Mohon tunggu...
ruslan effendi
ruslan effendi Mohon Tunggu... Pengamat APBN dan Korporasi.

Lulusan S3 Akuntansi. Penulis pada International Journal of Public Administration, Frontiers in Built Environment, IntechOpen, Cogent Social Sciences, dan Penulis Buku Pandangan Seorang Akuntan: Penganganggaran Pendidikan Publik Untuk Kualitas Dan Keadilan (Pengantar Prof. Indra Bastian, MBA., Ph.D.)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada Leuwi Hejo dekat Rumahku, dan Itu Anugerah

18 Juni 2025   17:38 Diperbarui: 18 Juni 2025   17:38 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak semua orang punya sungai sebening kristal yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari rumah. Tapi aku salah satu yang beruntung. Leuwi Hejo, dengan jeram kecilnya yang jernih dan batu-batu raksasa yang diam dalam riak deras air, mengalir tenang di bawah rindang hutan tropis tak jauh dari tempatku tinggal. Tiap kali suara kota terasa menyesakkan, aku cukup berjalan beberapa menit dan membiarkan suara air memelukku dalam tenangnya alam.

Leuwi Hejo bukan destinasi wisata besar yang riuh dengan promosi media sosial. Ia sederhana, bahkan kadang terlupakan dari peta pariwisata arus utama. Tapi justru karena itu ia terasa lebih jujur, lebih tulus menawarkan keheningan. Airnya yang berwarna toska bening seolah mengajak kita untuk berhenti sebentar dari rutinitas, menaruh ponsel, dan menyelam dalam kesunyian yang menyegarkan. Di antara pohon-pohon bambu dan semak liar, aku sering menemukan anak-anak kampung berenang dengan riang, atau warga lokal yang sekadar duduk-duduk di saung bambu di tepi sungai, bercengkerama sambil menyeruput kopi hitam.

Leuwi hejo, foto: Dokpri
Leuwi hejo, foto: Dokpri
Pagi hari di Leuwi Hejo terasa seperti meditasi yang tak disengaja. Uap air tipis naik dari permukaan batu yang lembap, sinar matahari menerobos sela dedaunan, dan aroma tanah basah bercampur segar dengan angin. Di jembatan bambu yang tampak ringkih tapi setia berdiri, tertulis "Leuwi Hejo" dengan huruf sederhana. Saung-saung kecil di atas tebing sungai terlihat rapuh, tapi justru di sanalah letak pesonanya. Tidak dibentuk oleh tangan-tangan kapital, tapi oleh semangat gotong royong dan kecintaan warga terhadap kampungnya.

Bagi banyak orang, wisata adalah soal menempuh jarak jauh dan menghabiskan uang. Tapi bagiku, anugerah sesungguhnya adalah ketika alam terindah justru tinggal selangkah dari rumah. Leuwi Hejo mengajarkanku bahwa kita tak perlu pergi jauh untuk menemukan ketenangan; terkadang ia justru ada di sekitar, menunggu kita untuk hadir sepenuh jiwa. Dan setiap kali aku ke sana, aku seperti diingatkan: tidak semua kebahagiaan datang dalam bentuk megah---sebagian hadir sebagai aliran kecil yang jernih dan setia, seperti Leuwi Hejo dekat rumahku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun