Mohon tunggu...
ruslan effendi
ruslan effendi Mohon Tunggu... Pengamat APBN dan Korporasi.

Lulusan S3 Akuntansi. Penulis pada International Journal of Public Administration, Frontiers in Built Environment, IntechOpen, Cogent Social Sciences, dan Penulis Buku Pandangan Seorang Akuntan: Penganganggaran Pendidikan Publik Untuk Kualitas Dan Keadilan (Pengantar Prof. Indra Bastian, MBA., Ph.D.)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tindakan Komunikatif dalam Birokrasi, Mungkinkah? Renungan Praksis Habermasian

9 Agustus 2020   16:08 Diperbarui: 9 Agustus 2020   22:48 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu Praksis? Praksis secara umum adalah praktik. Jika dicari di kamus artinya juga praktik. Buku Theorie und Praxis dari Habermas pun juga diterjemahkan dalam Theory and Practice. 

Para penerjemah mengakui ada kesulitan menerjemahkan Praksis dari bahasa Jerman ini. Kata praksis ini masih terlihat abstrak. Karena terjemahan praksis menjadi praktik kurang pas, ada yang sengaja menggunakan atau lebih suka menggunakan istilah praksis dari pada praktik, yaitu ketika seseorang ingin mengartikannya sebagai refleksi dan tindakan dengan maksud untuk mengubah suatu keadaan. 

Dalam konteks tertentu Praksis telah diterjemahkan sebagai "conduct" atau "activity" juga bermaksud menghindari makna bahwa tindakan sebagai lawan teori. Misalnya teori membuat kue bolu ketika dipraktikkan gagal, bolunya justru bantet hanya karena si pembuat kue baru belajar.

Karl Marx disebut sebagai pendiri filsafat praksis ini. Praksis bermuatan perjuangan kelas atau kediktatoran proletariat. Senada dengan perjuangan itu, pemikiran dari Antonio Gramsci yang dengan gagasannya berjuang melawan kediktatoran Mussolini. 

Perjuangan ini menjadikannya dipenjara dan meninggal akibat kesehatan yang terus memburuk. Gramsci menjalaninya selama sebelas tahun dari 20 tahun hukuman yang harus dijalaninya. 

Bagi Gramsci, praksis adalah sebuah eufemisme dan untuk mendefinisikan apa yang ia lihat sebagai karakteristik sentral dari filsafat Marxisme. Praksis menurut Gramsci merupakan hubungan tak terpisahkan yang dibangun antara teori dan praktik, pemikiran dan tindakan. 

Senada dengan Gramsci, Paulo Freire seorang filsuf Brazil dengan karyanya yang terkenal Pedagogy of the Oppressed mendefinisikan praksis sebagai refleksi dan tindakan dengan maksud untuk mengubah menjadi keadaan yang lebih baik. 

Proses praksis mengharuskan perubahan kesadaran diri semua anggota organisasi sehingga mengubah kondisi kendala yang ada dan membuat eksplisit apa yang sudah terbayang atas praktik mereka.

Bagi Habermas,  generasi kedua sekolah Frankfurt, mengatakan bahwa teori itu sendiri menjadi kesatuan dengan praktik. Ia mencakup hubungan ganda antara teori dan praksis. Di satu sisi, teori menggambarkan konstelasi kompleks historis dari kepentingan pribadi, di mana teori itu masih berada di seberang dan di luar tindakanberdasarkan wawasannya. Di sisi lain, teori mempelajari interkoneksi historis dari tindakan, di mana teori, sebagai action-oriented, dpt mengintervensi. 

Pemikiran Habermas tidak lepas dari kegundahannya. Menurutnya peradaban telah menjadi semakin ilmiah, dimensi di mana teori pernah diarahkan ke praksis telah dikonstruksi secara bersamaan. Adanya kontrol teknis yang terus meluas atas alam dan administrasi manusia yang terus-menerus disempurnakan dan hubungan mereka satu sama lain melalui organisasi sosial. 

Dalam sistem ini, ilmu pengetahuan, teknologi, industri, dan administrasi saling terkait dalam proses melingkar. Dalam proses ini, hubungan teori dengan praksis hanya dapat menegaskan dirinya sebagai penerapan teknik rasional-tujuan yang dijamin oleh ilmu empiris. Potensi sosial sains direduksi menjadi kekuatan kontrol teknis, potensi tindakan yang tercerahkan tidak lagi dipertimbangkan. Ilmu empiris dan analitis menghasilkan rekomendasi teknis, tetapi tidak memberikan jawaban atas pertanyaan praktis.

Singkatnya, Praksis secara umum adalah praktik, sedangkan dalam pengertian yang lebih terbatas menandakan disiplin dan aktivitas yang dominan dalam kehidupan etis dan politik manusia.

Apa Praksis Birokrat?

Birokrat bekerja pada sebuah sistem. Sistem birokrasi yang menganut Weberian mencirikan ketaatan pada aturan, adanya spesialisasi, hirarki, rasionalitas dan terstruktur. Bagaimana praksis birokrat terjadi? Karena terlalu luas, perlu dibatasi dengan pertanyaan bagaimana praksis birokrat dalam penganggaran?

Salah satu contoh dari praksis birokrat adalah penganggaran partisipatif. Penganggaran partisipatif meskipun terlihat kurang greget, sebenarnya berpotensi membentuk pemahaman dan hubungan baru dengan kebijakan ekonomi negara dan tantangan yang terlibat dalam pembentukan proses itu sendiri. 

Selain penggaran partisipatif, sebenarnya ada ruang-ruang lain dalam penganggaran untuk terjadinya praksis. Pernahkah kita mendengar, bahwa birokrat cenderung menaikkan belanja pegawai, jika bukan belanja pegawai, maka pilihan berikutnya adalah belanja barang dan jasa. Belanja-belanja tersebut yang membuatnya lebih enjoy, relatif daripada belanja-belanja yang pengendaliannya lebih ketat.

Praksis birokrat ini muncul dengan mengambil celah dari kelemahan yang melekat pada ciri-ciri birokrat Weberian itu. Misalnya melakukan perbuatan yang menurut pemahamnnya sebagai sarana untuk keluar dari sebuah kungkungan. Nah kondisi ini memperlihatkan ada sistem ada upaya melanggaran sistem. Kenapa sistem tidak kita bangun bersama dan kita jalani bersama. Itulah komunikatif.

Solusi Habermasian

Habermas memandang ada dikotomi sistem dan kehidupan dunia (lifeworld). Habermas memahami evolusi sosial sebagai bentuk pembelajaran masyarakat, dan pembelajaran ini mengendap dalam sistem sosial itu. Sistem sosial menjadi semakin kompleks dan terdiferensiasi, ia mengambil logikanya sendiri dan mungkin tidak lagi tunduk pada kendali individu atau bahkan agen sosial kolektif.

Inti dari model teoritis yang diperkenalkan dalam The Theory of Communicative Action terletak pada konsepsi komunikatif Habermas. Dengan tindakan komunikatif akan tercipta emansipasi melalui pencerahan. Jangan sampai emansipasi digantikan oleh instruksi yang mengendalikan atas obyek atau proses objektifikasi yang cenderung menurut falsafah Jawa "tidak nguwongke"

Bagaimana tindakan komunikatif terjadi pada lingkungan birokrat? Komunikatif disini tidak sekedar rapat koordinasi, namun sebuah proses berkelanjutan hingga memunculkan emansipatoris dari para birokrat. Tulisan ini tidak untuk menggurui bagaimana seharusnya. Namun setidaknya perlu diidentifikasi terlebih dahulu kendala komunikatif dalam penganggaran. 

Birokrat seringkali harus menjalankan komunikasi antar kementerian/lembaga. Birokrat juga berada dalam struktur organisasi yang memiliki target tersendiri, sehingga berpotensi silo, penganggaran memiliki jadwal ketat dan singkat. Jangan sampai penganggaran dibuat dalam suasana kontemplatif, rakyat juga menjadi susah. 

Namun optimis tetap ada, penganggaran tidak hanya berbicara tahunan, tetapi ada yang dibuat dalam medium term atau Long term. Penganggaran juga melibatkan power distance wajib pajak dan pemerintah atau penganggaran berada dalam konteks otonomi. identifikasi-identifikasi ini menjadi bahan untuk memulai proses tindakan komunikatif

RE

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun