Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis

Historia Magistra Vitae (Sejarah adalah guru bagi kehidupan)

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama

Berkembangnya Komedi Kritik dan Tersumbatnya Saluran Aspirasi

5 September 2025   20:50 Diperbarui: 6 September 2025   14:08 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga mahasiswa itu yakni Rudy David Badil, Kasino Hadiwibowo, dan Nanu Muljono. Nama program Radio Prambors itu yakni Obrolan Santai di Warung Kopi atau juga kerap disebut Warkop untuk mempermudah penyebutan. Mereka bertiga memulai bersiaran pada 23 September 1973 dan mengudara setiap Kamis malam.

Usai Peristiwa Malari, program Warkop tetap berjalan dengan menghadirkan tambahan pengisi acara, Wahjoe Sardono alias Dono. Dua tahun berselang, bergabunglah Indrodjojo Kusumonegoro.

Dalam siarannya, Warkop menghadirkan dialog-dialog yang membahas hal-hal yang dekat dengan kehidupan masyarakat, hingga sindiran halus terhadap jalannya pemerintahan.

Sukses di program radio, para pengisi acara Warkop kemudian merambah panggung pertunjukan. Di sinilah mereka mulai merintis kejayaan, dengan tetap menyajikan kritik sosial yang berbalut humor.

Salah satunya, ketika kuartet Dono-Kasino-Indro-Nanu — minus Rudy Badil yang memilih melanjutkan karier jurnalistiknya — menyajikan lelucon tentang ketakutan terhadap militer. Mereka berkisah ada seonggok mumi yang ditemukan di suatu negara, namun tak satu pun ahli dari seluruh dunia bisa mengungkap asal usul dan usia mumi tersebut.

Namun ketika dibawa ke Indonesia, para ahli bisa langsung mengungkap misteri yang belum terpecahkan itu. Dunia pun heboh bagaimana bisa asal-usul dan usia mumi langsung bisa terungkap di Indonesia?

Ternyata, mumi itu dibawa Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) bentukan rezim Orde Baru. "Jadi baru nyampe gerbang saja, itu mumi udah ngaku duluan karena ketakutan," Indro menyebutkan punchline humor itu.

Namun Indro menyebut, meski kental akan kritik, humor-humor satire Warkop DKI bukan sekadar sentilan tanpa dasar. Ada riset yang dilakukan untuk melahirkan sentilan-sentilan tersebut. Bahkan, Warkop didukung oleh banyak "kontributor ide", utamanya berasal dari mahasiswa dan para aktivis yang dekat dengan mereka.

Termasuk juga dari para 'junior' mereka, seperti Tubagus Deddy Gumelar — yang kemudian dikenal sebagai Miing Bagito — yang mengawali kariernya di jagad komedi nasional dengan menjadi penulis naskah materi lawakan untuk Warkop DKI.

Miing juga sempat muncul beberapa kali sebagai figuran dalam film Warkop DKI, salah satunya dalam film Sama Juga Bohong (1986). Di sini, ia berperan sebagai pedagang pasar yang merasa tersaingi oleh hadirnya trio Warkop DKI yang berjualan dengan menggunakan robot.

Dalam film ini pula, robot disimbolkan sebagai sosok yang hanya bisa menerima keputusan tanpa mampu memprotes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun