperti D'angello Russell memang sempat membawa Brooklyn Nets lolos babak playoff setelah absen sekian lama, lewat akurasi tembakan tiga angka yang terbilang bagus, namun ketangkasan yang amat kurang dan akurasi umpan yang jauh dari elite (yang jika tidak akurat berimbas pada serangan balik tim lawan yang berbahaya) jika dibandingkan dengan Ricky Rubio atau Ben Simmons, meski seiring waktu akurasi makin membaik. (kebetulan saat itu Nets juga diperkuat pemain yang penampilannya lumayan seperti Caris Levert dan Spencer Dinwiddie). 

 Selepas bermain untuk Nets penampilannya cenderung biasa dan lebih banyak memperkuat tim yang dihuni pemain biasa yang mungkin menjadi pelapis pertama di tim-tim besar. 

Tidak heran pemain seperti Dwight Howard yang kekuatan fisiknya masih salah satu yang terbaik di NBA (bahkan layak mendapat bintang tiga atau empat di zaman keemasannya)  namun karena faktor usia dan gaya permainan terkini NBA yang lebih mengandalkan tembakan jarak jauh, seperti halnya Marc Gasol, saya beri bintang satu.

Bukan hanya Howard dan Gasol, Derick Rose juga layak mendapat bintang lebih banyak  sekitar tiga atau bahkan empat, karena sempat membawa Chicago Bulls lolos ke final wilayah barat tahun 2011 lalu (tiga tahun kiprah Rose di NBA) sebelum dikandaskan oleh Miami Heat yang dipimpin oleh Lebron). 

Sayang cedera berkepanjangan membuatnya pernah dua kali bermain kurang dari sepuluh pertandingan dalam dua musim dan sedikit mempengaruhi ketangkasan dan daya terobos dan penyelesaian akurat di bawah jaring Derrick Rose yang legendaris. 

Kini  dengan sisa-sisa ketangkasan dan kengototan mencetak angka di bawah jaring yang legendaris dan dribel prima yang membantunya memberi umpan akurat pada pemain tidak terkawal saat pemain tim lawan fokus menjaga rose dan kebugaran yang relatif stabil (dibantu dengan menjaga kelenturan otot dan mengurangi konsumsi gula secara berlebihan dan tetap mengkonsumsi protein hewani dan turunannya sebagai sumber kalsium), Rose rata-rata bisa bermain dalam lima puluh pertandingan dalam tiga musim terakhir meski lebih banyak dimulai dari bangku cadangan, dengan rata-rata raihan empat belas sampai delapan belas poin per pertandingan atau setara dengan rataan raihan angka Rose per musim selama berkiprah dua belas musim di NBA (Selama berkiprah di NBA, Rose hanya tiga kali mencetak rata-rata lebih dari 20 poin per petandingan tiap musim).

Terkini Rose turut membawa New York Knicks nangkring di peringkat empat NBA (yang membuatnya layak mendapat dua bintang meski bermain dari bangku cadangan atau bahkan lebih andai tidak cedera), setelah sekitar tujuh musim absen. Sayang mereka harus kandas di putaran pertama melawan tim peringkat lima yang dihuni banyak penembak jitu yang juga jago dribel saat menusuk pertahanan lawan, yang membuat serangan Hawks jadi lebih sulit ditebak karena pemain yang jago dribel juga jago mengirimkan umpan ke pemain yang tidak terkawal. 

Pemain-pemain seperti itulah yang tidak banyak dimiliki New York Knicks. Julius Randle memang punya tenaga bak bison atau banteng (yang sejak awal karier bersama Lakers memang sudah begitu gayanya, yang makin hari makin lincah karena ditunjang lewat latihan untuk melatih kekuatan kaki (termasuk kaki kanan yang pernah patah di musim perdana bermain di NBA), tulang belakang (dengan bantuan roller dari busa), serta pengurangan berat badan terutama bagian tubuh atas untuk mengurangi beban pada persedian di tubuh bagian bawah Randle (dengan mengonsumsi makanan organik untuk menghindari zat buatan dan pemanis nonalami, yang dapat menghambat pembuluh dan aliran darah) , yang memudahkan Randle melakukan jump shot, yang meski dilatih 1000 hingga 1500 kali tiap malam (selepas menjaga kebugaran dan ketangkasan dengan melakukan joging dengan kecepatan 12 km per jam dalam lima menit (five minute miles), masih kalah akurat dari pemain seperti Kevin Durant yang akurasi tembakannya terbantu oleh tinggi badan yang menjulang (di atas 210 cm), rentang serta rentang tangan yang panjang yang memudahkan Durant memasukkan jump shotnya dengan mulus meski dikawal satu lawan satu, atau Devin Booker, atau rookie 2019, Tyler Herro yang sama-sama terlihat lincah dan luwes saat menembak.

muscleandfitness.com
muscleandfitness.com

Latihan ala Randle yang fotonya dipajang di Insta sendiri (2017), tapi jadi beranak pinak dengan beragam ulasan yang intinya hampir sama semua #eh, klo ga percaya, baca skrinsut di atas foto ini. 

Foto berikutnya adalah foto Randle tiga atau empat tahun berselang, dengan tim barunya New York Knicks, yang dari tampilan fisiknya sudah tergambar gaya permainannya seperti apa (bukan kebetulan klo deskripsi gaya bermain Randle (dan pemain lain) versi situs olahraga seperti ESPN, sbnation, hoopshype, yahoo, the athletic, NBCEDGE (dahulu rotoworld), dkk, dll, dst  nyaris SAMA DAN SEBANGUN, meski dengan cara penyampaian yang beda (makannya klo kita ngikutin berita NBA kita sampai apal arah pemberitaan NBA, termasuk karakter permainan tiap tim beserta pemainnya, termasuk opini yang disampaikan pengamat terkait permainan yang ditunjukkan sebuah tim beserta para pemain)

dari tampilan fisiknya kliatan kan gaya maennya gimana #eh (yahoo news)
dari tampilan fisiknya kliatan kan gaya maennya gimana #eh (yahoo news)

Sayang meski terbilang kekar, Randle lebih bertipe pendobrak ketimbang pengumpan (dan penembak jitu), sehingga meski punya assist yang lumayan selama babak reguler, dengan tekanan mental yang relatif lebih besar ketimbang babak sebelumnya, umpan-umpan Randle di babak playoff lebih mudah terbaca, yang berimbas pada akurasi tembakan tiga angka pemain yang musim lalu jadi idaman banyak tim karena kemampuan bertahan dan akurasi tembakan tiga angka yang jauh meningkat dari musim sebelumnya, Reggie Bullock (39%) yang musim ini berlabuh ke Dallas Mavericks.

Terlebih Randle harus berhadapan dengan center Hawks yang lima senti meter lebih tinggi dibanding Randle, Clint Capela, yang lebih berpengalaman bermain di babak playoff ketimbang Randle.

Bukan rahasia umum, tinggi badan, merupakan elemen penting dalam permainan NBA terutama bagi center, yang sejak era tiga angka lebih banyak bertugas menutupi ruang gerak pemain mana pun, bukan hanya sesama center atau power forward yang memiliki tinggi sepantaran, seperti di masa lalu, tapi juga mengeblok tembakan, terutama di bawah jaring, syukur-syukur tembakan tiga angka. 

Karena itu selain kelincahan gerak, tinggi badan dan panjang rentang tangan menjadi faktor kunci yang harus dimiliki para center NBA masa kini, seperti halnya Rudy Gobert dan para center berbintang lainnya

Dari penjelasan di atas, anda boleh memberinya bintang dua, tiga, atau empat, pada pemain yang memang pada dasarnya bagus dan menjadi andalan timnya masing-masing. Namun dari skill dan pencapaian di atas lapangan dalam dua atau tiga tahun belakangan (atau bahkan lebih) yang menjadi alasan saya memberikan seorang pemain satu hingga empat bintang (dan makin banyak jika makin teruji).

*Tabel dibuat berdasarkan informasi Hoopshype, yang amat mungkin bisa direvisi apabila Simmons jadi pindah SEBELUM kompetisi NBA dimulai 19 Oktober mendatang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun