Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Aturan-aturan Sepak Bola yang Bersahaja

12 Juni 2017   17:02 Diperbarui: 30 Juni 2017   10:37 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlu diketahui, seperti juga NBA, MLS juga membagi tim berdasarkan wilayah. 6 tim terbaik masing-masing wilayah akan masuk babak playoff. Peringkat 3-6 akan saling beradu di babak knockout dan akan bertemu dua peringkat terbaik masing-masing wilayah di semifinal wilayah. Tim yang berhasil lolos di semifinal akan saling beradu di final wilayah. Pemenang final masing-masing wilayah kemudian akan beradu di Final.

Mungkin bagi penikmat sepakbola eropa format ini dianggap kurang pas karena tim berbeda wilayah hanya bertemu sekali, selain itu format MLS nggak mengenal degradasi jadinya kurang pegimana gitu.

Hanya saja, format ini tidak selalu "seaneh" bayangan kita. Klo liga hanya dilihat dari kacamata babak reguler dan klasemen diukur dari rekor menang kalah secara keseluruhan akan didapatkan fakta nyeleneh.

Perpaduan aturan salary cap dan liga tanpa degradasi memungkinkan pergeseran peringkat klasemen yang cukup sengit. Setidaknya, itu terjadi juga di Liga A Australia. Tidak ada tim yang benar-benar mendominasi Liga sejak liga berdiri.

Sebagai gambaran sejak Premier League berdiri, kita tahu Manchester United jadi tim paling dominan. Dari musim 1992-1993, hanya sekali Manchester United ada di luar lima besar sampai musim 2015-2016, yaitu musim lalu. Berdasarkan fakta tersebut, rata-rata MU finish di peringkat ke-2, setidaknya sampai musim kemarin. Arsenal membututi di peringkat kedua, dengan rata-rata finish di peringkat ke-3,54. 

Rata-rata peringkat Arsenal bisa lebih baik klo mereka nggak nyangsang di peringkat 10 di musim perdana EPL. Liga di Eropa yang punya tim dengan koefisien lebih baik dari MU adalah Liga Jerman. Karena konsisten di peringkat dua besar, koefisien Bayern Munich bisa nyampe 1,75. Barcelona di La Liga aja koefisiennya cuma 2. Koefisien tadi saya hitung dari tahun yang sama, dimulai sejak Premier League digelar. Serie A? Koefisien Juventus baru 3,11. Nggak superior-nya  Juventus, selain lantaran pernah berada di peringkat 20 (siap-siap dijitak fans Juve), mereka pernah empat kali berada di peringkat 7 Serie A.

Gambar tabel nggak menarik (maklum bikin sendiri #jujur banget)
Gambar tabel nggak menarik (maklum bikin sendiri #jujur banget)
Balik lagi ke MLS. Dari 23 tim yang yang tercatat pernah berpartisipasi di MLS dari awal sampai musim 2015, LA Galaxy bisa dibilang jadi tim terbaik. Enam kali juara MLS dan tidak selamanya diraih dengan menjadi tim terbaik di babak reguler. Musim 2012 misalnya, LA Galaxy menjadi juara setelah di babak reguler berada di peringkat delapan klasemen keseluruhan. Bersama Real Salt Lake, LA Galaxy tercatat sebagai tim peringkat delapan klasemen keseluruhan, yang mak bedunduk jadi juara MLS di akhir musim. Dengan pergeseran peringkat yang dinamis tiap musimnya, hingga tahun 2015, rata-rata LA Galaxy ada di peringkat 4.95 disusul Chicago Fire dengan rata-rata peringkat 6.25. Dari 47 tim yang beredar di EPL 42 tim pernah degradasi. Cuma Arsenal, Chelsea. Everton Liverpool, Manchester United, dan Tottenham Hotspurs yang belom pernah terdegradasi.  Kalok tolok ukur tahunnya sama, La Liga malah lebih menarik lagi. Dari 45 tim yang pernah beredar, cuma Barca, Bilbao, Madrid, dan Valencia yang masih awet sampek sekarang. Inter, Lazio, Roma, ma Milan jadi wakil di serie A. Persamaan liga-liga ini, tim yang beredar di pernah dan sedang beredar di liga-liga yang (dianggap) besar di Eropa bersamaan dengan dimulainya EPL cenderung mirip, antara 40-47 tim, dengan koefisien 4 besar, berkisar antara 1,75-8. Berbeda dengan tim yang tim yang menerapkan salary cap. Koefisien pergeseran 4 besar lebih rapat, 3,75-4,36 untuk Liga Australia dan 4.71-6,7 untuk MLS, tentu aja dengan jumlah tim yang lebih ringkas. 

Dengan kata lain aturan "salary cap" memaksa tim untuk tetap kompetitif di atas kertas. Faktanya klasemen keseluruhan MLS nggak jarang membentangkan jarak sampai sepuluh poin antara peringkat pertama dan peringkat di bawahnya.

Format liga yang bisa kita liat juga bukan berarti nggak bisa kompetitif lho. Klo ada yang masih ingat serie A musim 2003-2004, di mana peringkat 8 sampai 19 musim itu, cuma beda 4 poin. Lazio, Lecce, Cagliari, Regina (peringkat 10-13) malah punya nilai sama 44 poin. Emang sih waktu itu Trezeguet, Del Piero, Nedved terlalu perkasa di lini depan dan Thuram Cannavaro rapet pisan maennya. Nggak heran mereka juara serie A dengan poin 86 waktu itu.  

Saya pribadi pengen Salary Cap Sepak bola mengadopsi Salary Cap NBA, di mana besarnya salary cap NBA dihitung dari sekitar 42% keuntungan liga secara keseluruhan (setelah sebelumnya dikurangi proyeksi keuntungan yang nilainya sudah ditentukan sebelumnya). Keseluruhan artinya keuntungan tiap tim, dari mulai pendapatan parkir, maskot, tiket, hingga pendapatan hak siar dikumpulin jadi satu, katakanlah 35-40% dari masing-masing komponen itu. Setelah semuanya terkumpul, keseluruhan keuntungan tersebut akan dibagi rata ke semua klub tanpa terkecuali dan akan digunakan sebagai salary cap Liga untuk MUSIM KEDUA setelah musim ini. Besar keuntungan yang didapat tiap tim secara umum nggak jauh beda dari musim ke musim. Yang makin besar justru kontrak siaran TV, faktor inilah yang bikin nilai salary cap dari tahun ke tahun bisa naik.

i.ytimg.com
i.ytimg.com
Seenggaknya seperti Lakers saya di basket, meski dapet kontrak 20 tahun yang aduhai dari Warner Cable, sekarang Spectrum, Lakers tetep nggak bisa seenaknya ngontrak pemaen. Begitu juga Real Madrid, meski konon sempat dapet pendapatan hak siar tiga kali lebih gede dari tim-tim lagi di La liga, mereka kudu tetep anteng di bawah aturan salary cap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun