Malang, 31 Mei 2025 -- Penelitian yang dilakukan oleh tim Universitas Negeri Malang (UM) yang diketuai Dr. Imam Rofiki, S.Si., M.Pd. Â menemukan bahwa guru Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di Kabupaten Banyuwangi menerapkan strategi kreatif dan adaptif dalam mengajarkan lambang bilangan kepada anak berkebutuhan khusus. Untuk itu, tim UM berkolaborasi dengan guru SDLB di Kabupaten Banyuwangi guna mengkaji lebih jauh terkait hal tersebut. Penelitian ini didanai oleh pendanaan internal UM (PNBP) tahun 2025 pada skema KBK.
Tim penelitian Universitas Negeri Malang terdiri dari dosen, yaitu Dr. Imam Rofiki, S.Si., M.Pd., Dr. Puguh Darmawan, M.Pd, dan Dr. Slamet, M.Si dari Departemen Matematika, serta mahasiswa S1 Pendidikan Matematika, yaitu Mutiara Sani, Sri Wahyuni, dan Syekha Vivi Alaiya. Kegiatan ini melibatkan 4 guru SDLB di Kabupaten Banyuwangi sebagai subjek penelitian dari beberapa kelas di sekolah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana guru SDLB menstrukturkan scaffolding agar pembelajaran lambang bilangan menjadi lebih menarik, fokus, dan mampu mengondisikan siswa untuk menerapkannya dalam interaksi sosial. Dalam praktiknya, guru menggunakan berbagai media dan pendekatan kreatif, mulai dari papan angka, puzzle digital, hingga latihan motorik halus seperti menebali angka.
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman tentang bagaimana guru SDLB dapat memfasilitasi pembelajaran konsep dasar matematika, seperti lambang bilangan, melalui strategi berpikir yang sesuai dengan kebutuhan kognitif siswa berkebutuhan khusus. Selain itu, guru SDLB terbantu dalam merancang dan menerapkan strategi scaffolding berbasis dual proses, yang memungkinkan pemberian bantuan bertahap yang memicu intuisi siswa sekaligus mengarahkan pada pemahaman yang lebih analitis.Â
Temuan ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 4): Pendidikan Berkualitas. Penelitian menunjukkan bahwa guru berperan penting dalam menciptakan pembelajaran inklusif yang tidak hanya memberi akses, tetapi juga menghadirkan pengalaman belajar yang sesuai kebutuhan anak berkebutuhan khusus.
Ketua tim peneliti, Dr. Imam Rofiki, S.Si., M.Pd.  menegaskan bahwa hasil ini menjadi bukti penting peran guru dalam menghadirkan pendidikan yang bermakna. "Pendidikan inklusif bukan hanya tentang kesempatan bersekolah, tetapi juga tentang bagaimana guru memberi ruang belajar yang menarik dan relevan bagi siswa berkebutuhan khusus," ujarnya. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan  dalam dua prosiding terindeks Scopus dan mendapatkan HKI. Dengan selesainya penelitian ini, tim UM berharap praktik pembelajaran yang ditemukan dapat menjadi inspirasi dalam mendukung pencapaian SDG 4: memastikan pendidikan berkualitas untuk semua, termasuk anak berkebutuhan khusus.