Ketika perang dagang antara Amerika Serikat dan China memanas, dampaknya mulai dirasakan tidak hanya di negara-negara besar, tetapi juga sampai ke pasar-pasar kecil di Indonesia.Â
Bayangkan, dari Eropa yang penuh ketegangan politik hingga pasar Mangga Dua yang ramai di Jakarta, kebijakan Presiden Donald Trump membawa dampak yang luas bagi ekonomi global, termasuk Indonesia.Â
Baca juga:
- Mengapa Ibu-ibu Lebih Tertarik Emas Fisik tinimbang Digital?
- Ratchet Mentality Birokrat dalam Prospect Theory
- Komunitas Misoginis, Ancaman Baru dari Ruang Obrolan Remaja
- Dua Gajah Bertarung, Para Pelanduk Unjuk Gigi? Â
- Rangkap Jabatan dan Kaburnya Batas Negara-Bisnis
Kebijakan proteksionis Trump, yang berfokus pada pembatasan perdagangan dengan China, memperburuk ketegangan ekonomi internasional, dan negara-negara yang dekat dengan China, termasuk Indonesia, tak luput dari sorotan.
Di Eropa, hubungan yang semakin erat dengan China dalam bidang perdagangan dan teknologi telah memicu ketegangan dengan Amerika Serikat.Â
Negara-negara seperti Jerman, Perancis, dan Italia, yang semakin banyak berkolaborasi dengan China dalam inisiatif seperti Belt and Road, mulai merasakan dampak langsung dari kebijakan Trump.Â
Meskipun Eropa dan AS memiliki hubungan transatlantik yang kuat, Trump merasa bahwa kebijakan perdagangan yang lebih bebas dengan China dapat merugikan kepentingan ekonomi Amerika.Â
Tekanan ini pun merembet ke pasar-pasar global, termasuk pasar-pasar Asia Tenggara, di mana negara-negara seperti Indonesia sering kali menjadi sasaran praktik perdagangan yang lebih proteksionis.
Indonesia, dengan ekonominya yang berkembang pesat, menjadi bagian dari jaringan perdagangan yang tak bisa dihindari dari dampak kebijakan luar negeri AS. Salah satu pasar yang terkena dampaknya adalah Mangga Dua, pusat perdagangan elektronik terbesar di Jakarta.Â