Final NBA akan dimulai akhir bulan ini. Finalisnya sudah sama-sama kita ketahui. Golden State Warriors, juara tiga kali dalam empat musim terakhir dan Toronto Raptors yang baru pertama kali masuk final NBA sejak bergabung di NBA.
Menariknya, Raptors akan membuka game pertama sekaligus mendapat jatah pertandingan lebih banyak karena unggul head to head dari Warriors. Raptors memenangi semua pertandingan melawan Warriors, yang salah satunya didapat ketika Kawhi Leonard tidak bermain.
Hanya saja, rekor pertemuan tidak terlalu penting di babak playoff. Buktinya sudah berbicara. Houston Rockets yang di babak reguler musim ini memenangi tiga dari empat pertandingan melawan Warriors justru tidak berkutik di babak playoff. Warriors berhasil mengalahkan Rockets dengan skor 4-2 pada pertandingan beberapa minggu yang lalu. Bahkan kemenangan Warriors di partai terakhir diperoleh di kandang Rockets, Toyota Center.
Channel: Freedawkins
Pertandingan antara Milwaukee Bucks melawan Toronto Raptors pun sama. Raptors yang tidak lebih diunggulkan dari Bucks justru malah membalik prediksi berkat penampilan Kawhi yang luar biasa.
Besok, maksud saya beberapa hari ke depan, saya menjagokan keduanya. Siapa pun yang menang, dengan skor berapa pun, akan saya terima dengan senang hati, mengingat empat tim yang masuk final wilayah emang jagoan saya (selain Lakers yang boro-boro lolos playoff pun nggak #eh), bahkan jika Bucks yang kemarin lolos ke final sekalipun.
Saya akan menikmati andai kata Warriors bisa menang baik itu dengan atau tanpa Kevin Durant. Saya juga akan menikmati permainan andai kata Kawhi Leonard atau Kyle Lowry tampil maksimal atau kurang fit. Saya juga ingin menikmati peran Demarcus Cousins yang mungkin akan mulai bermain dari bangku cadangan di final kali ini.
Berhubung dua tim sama-sama bagus, saya pengen menikmati pertandingan yang tersaji, berikut dengan fakta unik yang bisa saja makin teruji atau bisa saja berganti.
Fakta yang dimaksud adalah tim-tim yang nyaris tiap tahun mengirim satu alumninya ke final NBA dalam satu dasawarsa terakhir, termasuk sampai sekarang.
Tim tersebut adalah Atlanta Hawks dan Indiana Pacers. Saya bilang nyaris karena Hawks sempat absen mengirimkan para mantannya ke final setidaknya sekali pada satu dasawarsa terakhir, yaitu saat Golden State Warriors menjadi juara NBA untuk keempat kalinya selama tim tersebut berdiri.
Dari dua finalis yang berlaga pada final musim 2014/15 tersebut, tidak tercantum satu pun nama alumni pemain Hawks. Di sisi lain, Indiana Pacers mengirimkan nama Leandro Barbosa mewakili Golden State Warriors, sekaligus menjaga tradisi selama satu dasawarsa terakhir.
Jika kita melihat fenonema ini mulai satu dasawarsa terakhir, tentu saja tradisinya dimulai sejak final musim 2009 di mana Pacers mengirimkan nama Josh Powell ke final sekaligus membawa Lakers menjadi juara, meskipun lebih sering bermain sebagai pemain cadangan, yang rata-rata hanya bermain kurang dari tujuh menit per pertandingan selama babak playoff.
Menariknya, bukan hanya James Jones dan Ron Artest alumni Pacers yang membawa masing-masing timnya menjadi juara, tapi juga hampir semua alumni Pacers yang tampil di final, sebut saja Peja Stojakovic (Mavericks 2011), Brandon Rush (Warriors 2015), atau David West (2017).
Keberhasilan para alumni Pacers menjadi juara memang bukan hal aneh mengingat tim ini memang bagus. Selama Larry Bird menjadi general manager Pacers dari tahun 2003-2012, Pacers rutin lolos putaran pertama babak playoff.
Alumni Pacers lain, Peja Stojakovic, yang membawa Dallas Mavericks juara NBA tahun 2011 sendiri bukan nama sembarangan. Meski hanya membawa Pacers lolos putaran pertama, bersama Hedo Turkoglu, Peja nyaris membawa tim yang mereka bela sebelumnya, Sacramento Kings, menjadi juara wilayah barat pada final wilayah tahun 2002 andai tidak kalah dari Lakers.
Channel: Vintage Dawkins
Melihat fenomena itu, pemain yang nyaris menjadi juara di tim lama memang kerap menjadi juara betulan di tim barunya beberapa tahun kemudian.Â
Phoenix Suns menjadi contoh yang cukup kondang. Suns pada musim 2006-2007, di bawah kepemimpinan manager Bryan Colangelo menjadi tim paling enak ditonton di masanya. Colangelo adalah nama dibalik kesuksesan Toronto Raptors dan Philadelphia 76ers beberapa tahun belakangan ini. Sayang karena skandal akun twitter tidak resmi miliknya, Colangelo mengundurkan diri dari jabatan Presiden Operasional 76ers.Â
Selain James Jones, ada pula David West alumni Pacers yang membawa tim barunya juara. David West contohnya. West memang bermain di era yang berbeda dengan Ron Artest. Kebetulan Artest bermain di akhir era Reggie Miller sedangkan West bermain pada era Paul George yang sekarang bermain untuk Oklahoma City Thunder. Meski bermain di era yang berbeda, ketiganya bermain saat Larry Bird masih duduk di belakang meja sebagai general manager.
Bukan hanya memastikan tradisi tetap terjaga, kehadiran alumni Pacers terkesan mengubah peruntungan tim. Sebut saja nama Dahtay Jones yang membawa Cleveland Caveliers menjadi juara NBA begitu bermain di musim pertamanya bersama Cavaliers dan David West yang membawa Warriors juara NBA pada 2017 setelah tahun sebelumnya menjadi milik Cavaliers.
Apabila Pacers rajin mengirimkan alumninya menjadi juara, Atlanta Hawks justru rajin mengirimkan wakilnya jadi runner up. Tercatat lebih dari delapan nama pernah membawa tim barunya nangkring di posisi runner up.
Sebut saja Mike Bibby, Anthony Johnson (juga alumni Pacers), Jeremy Richardson, Rasheed Wallace, Royal Ivey, Nazr Mohammad, Kyle Korver, dan Boris Diaw menjadi pemain-pemain yang membawa tim barunya menjadi runner up NBA di kemudian hari.
Menariknya lagi, sebagian nama-nama itu bahkan bermain di saat Atlanta Hawks tidak lolos babak playoff. Di luar nama Mike Bibby dan Kyle Korver, empat nama yang disebut di atas merupakan alumni Hawks pada pertengahan tahun 2000-an di mana Hawks berada di luar sepuluh besar wilayah timur. Uniknya, sebagian besar mantan pemain Hawks ini lebih banyak bermain sebagai pemain cadangan ( yang bahkan lebih sering tidak bermain selama babak playoff) ketika mengantarkan timnya menjadi runner up NBA.
Bukan hanya pemain pelapis yang mencicipi tradisi ini, bahkan Rasheed Wallace (yang hanya bermain sekali untuk Hawks) dan Tracy Mcgrady pun ikut serta. McGrady yang kondang bersama Vince Carter di Toronto Raptors dan Yao Ming di Houston Rockets juga hanya berhasil menjadi runner up pada musim 2012-2013, setelah musim sebelumnya bermain bersama Atlanta Hawks. Tradisi ini bahkan masih dilanjutkan oleh Kyle Korver yang musim lalu masuk babak final bersama Cleveland Caveliers.
Sebenarnya bukan hanya dua alumni tim ini yang kerap muncul Namanya di babak final. Alumni Memphis Grizzlies dan Washington Wizard juga beberapa kali muncul dalam satu dasawarsa terakhir, sebut saja nama Javalee Mcgee, Nick Young, dan Jordi Meeks yang mewakili alumni Wizard sejak tahun 2010 dan Mike Miller, Jeremy Richardson, Rasheed Wallace, Chris Andersen, serta Shane Battier yang menjadi mantan Grizzlies yang tampil di final dalam beberapa tahun terakhir . Hanya saja, kemunculan alumni dua tim tadi tidak sekerap alumni Atlanta Hawks dan Indiana Pacers.
Musim ini tradisi tersebut dipastikan berlanjut karena ada dua alumni Atlanta Hawks yang sampai ke final. Golden State Warriors diwakili oleh Damion Lee sedang Atlanta Hawks diwakili Jeremy Lin. Sayang, musim kali ini, tidak ada satupun wakil Pacers yang beredar, jadi satu wakil Atlanta Hawks dipastikan akan menyegel posisi runner up musim ini.Â